Tap... Tap...
Suara langkah kaki terdengar begitu nyaring di telinga ku. Dan suara langkah itu berasal dari diri ku sendiri.
Yang begitu terburu - buru karena ingin mengejar teman ku Yeni.
"Huh... Huh..., kemana sih tuh anak? main tinggal - tinggal aja. Aku kan nggak tau jalan, kalau misalnya aku kesasar gimana? terus nanti aku pulangnya gimana dong." Kata ku yang berbicara ketika aku berjalan dengan cepat.
Terdengar begitu sangat dramatis, kenapa aku bilang kaya gitu? Ya, karena semua itu hanya ucapan omong kosong ku saja.
Karena pada kenyataannya, aku tau semua tempat yang ada di sekitaran ku saat ini.
Seperti hal nya, tempat ini sudah menjadi tempat terfavorit aku untuk bolos sekolah menghabiskan waktu di tempat ini.
Hem... ini lah aku, seorang gadis yang hidup hanya untuk bersenang - senang.
Mengabiskan uang ke dua orang tua ku. Namun, sayang nya uang tersebut tak bisa habis sampai saat ini.
Aku juga pernah membayangkan seandainya aku hidup tak punya uang, lalu aku begitu kelaparan.
Bahkan untuk membeli satu permen pun aku nggak mampu. Sampai pada akhirnya tiba - tiba aku...
Sorry ya, aku sampai cerita sana sini. Kita lanjut ke cerita ku yang tadi aja ya.
"Ckckck... ckckck... Rindi... kamu nih si paling dramatis deh. Mana ada ke sasar orang setiap bolos kamu pergi nya ke sini. Masa iya sampai ke sasar. Ya kalau ada tempat baru sih bisa aja ke sasar. Tapi kan nggak ada, dari mana nya bisa di bilang ke sasar. Rindi... Rindi..." Kata Rindi mengata - ngatain dirinya.
Tiba - tiba sesuatu hal yang tak terduga pun terjadi pada Rindi.
Bruk...
Tubuh Rindi bertabrakan dengan tubuh seseorang, sampai hampir membuat ia terjatuh karena tak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
Tetapi hal tersebut tak terjadi karena orang yang ia tubruk, sangat begitu cepat membantunya.
"Argh..." Kata Rindi yang sempat berteriak ketika ia hampir terjatuh.
Di saat itu ada tangan seseorang yang menarik tubuh nya dan menahan tubuhnya agar tak terjatuh.
Awalnya Rindi masih tak berani untuk membuka mata. Karena ia takut ada beberapa hal yang membuat ia tak ingin terburu - buru untuk membuka matanya.
Yang pertama, ia takut jika seandainya ia memang benar - benar sudah terjatuh. Yang kedua, ia takut kalau ia saat ini sudah di tolong oleh seseorang. Tetapi orang nya itu di luar dugaan nya ia.
Dan yang terakhir adalah hal yang ingin di hindari oleh Rindi. Ya itu rasa malu karena besar kemungkinan jika ia sudah terjatuh. Sakitnya memang tak begitu sakit.
Tapi malu nya yang bisa membuat ia selalu ingat kejadian ini. Itulah hal yang paling Rindi takutkan.
"Buka, jangan ya mata aku nya, kalau aku buka. Nggak akan kenapa - kenapa kan nanti sama aku nya." Kata Rindi berbicara di dalam benak nya.
"Ini cewe pingsan atau pura - pura pingsan sih. Mana berat lagi, kenapa nggak buru - buru buka sih matanya." Kata seseorang yang membantu sekaligus orang yang Rindu tubruk.
"Hem... aku buka sekarang aja deh. Masa bodo nanti kaya gimana?" Kata Rindi memutuskan untuk membuka matanya.
Di saat ia mulai membuka mata perlahan demi perlahan. Tiba - tiba ia malah menutup lagi matanya.
"Lah ini cewe kenapa nggak jadi buka matanya? Hey... lanjutin buka matanya. Jangan buat orang emosi. Mana udah di tunggu lagi sama klain." Kata seseorang yang membatu Rindi. Mulai merasa emosi dengan yang rindu lakukan saat ini.
"Apa aku lepasin aja ya tangan aku. Tapi... kalau aku lepas ntar cewe ini nya jatuh." Kata seseorang itu melanjutkan lagi ucapannya.
"Nggak peduli deh mau jatuh kek, nggak kek setidaknya aku kan udah bantu dia. Kalau dia marah juga tinggal aku marahin balik. Beres, kenapa harus di buat pusing sih Aldiano. Langsung lepas aja." Kata Aldiano nama seseorang yang di tubruk oleh Rindi. Sekaligus orang yang menolong Rindi sehingga Rindi tidak terjatuh.
Aldiano Afandi Wijaya adalah nama lengkap dari Aldiano. Dia adalah laki - laki yang membuat Rindi menjadi kesal dan tak ingin bisa bertemu lagi dengan orang seperti Aldiano ini.
Namun, ternyata takdir berkata lain. Karena pada akhirnya Rindi akan terus bertemu dengan Aldiano.
Di lepaslah oleh Aldiano tangan yang sempat menahan tubuh Rindi agar tak terjatuh. Sehingga tubuh Rindi pun melayang terjatuh ke bawah.
Bruk...
Suara tubuh Rindi yang terjatuh, membuat orang - orang yang melihat dan berada di sekitar Rindi dan Aldiano. Sempat terkejut melihat hal tersebut. Tetapi selanjutnya semua orang pun melanjutkan kembali aktivitas nya itu.
Karena orang - orang tak ada yang berani mengomentari atau memarahi tindakan yang di lakukan oleh Aldiano kepada Rindi.
Seperti layaknya Aldiano ini seseorang yang tak bisa di singgung sama sekali.
"Aw... sakit..., Ih... kenapa di lepasin sih tangannya. Aku kan jadi jatuh. Dasar ya kam..." Kata Rindi yang menepuk - nepuk telapak tangannya yang berada di lantai.
Lalu setelah itu, Rindi mulai melihat ke arah seseorang yang membuat ia kesal.
Begitu pandangan Rindi tertuju ke arah Aldiano. Rindi pun sempat terdiam untuk beberapa saat karena terpesona dengan wajah seorang laki - laki yang ada di hadapannya ini.
"Aku nggak salah liat kan, ini bukan di negeri dongeng kan. Ko bisa ada pangeran di sini. Ganteng banget sih, wajahnya putih, mulus, hidung nya mancung, pipi nya, apa lagi bibirnya merah pink gitu. Ah... bener - bener sempurna deh. Jadi pengen di bawa pulang." Kata Rindi yang sempat terbuai dengan ketampanan yang di miliki Aldiano.
Sementara Aldiano yang melihat Rindi telah membuka matanya. Dan tatapan Rindi yang begitu membuat ia terpesona.
Karena ternyata Rindi begitu cantik saat ia membuka mata, dan sorotan mata nya itu. Entah kenapa membuat Aldiano seperti enggan untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Cewe nyebelin ini cantik juga kalau udah buka matanya. Apa lagi sorotan matanya itu, ko aku jadi ingat sama seseorang ya, tapi siapa?" Kata Aldiano berbicara di dalam hatinya.
Bahkan Aldiano pun sempat mengingat sorotan mata Rindi seperti sorotan mata yang pernah ia liat sebelumnya.
"Tuan, maaf saya terlambat. Tuan nggak kenapa - kenapa kan?" Kata Gani asisten pribadi sekaligus teman dekat nya Aldiano.
"Gak papa, sekarang kita langsung ke sana aja." Kata Aldiano membalas ucapan Gani dan langsung pergi meninggalkan Rindi.
Gani yang melihat Rindi terjatuh, sempat ingin membantunya terlebih dahulu sebelum pergi menyusul Aldiano.
Tetapi sebelum Gani melakukan hal untuk membantu Rindi, tiba - tiba suara Aldiano terdengar oleh Gani.
"Jangan coba - coba kamu bantu dia, sekarang kita langsung ke sana aja. Klain kita lebih penting dari pada dia." Kata Aldiano membuat ucapannya ini begitu membekas di hati Rindi.
Next Episode...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments