Di kamar Nile, Nile yang tadi pingsan kini telah sandar. Pandangannya masih kabur, ia menggelengkan kepalanya berulang kali mengusir pusing.
"Sst...ada apa dengan ku?" gumamnya memijit keningnya yang pusing.
Hiks....Hiks...
Suara tangis kecik terdengar di telinga Nile, dan membuat nile sadar jika dirinya bersama dengan Rerena.
Mengingat dirinya masih bersama Rerena, tiba-tiba has ratnya kembali bergejolak, tubuhnya menjadi panas. Ia mengangkat dagu Rerena membuatnya agar wanita di depannya menatapanya.
Cahaya yang remang-remang tidak membuat Nile jelas melihat wajah siapa wanita di depannya. Ia berpikir, wanita yang ada di bawah kukungannya adalah Rerena, wanita yang ingin di sentuh nya.
"Kenapa menangis, hm...? Aku akan memberikan mu kenikmatan, jadi berhentilah menangis di depan ku,"
Nile langsung membungkan bibir Rerena palsu dengan mulutnya, melu matnya dan menye sapnya dengan rakus dan kasar. Sedangkan wanita yang di bawah tubuh Nile terkejut karena ternyata pria di depannya sangatlah buas dan kasar. Tapi ia sungguh menyukainya.
Pertama agar rencananya berjalan mulus dan Nile tidak curiga, wanita tersebut seolah menolak dan memberontak, berharap Nile percaya bahwa dirinya adalah Rerena asli dan ternyata itu berhasil mengelabuhi Nile yang kini sudah bernaf su.
"Buka mulut mu," ucap Nile dengan nada dingin, karena Rerena palsu tidak membalas ciumannya.
Nile memaksa memasukkan lidahnya kedalam mulut wanita tersebut, mengobrak-abrik dan memaksa wanita tersebut membalas lidahnya. Saling berbelit menikmati manisnya cumbuan tersebut.
Nile seakan sudah kehilangan akal sehatnya saat wanita itu mulai membalas apa yang di lakukannya. Obat yang di berikan Davin kini mulai bekerja, dan membuat Nile gila akan sentuhan dan ingin terus menikmati rasa nikmat berhubungan.
Nile menyesap leher wanita tersebut hingga menciptakan warna keungu-unguan dan hal yang dilakukan Nile berhasil membuat wanita tersebut mende sah di bawah kukungannya.
Nile yang mendengar senang, ternyata Rerena menyukai permainnyan hingga tak tahan mendesah. "Mende sahkan, aku akan membuat mu menyukai dan menikmati sentuhan ku,"
Tak hanya membuat banyak tanda di leher wanita tersebut, Nile juga mengulum pucuk dada dan menyesapnya dengan rakus. Bahkan tangannya pun tak tinggal diam, mere mas dada yang cukup besar itu, menikmati nikmatnya tubuh wanita.
Arh.......
Tubuh wanita itu membusung saat merasakan sentuhan lidah Nile yang memainkan pucuk dadanya. Terasa nikmat dan tidak bisa menahan untuknya mendesah.
Nile yang mendengar semakin senang, ia pun terus melanjutkan aksinya membuat Rerena palsu terus menge rang dan mende sah. Tangannya tak hanya menyentuh bagian atas tubuh Rerena palsu, tangannya kini berpindah di bagian bawah menyentuh sesuatu yang kini mulai licin.
Arh.....
Mengelusnya dengan kasar dan memasukkan jarinya, mengobrak-abrik, menusuk-menusuk keluar masuk membuat wanita itu gila ingin lebih.
Arh....Arh.....
Nile merasa senang. ia tersenyum menyeringai. Dan akhirnya melepas tangannya membuat Rerena palsu pusing, karena ia belum puas.
"Arh...Lakukan, aku ingin," racun Rerena palsu ingin cepat menikmati milik Nile, pria yang di dambakan banyak wanita.
"Memang wanita munafik. Baiklah aku akan memuaskan mu hingga kau tidak akan bisa berjalan,"
Nile kembali mencium bibir Rerena palsu dan Rerena palsu menyebutnya dengan liar. Keduanya seperti hilang kendali dan hanya ingin menikmati hubungan itu.
Milik Nile yang sedari tadi sudah berdiri siap masuk ke tempatnya kini mencari lubangnya dan ...
Bles...
Arh....
De sah Rerena palsu merasakan nikmat sesuatu besar memenuhi miliknya.
Nile yang merasakannya mendongak, sungguh nikmat. Nile seolah tidak bisa membedakan apakah itu perawan atau tidak. Yang hanya ia pikirkan saat ini secepatnya menusuk-menusuk milik Rerena palsu dengan miliknya agar dirinya puas.
Arh....
"Ini nikmat sekali," racun Nile mulai mengerakkan pinggulnya maju mundur, mengeluarkan dan memasukkan miliknya di lubang Rerena palsu.
Keduanya kini melakukan dengan gila. Baik Nile dan Rerena palsu terus mende sah di kamar tersebut, menikmati nikmatnya surga dunia, hingga mereka terus menggulang dan mengulang.
.
.
Sedangkan di kamar Davin, Rerena masih dengan wajah malu, menunduk. Davin yang melihat Rerena malu, mengambilkan sebuah kemeja putih dan menyerahkannya.
"Pakailah,"
Rerena mendongak menatap wajah Davin yang tenang. Dalam hati ia berpikir, apakah pria di depannya ini tidak tergoda sedikitpun dengan tubuhnya? Ia menatap kemeja di tangan pria tersebut, pria yang ternyata memiliki hati baik. Menolongnya tanpa meminta imbalan.
Rerena mengulurkan tangan, mengambil kemeja tersebut dan setelah itu Davin berbalik, membiarkan Rerena memakai kemejanya.
"Setelah ini tidurlah, saya akan menjaga anda," ucap Davin begitu dingin, entah kenapa nada bicarakan sedikit berubah. Mungkin karena menahan sesuatu karena habis melihat hal begitu menggiurkan.
Rerena yang mendengar dan menyadari nada bicara Davin sedikit berubah, bingung. Apa yang terjadi? Bukankah barusan ia berbicara begitu santai? Tapi kenapa dalam sekejap berubah?
Rerena menatap Davin yang kini duduk di kursi dengan berpangku tangan, memejamkan mata. Rerena tidak berani bertanya lagi, dan akhirnya ia memejamkan mata, tidur, memunggungi Davin.
Mendengar suara tenang dari arah ranjang, Davin membuka mata, melihat punggung Rerena yang tidur.
"Ini benar-benar menyiksa, sialan!" umpatnya mencoba menahan gairahnya.
Siapa pria yang tidak akan bergairah jika ada seorang wanita di dalam satu kamar dengannya, apalagi sebelumnya melihat seluruh tubuh yang indah penuh dengan pesona, tentunya pasti menginginkan dan ingin merasakannya. Begitupun dengan Davin yang menginginkan hal tersebut.
Deg...Deg....Deg....
Davin mengatur nafasnya nya yang memburu dan menormalkan jantungnya yang berdetak begitu cepat. Tubuhnya terasa panas, dan wajahnya memerah serta daun telinganya, mengingat tubuh molek Rerena tadi.
Davin memijit keningnya karena pusing. "Kenapa aku yang menjadi gila? Apa yang harus ku lakukan?" bingungnya untuk meredakan tubuhnya yang panas.
Tiba-tiba Davin teringat dengan Devan, adiknya yang suka bermain dengan wanita. Davin berbeda dengan Devan, walaupun Davin meneruskan mafia THE GOLD HOLD, tapi Davin tidak pernah bermain wanita, apalagi dekat dengan wanita. Bukan Davin tidak suka dengan wanita, hanya saja ia tidak tertarik, takut wanita akan merepotkannya.
"Kau sudah tidur?" tanya Davin mengirim pesan.
Devan yang baru selesai mandi, mengambil ponselnya setelah mendengar bunyi pesan masuk. Di lihatnya kakak tercintanya, senyum terbit di bibir manisnya, senyum yang membuat para wanita tergila-gila padanya.
"Apakah dunia hendak kiamat? Tumben dia bertanya?" gumam Devan dan memasukkan pesan.
"Belum, aku baru pulang. Ada apa menghubungi ku?" tanya Devan yang saat ini mengusap rambut nya yang basah dengan handuk kecil.
Davin yang mendapatkan balasan itu, bingung mau menjawab apa. Rasa malu tiba-tiba muncul membuatnya merona kembali. Tidak seperti biasanya dia akan memiliki rasa tersebut. Untuk hari ini sungguh pengecualian. "Apa yang harus ku katakan? Pastinya dia akan menertawakan ku jika aku mengatakannya. Sial,"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Tinny Kecil
menarik
2023-06-09
1
🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹
coba tanya Thor aja Vin kan dia yg buat kmu bgtu🤣😂
2023-05-28
1
Tuti Tyastuti
waduh vin
2023-05-23
1