"Hem... padahal aku udah penasaran. Tapi ya udah kalau kamu suruh lupain sih aku lupain." Kata Yeni membalas ucapan Rindi.
"Ini baru bestie yang baik." Kata Rindi sambil menunjukkan jari jempolnya pada Yeni.
"Memangnya kemarin - kemarin aku gak baik." Kata Yeni membalas ucapan Rindi.
"Bukan gitu Yeni, tapi maksud aku tuh sekarang kamu udah baik banget." Kata Rindi menjelaskan ucapannya pada Yeni.
"Hem... pinter banget ngeles nya." Kata Yeni membaoas ucapan Rindi.
"Hehehe... kamu nih suka gitu deh." Kata Rindi yang malah tersenyum.
"Eh iya Rindi bentar lagi kan aku selesai perawatan rambut nya. Kita mau makan di mana?" Kata Yeni membalas ucapan Rindi.
"Kalau bisa sih aku mau di tempat biasa. Tapi sepertinya akan lama." Kata Rindi membalas ucapan Yeni.
"Di cafe racerst maksud kamu atau di cafe tatians." Kata Yeni bertanya mengenai tempat tujuan yang di maksud oleh Rindi.
"Bukan yang itu Yeni, tapi yang di sebelah Utara, cafe... em... apa sih lupa lagi." Kata Rindi membalas ucapan Yeni. Namun, ia malah bertanya balik pada Yeni.
"Di sebelah Utara, maksud kamu cafe yang kemarin kita datangi bukan sih." Kata Yeni yang membalas ucapan Rindi.
"Nah, iya yang itu tapi kamu tau gak nama nya apa. Maksud aku nama cafe nya." Kata Rindi membenarkan ucapan Yeni.
"Kalau gak salah sih cafe Flo, Flo..." Kata Yeni yang malah di potong oleh Rindi.
"Flores, flodis, atau florida." Kata Rindi yang memotong ucapan Yeni sambil menyebutkan beberapa kata untuk menebak cafe yang ia maksud tersebut.
"Ih... bukan itu, tapi kalau gak salah cafe Flori fress. Itu juga kalau gak salah." Kata Yeni membalas ucapan Rindi.
"Hadeh... itu artinya masih belum jelas dong nama cafe nya. Ya udah lah kita cari cafe yang di deket - deket sini aja. Sambil cari tempat baru buat nongkrong. Maksudnya buat main." Kata Rindi akhirnya memutuskan untuk tak membahas mengenai cafe di daerah Utara itu.
"Oke deh, boleh di coba." Kata Yeni menyetujui keinginan Rindi.
Di perusahaan Aldiano, ia yang sudah sampai ke perusahaan kini sedang duduk di kursi kebesaran nya.
Sambil termenung memikirkan apa yang akan terjadi dengan perusahaan nya sebentar lagi.
"Ini gimana ya sama perusahaan. Kalau sampai semua klain membatalkan kontrak kerja sama. Itu artinya perusahaan akan mengalami banyak kerugian."
"Argh... pusing..."
Itu lah kata - kata yang di keluarkan Aldiano di saat ia termenung memikirkan perusahaannya.
Namun, tak lama setelah itu. Tiba - tiba terdengar ketukan pintu di luar ruangnya.
Tok... Tok...
Aldiano yang mendengar suara ketukan itu. Kemudian bertanya terlebih dahulu dan langsung meminta orang tersebut untuk memasuki ruangan nya.
"Siapa?" Kata Aldiano bertanya terlebih dahulu pada orang yang ada di luar ruangan nya.
"Saya Doni tuan." Kata Doni menjawab ucapan Aldiano.
"Oh Doni ada apa?" Kata Aldiano membalas ucapan Doni.
"Boleh saya masuk tuan." Kata Doni bukannya menjawab ucapan Aldiano ia malah meminta untuk ia bisa memasuki ruangan Aldiano.
"Iya silahkan." Kata Aldiano menyetujui permintaan Dino.
"Terimakasih." Kata Dino kemudian langsung membuka pintu ruangan Aldiano.
Perlahan demi perlahan pintu ruangan pun terbuka dengan sempurna. Setelah pintu terbuka dengan sempurna.
Dino langsung melangkahkan kaki nya mendekati Aldiano yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu.
Namun, tak lupa ia pun menutup kembali pintu ruangan agar pembicaraan yang akan ia bicarakan pada Aldiano tidak terdengar oleh orang lain.
Tak lama setelah itu, Dino kini telah sampai di depan Aldiano dengan jarak yang terpisahkan oleh meja kerja di ruangan Aldiano.
"Duduk," kata Aldiano yang melihat Dino telah berada di hadapannya yang sedang berdiri.
"Baik tuan," kata Dino yang langsung duduk di kursi yang telah di sediakan tepat berada di hadapan Aldiano.
"Ada apa?" Kata Aldiano yang tak mau berbelit - belit.
Dino yang baru duduk beberapa detik saat mendengar suara Aldiani mulai menghela nafas.
"Huh... sabar Dino sabar namanya juga bos. Jadi sabar ya." Kata Dino di dalam hatinya.
"Hem... bos sih bos tapi kalau seperti ini. Em... kurang baik." Kata Dino melanjutkan lagi ucapannya.
"Eh... ya ampun, ko jadi sibuk bicara di dalam hati sih. Ntar kalau kelamaan jawab bisa di marahin lagi." Kata Dino yang mulai menyadari bahwa ia terlalu lama terdiam.
Aldiano yang melihat Dino malah terdiam mulai ingin bertanya lagi pada Dino. Tetapi sebelum itu terjadi Aldiano lebih dulu mendengar ucapan Dino.
"Ada sesuatu hal yang harus segera saya sampaikan pada tuan." Kata inilah yang terdengar oleh Aldiano di saat ia akan mengeluarkan suranya kembali. Sehingga ia pun tidak jadi mengeluarkan suaranya itu.
Setelah mendengar suara tersebut Aldiano mulai bertanya pada Dino.
"Sesuatu hal apa?" Kata Aldiano pada Dino.
"Tentang kontrak kerjasama tuan." Kata Dino yang mulai terlihat agak aneh saat membalas ucapan Aldiano.
"Kenapa sama kontrak kerja sama?" Kata Aldiano mencoba berpikir positif. Walau sebenarnya ia sudah yakin bahwa kontrak kerja sama itu akan di batalkan.
"Kontrak kerja sama dengan perusahaan pak Abraham di batalkan semua tuan. Bahkan ada sekitar sepuluh perusahaan juga tiba - tiba membatalkan kontrak kerja sama." Kata Dino membalas ucapan Aldiano.
"Lalu, apa alasan mengapa mereka membatalkan kontrak kerja sama nya." Kata Aldiano membalas ucapan Dino.
"Ketika saya baca mengenai pembatalan kontrak, di situ tertulis bahwa perusahaan ini tidak profesional dalam menjalankan kontrak nya. Kurang di siplin dan tanggung jawab. Sehingga mereka memutuskan untuk membatalkan semua kontrak kerja sama yang telah di setujui tuan." Kata Dino menjelaskan mengenai alasan semua perusahaan secara garis besar nya memutuskan kontrak kerja sama dengan perusahaan Aldiano.
"Hem... saya udah yakin itu." Kata Aldiano yang terdengar aneh oleh Dino.
"Maksud tuan?" Kata Dino bertanya pada Aldiano.
"Gak kamu gak perlu tau, ya udah kamu udah kan memberitahukan sesuatu nya. Boleh tinggalkan saya sendiri." Kata Aldiano membalas ucapan Dino dan meminta Dino untuk meninggalkan ia sendiri.
"Baik tuan, saya permisi." Kata Dino yang menyetujui ucapan Aldiano. Walau sebenarnya ia masih ingin melanjutkan ucapannya tersebut. Tetapi melihat ekspresi wajah Aldiano yang sudah di tebak itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk menyetujui permintaan Aldiano.
"Iya" kata Aldiano hanya menjawab ucapan dini dengan satu kata saja.
Setelah mendengar ucapan Aldiano. Dino pun mulai berdiri dari posisi duduk nya dan kemudian mulai melangkah kan kaki untuk kembali ke ruangnya.
Tap... Tap...
Suara langkah kaki yang terdengar oleh Aldiano semakin menjauh dan kemudian tak terdengar lagi.
Baru setelah ia tak mendengar lagi suara langkah kaki itu. Ia pun mulai menunjukkan ke tidak terimaannya karena mendengar banyak perusahaan yang memutuskan kontrak kerjasama dalam satu hari yang sama secara bersamaan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments