Dani menjatuhkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya, tak menghiraukan wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu. Rasanya Dani terlalu lelah menghadapi harinya, otaknya sudah terlalu prustasi memikirkan bagaimana hidupnya ke depan. Jika nekat terus menjalani hubungan dengan Kirana, kesehatan sang mama yang menjadi taruhannya. Tapi rasanya Dani tidak bisa hidup tanpa gadis yang ia cintai itu.
"Ada apa dengan hidupku, di saat aku menemukan gadis yang aku cintai kenapa aku harus terjebak dengan pernikahan sialan ini. Aku hanya menginginkan Kirana bukan gadis Panti ini." Ucap Dani dalam hati.
Vania terkejut saat merasakan gerakan di ranjang, akibat sibuk dengan pikirannya wanita itu tidak menyadari jika suaminya sudah berbaring di ranjang dengan posisi memunggunginya. Vania tidak tahu harus berbuat apa, ingin rasanya ia mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah. Wanita itu mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar, mencari sofa yang akan ia jadikan sebagai tempat beristirahat. Sayang sekali ternyata di dalam kamar Dani tidak ada sofa membuat wanita itu semakin bingung. Jika ia ikut bergabung di ranjang bersama Dani, takut sang suami akan marah sehingga membuat Vania gelisah.
"Tidurlah, jangan harap akan ada malam pertama seperti pengantin baru pada umumnya. Jangan kira aku akan bernafsu pada tubuhmu itu, yang terjadi malam itu hanyalah kesalahan karena aku tidak sadar dan sedang dalam pengaruh obat. Jadi jangan kira aku akan menyentuhmu lagi."
Kata-kata yang sangat menyakitkan bagi Vania.
Pernikahan impian yang ia dambakan sepertinya hanya mimpi belaka. Kenyataannya ia harus menjalani pernikahan tanpa cinta yang menyesakkan dada. Sepertinya wanita itu harus menguat hati dan mentalnya agar tetap waras ke depannya.
"Apa aku boleh tidur di samping kak Dani?" Tanya Vania sedikit ragu.
"Hmm, asal kamu tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. Walau kita sudah menikah tapi aku tidak mencintaimu. Sebaiknya kamu kubur dalam-dalam rasa cintamu itu, karena di dalam hatiku hanya ada satu nama yaitu Kirana kekasihku." Ucap Dani memperingatkan Vania.
"Tapi aku istrimu kak, seharusnya kak Dani yang mengubur perasaan itu pada kekasih kakak. Belajarlah menerima pernikahan ini kak."
Dani membalikkan tubuhnya dan menatap tajam Vania, amarah lelaki itu muncul kembali saat Vania menyuruhnya untuk melupakan kekasihnya.
"Jangan campuri urusanku, kamu harus ingat pernikahan ini tidak berarti untukku. Jika masih ingin menjadi istriku maka bersikap baiklah tanpa mengusik kehidupan pribadiku." Bentak Dani.
*****
Pagi harinya Vania sudah sibuk di dapur membantu sang mertua untuk menyiapkan sarapan. Rutinitas yang selalu Vania lakukan setiap hari tapi kali ini bukan membuatkan sarapan untuk anak-anak panti tetapi menyiapkan sarapan untuk keluarga barunya.
"Nia sudah biarkan mama dan bibi yang melanjutkan ini, sebaiknya kamu bangunkan suami kamu. Kita coba dekati suami mu dengan melayani dan meyiapkan segala kebutuhannya. Mama yakin kamu pasti bisa menaklukkan anak mama." Rita mencoba mendekatkan Vania dengan sang anak.
"Tapi ma, Nia takut. Kalau kak Dani marah bagaimana?" Ucap Vania ragu.
"Coba dulu sayang, mama yakin lama-lama Dani akan luluh. Bukannya kita harus berusaha dulu, baru kita tahu hasilnya." Rita memberikan semangat dan dukungannya pada sang menantu.
Vania memasuki kamar ternyata Dani sudah bangun dan sedang ada di kamar mandi, Vania langsung membersihkan tempat tidur mereka dan meyiapkan pakaian suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments