Gani yang telah berbicara pada dirinya sendiri dengan terpaksa harus menghentikan bicaranya itu untuk menemui Aldiano.
Apalagi tak hanya itu, sejak dua menit sebelum waktu sepuluh menit yang di berikan Aldiano untuknya belum selesai.
Ia sudah mendapatkan telpon dari Aldiano. Hal ini yang membuat Gani mau tak mau harus bergegas menemui Aldiano.
"Hem... tuan bisa gak jangan telpon saya. Lagi pula setelah sepuluh menit saya juga akan temuin tuan ko. Gak sabaran bener sih tuan." Kata Gani sebelumnya saat ia menerima telpon dari Aldiano.
"Baru juga delapan menit udah di telpon aja. Gak bisa gitu tuan kasih waktu lebih dari sepuluh menit. Ini malah mau di kurangi. Tuan, tuan. Ckckck... Ckckck..." Kata Gani seolah - olah ia sedang berbicara dengan Aldiano.
Sementara Aldiano yang menelpon Gani menjadi tak sabar ingin tahu lebih cepat tentang rencana yang telah Gani buat tersebut.
"Ini Gani ko lama sih, kayanya saya salah kasih waktu deh buat dia. Waktu sepuluh menit terlalu lama, kalau lima menit kan udah dari tadi dia datang. Hem... kamu juga sih Aldiano, kenapa gak kepikiran." Kata Aldiano berkata pada dirinya sendiri dan menyalahkan kesalahannya sendiri.
"Terus kalau udah kaya gini. Itu artinya saya harus tunggu. Hem... males nya." Kata Aldiano lagi berbicara pada dirinya sendiri.
"Apa langsung telpon aja ya Gani nya. Biar langsung datang ke sini. Kan gak mungkin saya yang temuin dia." Kata Aldiano yang memutuskan untuk menelpon Gani.
Sehingga ketika Aldiano menelpon Gani. Gani pun menjadi kesal.
"Kesel nya, argh... kenapa sih harus buru - buru. Tuan kan tau kalau rencana yang tuan buat itu lumayan susah dan butuh waktu. Tapi kenapa harus di buru - buruin sih tuan. Saya kan butuh istirahat dulu sebentar. Argh..." Kata Gani yang sempat emosi ketika ia telah menerima telpon dari Aldiano yang meminta ia sesegera mungkin datang ke ruangannya.
"Kalau seperti ini lama - lama semua karyawan di perusahaan tuan bisa kabur karena terus - terusan mendapat tekanan. Saya juga mungkin menjadi salah satu karyawan yang akan kabur jika terus - terusan di tekan kaya gini." Kata Gani melanjutkan lagi bicaranya.
"Hem... sabar Gani tahan jangan emosi. Ayo coba tarik napas buang, bagus. Tarik lagi, buang. Sekali lagi tarik napas, tahan, tahan, tahan lalu buang." Kata Gani yang mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan menarik napas beberapa kali.
Setelah di rasa napas dan emosi Gani telah stabil. Ia kemudian mulai berdiri dan bersiap pergi menuju ruangan Aldiano dengan tak lupa membawa beberapa dokumen yang telah ia selesaikan untuk di lihat oleh Aldiano mengenai rencana yang telah Gani buat dari rencana yang di berikan oleh Aldiano.
"Hem... dokumen ini, ini, sama ini. Oke, udah semua, sekarang langsung pergi aja ke ruangan tuan." Kata Gani sebelum pergi meninggalkan ruangannya.
Setelah itu, Gani mulai melangkahkan kaki meninggalkan ruangan nya.
Tap... Tap...
Terdengarlah langkah demi langkah dari Gani yang sedang berjalan menuju ruangan Aldiano.
Sampai tak terasa ia kini telah berada tepat di depan pintu ruangan Aldiano.
Sebelum ia mengetuk pintu, ia kemudian menarik napasnya terlebih dahulu.
"Huh..." ini lah suara tarikan napas yang Gani lakukan.
Selanjutnya Gani mulai mengetuk pintu ruangan Aldiano.
Tok...
Baru satu kali Gani mengetuk pintu, terdengar suara Aldiano dari dalam ruangan itu.
"Masuk" kata Aldiano pada Gani yang mengetuk pintu.
"Ya ampun, baru juga satu kali di ketuk udah di bolehin masuk. Hem... ternyata tuan bener - bener sudah tak sabar pengen tau."
"Aduh ko jadi gugup ya, tenang Gani kamu gak akan di makan ko sama tuan. Jangan gugup, tenangin diri kamu coba. Ntar malah salah lagi jelasin rencana nya sama tuan. Terus makin lama deh berada di ruangannya tuan. Kan jadi gak bisa istirahat." Kata Gani yang sedari tadi sibuk berbicara di dalam hatinya.
Aldiano yang sudah mengizinkan Gani untuk masuk. Tetapi Gani tak kunjung masuk juga membuat ia menjadi tak sabar dan kembali mengeluarkan suaranya.
"Saya bilang masuk, kenapa belum masuk juga?" Kata Aldiano dengan suara yang penuh penekanan dan cukup keras.
"Aduh kaget nya. Tuan nih ya, tunggu dulu dong. Lagi sibuk bicara dulu nih. Kan kalau udah masuk ke ruangan tuan. Saya gak bisa bernapas dengan lega kalau belum jelasin rencana yang ingin tuan tau. Bisa - bisa nanti malah... em... sepertinya jangan di terusin deh karena kan kata pepatah ucapan itu kadang bisa menjadi kenyataan. Jadi gak boleh di lanjutin deh." Kata Gani yang kaget mendengar suara Aldiano di dalam ruangannya itu.
Setelah selesai bicara Gani pun mulai membuka pintu perlahan demi perlahan. Hingga terbuka sempurna.
Ceklek...
Saat membuka pintu secara perlahan demi perlahan keringet dingin mulai bermunculan pada tubuh tertentu di diri Gani.
Bahkan tenggorokan pun menjadi kering. Entah kenapa hal itu bisa terjadi apa karena ia melihat Aldiano yang duduk dengan mengekspresikan wajah yang susah di tebak antara serius, marah, atau bahkan emosi dan lain sebagainya.
Semua itu terjadi dan di alami oleh Gani saat ini.
Selain itu, detak jantung Gani juga berdetak sangat kencang. Seolah - olah ia merasa begitu ketakutan menghadapi Aldiano sebentar lagi.
"Gani kenapa masih diem di sana?" Kata Aldiano yang melihat Gani malah terdiam seperti patung.
"Em... ini anu tuan, ini anu saya... saya..." Kata Gani yang malah kebingungan menjawab ucapan Aldiano.
"Ya ampun Gani, kamu ya. Bicara ko jadi kaya gitu. Kamu sebenernya kenapa? Jangan bilang kamu takut." Kata Aldiano yang langsung memotong ucapan Gani yang terbata - bata.
"Em... saya eng... eng... gak takut ko tuan. Tapi..." Kata Gani yang malah menghentikan ucapannya.
"Tapi apa? kelamaan kamu Gani. Sekarang lebih baik kamu duduk dulu." Kata Aldiano membalas ucapan Gani dan meminta Gani untuk duduk.
"Maaf tuan, saya soalnya mendadak jadi gak tau mau bicara apa? jadi barusan jawab nya lama. Maaf ya tuan." Kata Gani membalas ucapan Aldiano dengan meminta maaf.
"Hem... ada - ada aja sih kamu Gani. Ya udah sekarang duduk dulu. Setelah itu, kamu langsung kasih tau saya rencananya kaya gimana? bisa di pahami kan." Kata Aldiano membalas ucapan Gani.
"Bi... bi... bi... sa... tuan." Kata Gani menjawab ucapan Aldiano dengan gugup.
"Hem... kalau bisa kenapa masih diem aja di sana." Kata Aldiano pada Gani.
"Maaf tuan saya lupa." Kata Gani menjawab spontan ucapan Aldiano.
"Lupa? masa iya baru beberapa menit kamu udah lupa." Kata Aldiano yang tak percaya dengan ucapan Gani.
"Namanya juga lupa tuan, saya gak bisa prediksi kapan lupa dan gak nya. Jadi saat ini saya beneran lupa tuan. Maaf." Kata Gani membalas ucapan Aldiano.
"Hem... paling bisa kamu jawab ucapan saya. Ya udah cepet duduk." Kata Aldiano membalas ucapan Gani.
"Baik tuan" kata Gani menjawab ucapan Aldiano.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments