Suman diikat dikedua tangan dan kakinya. Dia dibawa dengan cara dipanggul oleh salah satu anak buah Ando.
“Kolonel! Jumlah mereka ratusan! Kita butuh bantuan udara!” Ucap Ando kepada Kolonel Barkan.
“Drone berada tepat diatasmu Komandan Ando tapi aku tidak akan mengambil tindakan sebelum kalian benar-benar terdesak. Jalankan rencana B terlebih dahulu yang sudah kalian siapkan sebelumnya.” Jawab Kolonel Barkhan.
“Ini kesempatan kita untuk menghabisi mereka semua Kolonel! Ambil kesempatan bagus ini!”
Ando benar-benar sudah tidak tahan ingin membuat mereka semua mati di tempat mereka sendiri. Ajaran dari Wikar masih melekat padanya sampai sekarang. Bahwa ‘Tidak ada satu pun musuh yang pantas untuk hidup’. Itulah yang Wikar ajarkan kepada Ando selama ini.
Ajaran itu terus menerus menjadi pedoman untuk Ando sendiri. Ditambah dengan dirinya yang masih memiliki dendam kesumat dengan mantan Presiden Jacob.
“Jalankan saja perintahku Komandan Ando. Bawa targetnya pulang. Itu menjadi bagianku yang akan memberikan kejutan untuk mereka dengan drone yang ada di atas kepalamu.”
“Ha! Ha! Ha! Ha!” Ando tertawa karena mendengar jawaban itu.
Dia senang kalau semua musuhnya mati seperti yang ia harapakan. Posisi mereka sudah sangat dekat dengan mobil mereka. Dan setelah sampai, Suman langsung dilempar ke dalam mobil.
“Ah! Kalian semua benar-benar gila! Aku bisa mati kalau seperti ini!” Teriak Suman sembari menahan sakit di lengan dan juga pahanya yang terkena tembakan.
“Oh itu bagus! Karena hasil akhirnya kau pun akan tetap mati! Kecuali kau memiliki penawaran yang bagus untuk nyawamu tidak berharga itu!” Balas Ando kepada Suman sembari memukulnya dengan sangat keras.
Suman kembali berteriak. Sedangkan Ando dan semua anggotanya tertawa karenan mereka sudah berhasil menjalankan misi mereka, sekaligus bisa menyiksa target mereka sepanjang perjalanan untuk menghibur rasa lelah dan rasa bosan mereka karena misi ini berlangsung dengan sangat singkat.
Drone yang ada di atas bangunan bekas hotel itu mulai menembaki para anggota kelompok Abu Sayaad secara membabi buta. Kolonel Barkhan sendirilah yang menjalankan drone itu karena dia juga ingin menghabisi mereka semua untuk memuaskan hasrat rasa sakitnya yang selama ini ia pendam sendiri.
Drone yang ukurannya cukup besar itu dibekali dengan ribuan butir peluru yang terus menerus menghujani anggota kelompok Abu Sayaad yang jumlahnya ratusan orang. Namun kelompok tersebut dengan bodohnya menembaki drone yang ada jauh diatas mereka.
Padahal sangat tidak mungkin peluru-peluru mereka bisa mengenai drone yang dikendarai oleh Kolonel Barkhan karena posisinya terlalu tinggi. Mereka semua benar-benar seperti sudah kehilangan akal karena mereka sudah gagal dalam menjalankan tugas mereka untuk menjaga orang penting di Abu Sayaad.
Disanalah ratusan mayat mulai berserakan. Mereka datang hanya untuk mati sia-sia. Ditambah lagi saat Ando memencet tombol pemicu C4 yang sudah dipasang. Suara-suara ledakan bom itu seakan menggema ke segala arah. Membuat kelompok Abu Sayaad yang lain menjadi panik dan sebagian dari mereka juga mulai menuju ke arah ledakan.
Mereka sama sekali tidak tahu kalau teman-teman mereka sudah menjadi kelinci panggang di tempat itu. Semua anggota kelompok Abu Sayaad yang ada di tempat itu mati. Dan sebagian besar juga terpanggang. Kolonel Barkhan tidak ingin menyisakan satu pun dari mereka untuk menjadi saksi mata. Dia menginginkan mereka semua habis tanpa sisa.
......................
Misi malam itu sukses besar. Mereka semua berhasil membunuh ratusan musuh yang terkenal kejam dan sadis tersebut. Berita pun menyebar kemana-mana. Banyak propaganda-propaganda yang kemudian diciptakan oleh kelompok Abu Sayaad.
Mereka didukung oleh media dari negara luar untuk menyebarkan propaganda tersebut. Kolonel Barkhan sudah mengetahui hal tersebut.
“Mereka jelas dibantu oleh media luar negeri yang mendukung mereka. Tapi aku sudah tidak peduli. Kalau mereka mati, maka semua propaganda mereka tidak akan ada gunanya. Aku juga sudah mengumpulkan banyak bukti untuk membuat kekacauan massal.” Ucap Kolonel Barkhan.
“Apa maksudmu kekacauan massal?” Tanya Ando pada Kolonel Barkhan.
Di ruangan bunker itu mereka berbincang tentang rencana mereka kedepannya. Kolonel Barkhan sudah menyiapkan banyak sekali agenda masa depan.
“Ada sebuah kalimat yang pernah aku dengar, untuk terbangunnya sebuah pemerintahan, kekejaman harus diterapkan. Dan aku akan menerapkan kekejaman itu, dengan cara menggunakan masyarakat yang sebelumnya menjadi pendukung Hassan dan kelompoknya. Mereka akan sadar kalau mereka melihat bukti-bukti yang aku kumpulkan.”
“Apa saja yang kau kumpulkan Kolonel?”
“Banyak. Sangat-sangat banyak. Dari mulai rekaman perkumpulan Hassan dan orang-orang dibelakangnya. Pembantaian yang dia lakukan. Dan juga bukti pembuatan skenario untuk mengelabui masyarakat awam. Itu akan menjadi senjata yang bagus untuk kita semua. Tapi tidak untuk sekarang, sekarang kita habisi dulu yang kecil-kecil.”
“Yah, kau benar Kolonel Barkhan. Dengan menghabisi yang kecil-kecil, Hassan dan orang-orangnya tidak akan curiga kalau mereka sudah masuk ke dalam perangkap.”
“Hmmmm. Itulah maksudku, Komandan Ando. Biar bagaimana pun juga, negara ini adalah tanah kelahiranku. Aku lahir disini dengan damai. Maka sekarang aku berhak untuk kembali mendamaikannya.”
“Itulah yang aku maksud Kolonel Barkhan. Bukannya aku bermaksud mempengaruhimu untuk melakukan hal-hal gila. Tapi itulah yang dilakukan Presiden Wikar untuk memulihkan kondisi negaranya yang sebelumnya kacau balau. Sekarang, dia sudah berhasil membuat negara yang hancur itu berkembang dengan sangat pesat.”
“Walau pun aku tidak pernah bertemu dengan Presiden Wikar, tapi aku kagum dengannya. Sebagai kakak seperguruanku, aku harus belajar darinya. Dia berjuang dari bawah, hingga dia sampai diatas seperti sekarang.”
“Kalau begitu, ayo kita teruskan semua misi kita. Semakin cepat akan semakin baik.”
“Sepertinya kita harus interogasi Suman terlebih dahulu. Dia orang yang paling susah untuk diajari sopan santun.” Ucap Kolonel Barkhan menggerutu karena kesal dengan Suman yang sampai sekarang belum mau membeberkan informasi apa pun.
“Tenang Kolonel. Aku saja yang melakukannya. Aku tahu bagaimana caranya untuk membuat baji-ngan itu bicara.”
“Lakukan Komandan.”
Ando langsung menuju ke sebuah ruangan yang digunakan untuk menyekap Suman. Suman terlihat masih kesakitan akibat luka-luka di sekujur tubuhnya. Walau pun luka tembaknya sudah diobati, tapi tetap saja itu tidak berarti apa pun karena setiap hari dia terus menerus dipukuli. Seakan tidak ada waktu istirahat sedikit pun untuknya.
Dia kelaparan karena Kolonel Barkhan hanya memberikannya sepotong roti, itu pun hanya untuk tiga hari. Dan sebotol air minum yang isinya tidak sampai setengahnya.
“Bagaimana Suman? Masih bertahan?” Tanya Ando meledek.
Suman menjawab ledekan itu hanya dengan ludahan.
“Haha! Suman.. Suman.. kamu benar-benar bodoh Suman. Kalau aku jadi kau, aku sudah mengatakan semuanya dari awal. Dan aku bisa terbang bebas kemana pun aku mau. Lepas dari negara yang sebentar lagi hanya akan menjadi padang tandus dibawah pimpinan anjing tua itu.”
“Aku tidak akan mengucapkan sepatah kata pun! Demi Tuhan! Apa yang aku lakukan ini sudah benar. Kamu akan merasakan akibatnya nanti! Kalian semua akan dilaknat!” Teriak Suman kepada Ando.
Ando hanya tertawa mendengar ucapan Suman. Suman benar-benar sudah tercuci otaknya oleh Hassan. Sehingga disaat seperti sekarang pun, dia masih saja menutup-nutupi keberadaan Hassan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments