Aldiano tidak menjawab lagi ucapan Gani. Ia hanya terdiam sambil merenungkan sesuatu. Entah itu tentang kontrak kerja atau tentang hal lainnya.
Sontak hal ini pun membuat Gani langsung bertindak menghubungi pihak pak Abraham.
Tut... Tut...
Suara dering telpon yang saat ini terdengar di telinga Aldiano pun tak membuat ia kembali bersuara hanya untuk bertanya siapa yang sedang di telpon oleh Gani.
Kenapa ia tak menanyakan hal tersebut. Itu karena ia sudah mengetahui bahwa yang akan di hubungi Gani adalah pihak dari pak Abraham.
Gani yang sedang menunggu pihak dari pak Abraham menerima telpon nya. Mulai tak tenang karena tak kunjung di terima telpon dari nya ini.
"Angkat pak, angkat, tolong angkat telpon nya. Kalau bapak gak angkat telonnya. Mati sudah, saya besok gak akan punya kerjaan. Pak angkat telponnya." Kata suara hati yang di keluarkan Gani.
Sementara asisten pak Abraham, yaitu pak Rian. Kini mulai memberitahukan kepada pak Abraham bahwa pihak dari Aldiano sedang menghubunginya.
"Tuan pihak dari perusahaan pak Aldiano menghubungi saya. Apa saya terima atau tidak tuan." Kata Rian memberitahukan pada pak Abraham mengenai Gani yang menghubungi dirinya.
"Biarkan jangan kamu terima." Kata pak Abrahan dengan tegas membalas ucapa Rian.
Bahkan tak hanya itu, suara pak Abraham barusan sempat membuat Rian kaget. Karena mendengar suara pak Abraham yang tegas ini.
"Aduh kaget nya aku, suara pak Abraham kalau marah sungguh luar biasa nih. Mana barusan aku masih belum siap - siap buat menghindari kekagetan jika pak Abraham mengeluarkan suara tegas nya. Aku jadi kaget deh. Hem... Rian, Rian ko bisa lupa." Kata Rian di dalam benaknya.
"Hem... jawab langsung atau nunggu dulu ya, takutnya kan kalau aku langsung jawab ucapan pak Abraham, ntar malah pak Abraham melanjutkan lagi ucapannya."
"Tapi, sepertinya udah selesai deh. Aku langsung jawab aja lah."
Kemudian Rian mulai menjawab ucapan pak Abraham.
"Baik tuan, saya tidak akan menjawab telponnya." Kata Rian membalas ucapan pak Abraham.
Kini telpon pun di biarkan berbunyi sampai tak ada suara lagi yang keluar dari handphone Rian.
Namun, belum lama telpon itu berhenti berdering. Kini terdengar lagi suara dering telpon.
Tut.... Tut...
"Tuan pihak pak Aldiano kembali menghubungi. Apa harus saya jawab tuan." Kata Rian meminta persetujuan apakah ia harus menerima telpon atau di abaikan seperti yang pertama.
"Biarkan" hanya satu kata yang keluar dari bibir pak Abraham. Dan satu kata ini pun sudah mewakili pertanyaan Rian.
"Baik tuan." Kata Rian membalas ucapan pak Abraham.
Namun, berbeda hal dengan yang di alami Gani. Ia kini panik sendiri karena tak berani berbicara pada Aldiano. Jika keadaan telah seperti ini, ia tak bisa terus - terusan membuat beban pikiran Aldiano terus bertambah.
"Hem... udah dua kali aku menghubungi pihak pak Abraham, tapi malah tak ada jawaban sama sekali."
"Apalagi yang harus aku lakukan, mana perusahan bisa berdampak buruk lagi. Jika kontrak kerja ini di putus oleh pihak pak abraham."
"Apa aku coba hubungi sekali lagi ya, siapa tau di telpon yang ke tiga ini. Pihak pak Abraham bisa menerima telpon saya."
"Hem... sepertinya harus saya coba. Bismillah semoga di terima telponnya. Aamiin." Kata - kata ini lah yang terakhir di ucapakan oleh Gani.
Selanjutnya Gani mulai melihat lagi hanphone miliknya, lalu setelah ia melihat hanphone miliknya itu. Ia mulai menekan tombol hubungi ke nomor dari pihak pak Abraham.
Tut... Tut...
Suara dering telpon yang terdengar. Dengan harap - harap cemas, tak lupa di dalam hati, Gani terus berdoa agar telpon yang ketiga ini bisa di terima oleh pihak pak Abraham.
Rian yang mendapatkan telpon ke tiga dari Gani. Kini kembali lagi memberitahukan ke pada pak Abraham.
Tetapi belum sempat ia menyelesaikan ucapannya yang hampir keluar dari bibir nya saat ini.
Ia malah mendengar suara dari pak Abraham terlebih dahu.
"Jangan kamu angkat telponnya, tapi kamu hubungi pak Anton untuk membuat pembatalan semua kontrak kerja sama dengan perusahaan pak Aldiano." Inilah kata yang di keluarkan pak Abraham pada Rian.
"Maaf tuan, jadi maksud tuan kita tidak akan bekerja sama lagi dengan perusahaan pak Aldiano." Kata Rian mencoba memastikan kembali ucapan dari pak Abraham yang ia dengar barusan.
"Iya kita tidak akan bekerja sama lagi. Jadi saya minta sama kamu untuk hubungi pak Anton segera. Saya mau dalam waktu dua jam kontrak pembatalan sudah di kirim kan ke perusahaan pak Aldiano." Kata pak Abraham membalas ucapan Rian.
"Maaf tuan, apa tidak ada toleransi untuk perusahaan pak Aldiano." Kata Rian bertanya pada pak Abraham.
"Tidak, saya tidak suka bekerja sama dengan orang yang tidak bisa menepati janji. Lagi pula banyak perusahaan yang masih mau bekerja sama dengan kita. Kalau harus kehilangan satu perusahaan tak akan membuat perusahaan kita rugi. Jadi lebih baik tidak berhubungan lagi dengan perusahaan seperti itu." Kata pak Abraham menjawab dengan sangat yakin.
"Baik kalau tuan mau nya seperti itu. Saya akan langsung hubungi pak Anton untuk melakukan apa yang tuan inginkan sesegera mungkin." Kata Rian yang akhirnya tak ingin bertanya terlalu banyak mengenai hal ini lagi kepada pak Abraham. Setelah mendengar penjelasan dari pak Abraham barusan.
"Nanti kasih tau saya lagi, jika kontrak kerja di batalkan nya telah di kirimkan." Kata pak Abraham pada Rian.
"Baik tuan." Kata Rian membalas ucapan pak Abraham.
Pembicaraan ini pun akhirnya berhenti dengan sendirinya.
Namun, berbeda hal dengan Gani dan Aldiano saat ini. Mereka malah berkebalikan dengan pak Abraham dan pak Rian. Karena saat ini Gani malah mulai berbicara pada Aldiano mengenai telpon yang ia lakukan ke pihak pak Abraham tetapi tak kunjung di terima sama sekali.
"Tuan, saya sudah menghubungi pihak pak Abraham. Tapi, pihak pak Abraham tidak menjawab telpon saya sama sekali." Kata Gani pada Aldiano.
Aldiano yang mendengar Gani berbicara pada dirinya. Tak langsung menjawab ucapan Gani. Karena ia kini mulai menarik napas dan mengeluarkan napasnya terlebih dahulu.
"Huh... ya udah itu artinya sebentar lagi kita akan menerima kontrak pembatalan. Jadi sekarang kamu bersiap lah kemasin semua barang - barang kamu di perusahaan." Kata Aldiano yang langsung pergi meninggalkan tempat pertemuan ia dan pak Abraham.
Sementara Gani yang mendengar ucapan terakhir dari Aldiano. Menjadi sangat lemas. Karena itu artinya ia sudah tak punya pekerjaan.
"Mati aku, sekarang status ku sudah berubah dari asisten pribadi menjadi pengangguran. Nasib, nasib." Kata Gani yang terduduk lemas di kursi.
"Mana biaya cicilan banyak lagi. Belum keperluan yang lainnya." Kata Gani melanjutkan lagi ucapnya sambil memegang dahinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
semangat terus Thor.
udah ku kasih bunga tadi 💐
2023-10-06
1