THE CIVILIAN II : EPISODE 5

Saat sedang berbincang itulah, kedua anak itu dipanggil oleh gurunya yang masih berada di tempat pengimaman.

“Wikar, Salim, kemari kalian berdua.” Panggil guru mereka.

Wikar hanya berani melirik gurunya, dia ketakutan untuk melakukan kontak langsung dengan mata gurunya yang tajam dan kejam itu. Nampaknya Wikar sudah sangat kapok karena hampir setiap hari mendapatkan pukulan dari gurunya. Kalau tidak cambuk, maka tongkat gurunyalah yang akan Wikar santap.

“Wikar dan Salim. Dengarkan guru baik-baik. Kedua orang tua kalian telah memberikan tanggung jawab kepada guru untuk mendidik kalian sampai kalian besar dan pantas untuk kembali kepada keluarga kalian. Karena kalianlah harapan satu-satunya keluarga kalian.”

“Kalau guru mendidik kalian dengan keras dan kejam, itu bukan karena guru membenci kalian. Bukan. Sama sekali tidak ada secuil pun rasa benci guru terhadap murid guru sendiri. Kalian adalah muridku. Yang berarti kalian juga anak-anakku.”

“Ingat. Dunia luar itu sangatlah kejam. Lebih kejam dari tongkat dan cambuk yang aku miliki. Aku hanya tidak ingin kalian menyesal di kemudian hari. Sampai kapan pun aku akan tetap menyayangi kalian berdua, seperti anak kandungku sendiri. Dan ingat satu hal, ini hanya untuk kalian berdua.”

Wikar dan Salim pun mengangakat kepala mereka, menatap wajah guru yang sudah lima tahun ini menjadi orang tua bagi mereka.

“Dengarkan pesan ini, dan ingat baik-baik. Suatu hari nanti kalian berdua akan menjadi seorang pejuang hebat. Akan banyak orang-orang yang ikut dengan kalian. Namun kalian akan menghadapi ujian yang sangat berat. Tetapi jangan pernah takut, karena seberapa jauh jarak dan waktu memisahkan kalian berdua, pada akhirnya kalian berdua akan tetap bersama. Sebagai saudara.” Ucap guru mereka sembari memeluk mereka berdua.

Wikar dan Salim hanya terdiam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Wikar seakan berubah dalam sekejap. Didikan, pelajaran, dan ucapan gurunya itu kini telah merubah jiwanya menjadi Wikar yang baru.

Wikar merasa seakan dilahirkan kembali. Begitu juga dengan Salim. Dia merasa tak ingin lepas dari Wikar dan gurunya, karena hanya Wikar dan gurunyalah yang benar-benar peduli kepada dirinya.

Kedua orang tua Salim terlalu sibuk dengan urusan bisnis mereka saat di negara mereka. Jarang sekali Salim mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Sedangkan Wikar, dia seorang anak yang memiliki ambisi besar untuk menjadi penguasa dari segala penguasa.

Sayangnya Wikar anak yang salah didikan, karena ayahnya selalu membelanya sekali pun itu adalah hal yang salah.

Tetapi sekarang mereka sedang menuju perubahan menuju kehidupan mereka yang baru. Guru mereka, yaitu Syekh Jafar menaruh harapan besar kepada kedua muridnya itu.

Orang seperti Syekh Jafar sudah bisa menebak dan bahkan melihat dengan jelas apa yang akan mereka berdua alami di masa depan. Terutama apa yang akan terjadi dengan Wikar. Karena itulah Syekh Jafar mendidik Wikar jauh lebih keras dari pada murid-muridnya yang lain.

......................

Selepas pagi itu, Wikar menjadi anak yang penurut. Walau pun awalnya sulit, tapi hal itu sudah cukup membuat gurunya bangga. Setelah bertahun-tahun Syekh Jafar menelan kenakalan anak itu, kini dia bisa melihat perubahan besar yang terjadi pada Wikar.

Wikar mulai memperbanyak membaca buku-buku tentang tata krama, sopan santun, dan juga adab dengan lawan bicara.

Perubahan demi perubahan pun terjadi kepada Wikar dan Salim. Begitu juga dengan Syekh Jafar yang semakin hari semakin menua.

Akhirnya Syekh Jafar memutuskan untuk memberikan sebagian besar ilmu yang ia miliki kepada Wikar dan Salim. Mereka mulai dididik ilmu bela diri. Dan berbagai ilmu yang lain.

Tentu Wikar dan Salim begitu bersemangat, dan sangat antusias dalam mendalami setiap apa-apa yang diajarkan oleh gurunya. Namun disinilah ketabahan Syekh Jafar sebagai seorang guru harus diuji. Karena saat Wikar menginjak usia 23 dan Salim menginjak usia 22, terjadilah perang sipil.

Perang pecah di negara itu karena adanya kelompok penjahat perang yang bertekad kuat untuk mengganti ideologi di negara tersebut. Syekh Jafar pun harus turun tangan dalam perang itu dengan beberapa muridnya yang rata-rata umurnya sudah 30 tahunan.

Kala itu Wikar dan Salim masih harus mendapatkan pendidikan dari Syekh Jafar karena mereka belum benar-benar siap untuk turun ke medan perang. Syekh Jafar bersama kelompoknya menjadi kelompok yang paling ditakuti waktu itu.

Karena Syekh Jafar memiliki kaki yang sangat kencang untuk berlari, sehingga dia bisa cepat dalam melakukan berbagai misi yang ia susun sendiri. Tubuhnya kala itu juga masih tegap dan gahar.

Tentu saja dengan tubuh yang seperti itu, ditambah dengan kemampuannya yang diatas rata-rata, membuat mental musuh-musuhnya menciut. Puluhan bahkan ratusan orang sudah pernah dilibas oleh Syekh Jafar beserta murid-muridnya.

Dua tahun setelahnya, kini Wikar sudah berumur 25 tahun, dan Salim 24 tahun. Mereka berdua telah selesai mendapatkan semua ilmu yang diberikan oleh gurunya.

“Wikar, Salim. Sekarang sudah waktunya kalian berdua memegang tanggung jawab ini. Aku sudah semakin tua. Aku tidak bisa terus menerus bertempur seperti ini. Sekarang kalian berdualah yang akan menggantikan aku. Wikar yang akan menjadi pemimpin dikelompok ini. Dan kamu Salim, kamu yang akan menjadi pendamping Wikar.” Ucap Syekh Jafar kepada kedua muridnya.

“Baik Syekh. Kami akan melakukannya sebaik dan semampu kami.”

“Sekarang, terimalah senjata kesayanganku ini Wikar. Senjata ini sudah membunuh ratusan orang. Dan kamulah yang akan menambahkan jumlah korbannya.”

Wikar mendapatkan sebuah senjata AK-47 milik Syekh Jafar yang sudah menemaninya selama dua tahun ini. Senjata itu tidak pernah macet, apalagi rusak. Senjata itu juga sudah memakan banyak korban. Ada sebuah tulisan disenjata itu yang mengartikan, ‘Tidak ada keabadian yang bertahan selamanya’.

Mengartikan sebuah makna, bahwa orang sehebat Syekh Jafar pun sekarang sudah harus berhenti membunuh diusianya yang tak lagi semuda dulu. Kini dia harus menaruh tanggung jawab besar itu kepada murid-muridnya. Singkatnya, selama Wikar menjadi pemimpin, dia sudah menaklukkan banyak sekali benteng-benteng pertahanan musuh.

Dia bahkan merekrut banyak sekali anggota perjuangan dari rakyat biasa yang sama-sama ingin mendapatkan kedamaian di negara yang mereka tinggali saat ini. Pada akhirnya, perang itu pun harus berlangsung selama kurang enam tahun. Jutaan orang tak bersalah menjadi korban.

Dan sebagian kecil dari para penjahat perang itu masih bersembunyi untuk kembali menghimpun kekuatan mereka, agar mereka bisa mewujudkan impian mereka di kemudian hari.

Perang di negara itu berakhir. Pemerintahan kembali ditata ulang. Saat itulah, Syekh Jafar dan kedua muridnya harus berpisah, karena Wikar dan Salim harus kembali ke negara mereka.

Sesekali Wikar dan Salim datang untuk menjenguk gurunya. Hingga pada suatu kesempatan, Wikar dan Salim mengatakan maksud kedatangan mereka.

Yang dimana mereka ingin menghimpun pasukan agar mereka bisa melakukan pemberontakan kepada pemerintahan yang jelas sangat tidak sah, karena Presiden Jacob kala itu mendesak semua masyarakat untuk mendukungnya agar bisa naik tahta. Dan dia juga melakukan persaingan dengan cara yang sangat-sangat licik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!