Sesampai di rumah sakit, Vania langsung dilarikan ke UGD. Para medis langsung menangani gadis malang itu, sementara Erik memeluk Disha yang masih menangis ketakutan. Lelaki itu berusaha menenangkan kekasihnya, menyakinkan jika Vania akan baik-baik saja.
"Sudah dis, jangan menangis terus. Vania pasti baik-baik saja. kamu tidak perlu takut aku akan menemanimu disini."
"Harusnya aku tidak meninggalkan Nia di rumah, jika Nia ikut dengan kita ini semua tidak akan terjadi."
" Jika saja aku tidak mengajaknya menginap di rumah pasti sekarang Nia baik-baik saja. Sekarang apa yang harus aku lakukan Rik, kak Dani memperkos* sahabatku. Masa depan Vania sudah hancur karena ulah bajingan itu. Aku harus apa sekarang Rik?" Disha kalut dengan keadaan yang ia hadapi.
"Kamu tenang ya jangan panik, kalau kamu panik bagaimana kamu bisa berpikir dengan baik. Kita tunggu dulu kabar dari dokter bagaimana kondisi Vania. Setelah itu kamu hubungi orang tua kamu." Ucap Erik memberi saran.
Sedangkan di rumah atau lebih di dalam kamar Disha yang sudah seperti kapal pecah, Dani menatap sprei yang berlumuran darah membuat ia menutup matanya, air mata yang mengalir menandakan jika lelaki itu sedang menangisi apa yang baru saja terjadi dalam hidupnya.
Dani sadar jika kejadian ini akan berimbas pada hubungannya dengan sang kekasih. Mimpinya untuk mempersunting Kirana gadis cantik nan Soleha menjadi istrinya di ambang kegagalan. Jika Kirana sampai mengetahui kejadian ini dapat di pastikan jika wanita itu akan menjauhinya.
Dani sangat tahu sifat gadis yang ia cintai itu, Kirana gadis yang terlihat cantik walau dengan pakaian tertutup. Gadis yang mampu menggetarkan hari seorang Casanova sepertinya. Bukan hanya cantik fisik Kirana juga cantik hatinya.
Dani sudah jatuh hati saat gadis berhijab itu menjadi pasiennya. Kirana adalah gadis dengan kelainan katup jantung. Menjadi pasien Dani membuat mereka semakin dekat dan memutuskan menjalin hubungan, kesehatan Kirana yang sudah membaik membuat Dani tidak sabar untuk melamar sang kekasih.
Dani terlihat sangat prustasi dan menyesal, andai saja tadi ia tidak mendatangi club' tersebut pasti kejadian ini tidak akan terjadi. Dani terpaksa mendatangani club' untuk menghadiri ulang tahun temannya. Tanpa Dani tahu seorang wanita atau lebih tepatnya mantan kekasih Dani menaruh obat perangsang di minumannya. Sehingga ia berakhir seperti ini.
"Dasar sialan, aku tidak akan mengampuni siapa saja yang berani menjebakku. Sekarang aku harus berpikir agar Vania tidak menuntutku tanpa harus menikahinya." Otak kotor Dani mulai beraksi.
Apapun akan ia lakukan demi bebas dari tanggung jawab karena sudah merebut keperawanan Vania, Dani tidak rela jika harus menikahi gadis itu. Menikahi Vania sama saja ia harus merelakan Kirana. Gadis baik seperti Kinara pasti akan memilih mundur, apalagi mereka belum ada ikatan resmi.
Sementara di rumah sakit Disha terus menangis saat dokter memberitahu Vania harus melakukan operasi karena terjadi robekan yang terlalu parah di area genital yang menyebabkan pendarahan.
Disha sudah menghubungi orang tuanya dan menceritakan kejadian tersebut. Kedua orang tua Disha sangat syok dan memutuskan langsung memesan tiket pesawat untuk pulang.
Selesai operasi Vania sudah di pindahkan ke ruang rawat, gadis malang itu belum sadarkan diri. Disha dan kekasihnya dengan setia menjaga Vania, sementara Dani tertidur setelah lelah menangisi keadaan yang membuatnya prustasi.
Pagi harinya kedua orang tua Disha langsung menuju rumah sakit untuk melihat kondisi Vania, Disha langsung menangis memeluk sang mama. Akhirnya gadis itu merasa sedikit lega dengan kehadiran kedua orang tuanya.
"Bagaimana kondisi Vania dan di mana kakak kamu dis?" Tanya Darman ayah Disha.
"Kondisi Vania sudah lebih baik pa, selanjutnya akan di periksa saat Vania sudah sadar, apakah Vania mengalami trauma akibat dari pemerkosaan itu dan untuk kak Dani Disha gak tahu di mana kak Dani pa, terakhir kak Dani ada di rumah sebelum kami membawa Vania ke sini." Tutur Disha.
"Apa kamu sudah menghubungi ibu Aisyah nak? Apa kakak kamu sudah datang kesini ?" Tanya Darman kembali.
"Belum pa, Disha takut memberitahukan ibu Aisyah." Jawab gadis itu lirih.
"Ma kamu hubungi ibu Aisyah agar datang ke rumah sakit dan ceritakan kejadian yang di alami Vania, jangan sampai kamu menutupi kesalahan Dani. Ceritakan saja apa adanya. Anak nakal itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya." Ucap Darman emosi.
"Papa mau kemana?" Tanya Disha yang melihat papanya akan meninggalkan ruang rawat Vania.
"Papa akan mencari kakak kamu, memberi anak itu pelajaran dan menyeretnya ke sini untuk bertanggung jawab. Anak itu sudah kelewat batas, papa tidak akan mengampuninya." Ucap Darman mengepalkan tangannya.
"Hati-hati di jalan pa, jaga emosi papa. Kalau bisa di bicarakan dengan baik-baik. Kita cari solusinya bersama." Ucap Rita sang istri.
Dani baru terbangun saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, rasa pusing masih menyerang kepalanya, dengan langkah malas ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dani berencana akan menghapus cctv dirumahnya agar Vania tidak memiliki bukti yang kuat, kemudian mendatangi rumah sakit dan memikirkan cara agar bisa membungkam mulut Vania dan adiknya.
Jangan sampai ada orang yang tahu kejadian ini, apalagi kedua orang tuanya. Jika sampai orang tuanya tahu tamat sudah riwayat Dani.
Darman memasuki rumah dengan cepat, langkah kakinya langsung menuju kamar sang putri tempat di mana kejadian mengenaskan itu terjadi. Air mata lelaki paru baya itu langsung menetes saat melihat kekacauan di kamar tersebut, apalagi saat matanya menangkap banyak darah di sprei yang pasti itu adalah darah Vania.
Darman yang sudah dekat dengan Vania bahkan menganggap gadis itu putrinya sama seperti Disha merasa sakit hati atas perbuatan anak lelakinya. Tidak bisa ia bayangkan kesakitan yang di alami Vania akibat ulah putranya.
"Ya Allah ampuni hamba, aku telah gagal mendidik putraku." Tangis Darman pecah mengingat kelakuan Dani yang sudah kelewat batas.
Tak ingin berlama-lama menangisi keadaan, lelaki paru baya itu langsung menaiki tangga melangkah ke ruang kerjanya untuk memastikan apa yang terjadi tadi malam, ia perlu melihat rekaman cctv agar sang putra tidak dapat mengelak.
Dani yang baru selesai berpakaian segera meninggalkan kamarnya dengan cepat, lelaki itu mendatangi ruang kerja sang ayah untuk menghapus rekaman cctv tadi malam. Setelah itu ia akan membuang sprei penuh darah untuk menghilangkan bukti, ia harus bergerak cepat jangan sampai adiknya menghubungi kedua orang tuanya.
"Kenapa kamu bisa ketiduran sih Dani, harusnya tadi malam kamu ikut ke rumah sakit dan langsung membungkam mulut Vania dengan uang, pasti wanita itu akan tutup mulut jika di beri uang yang banyak." Ucap Dani menganggap rendah Vania.
Ceklek....
Dani berdiri mematung saat melihat sang ayah menatapnya dengan tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Yuli a
hajar aja papa..🤭
2024-02-11
0