Mereka semua berangkat dengan menaiki sebuah truk kecil yang biasa digunakan untuk membawa sayur dan buah-buahan milik warga, agar mereka tidak dicurigai. Mereka juga mengenakan pakaian warga biasa. Agar bisa mengelabui para tentara, Salim yang menjadi supir dan orang di sebelahnya menyamar sebagai seorang petani.
Sedangkan yang lainnya akan tetap dibak mobil untuk bersembunyi karena mereka membawa banyak sekali amunisi di dalam tumpukan buah dan sayuran. Mereka yang berada dibak mobil bertugas untuk menjaga senjata dan amunisi mereka tetap aman. Dan jaga-jaga, kalau sampai mereka semua ketahuan, maka mereka yang ada di dalam bak harus siap menembak.
Akan banyak sekali pos-pos tentara yang akan mereka lewati sepanjang perjalanan. Apalagi para tentara tidak segan untuk menembak jika ada orang yang mencurigakan, sekali pun itu adalah warga sipil. Mereka yang ikut dalam misi ini merasa sangat senang karena ada beberapa mantan pejabat yang juga berada disana, yang dulunya sama-sama menentang kebijakan-kebijakan Presiden Jacob.
Jadi yang akan mereka temui adalah teman-teman mereka sendiri, bukan penjahat kejam pada umumnya. Mereka semua adalah orang-orang jujur yang disingkirkan oleh para presiden yang korup. Mereka berempat adalah orang-orang yang memang sengaja dilatih oleh Salim untuk menjalankan misi-misi penting.
Karena sekuat apa pun Salim dan Wikar, mereka tetaplah manusia biasa yang suatu waktu bisa saja kelelahan. Jadi mereka membutuhkan sebuah tim khusus yang bisa menjadi suport system untuk pergerakan mereka.
Nama keempat orang itu adalah, Loah (laki-laki), Jed (perempuan), Adam (Laki-laki), Ambar (Perempuan). Umur mereka berempat belum sampai tiga puluh tahun, dan awalnya mereka tidak memiliki keahlian apa pun.
Namun setelah Wikar dan Salim melatih mereka dengan sangat keras, sekarang mereka memiliki kemampuan yang hampir setara dengan pasukan khusus yang ada di negara-negara besar.
Mereka semua sudah mendapatkan gemblengan yang sangat kejam dari Wikar dan Salim. Dan hasilnya, sekarang mereka sudah menjadi orang-orang yang paling diandalkan oleh para pemimpin mereka.
“Di depan ada pos tentara, semuanya harap perhatikan baik-baik dan bersiap. Tunggu perintah untuk menembak.” Ucap Salim pada mereka.
Dengan alat komunikasi yang mereka gunakan, mereka tidak perlu bicara terlalu keras untuk bisa mendengar satu sama lain. Salim juga cukup memberikan arahan kepada mereka tanpa harus dicurigai oleh siapa pun.
Mereka semua menggunakan sebuah perangkat komunikasi yang bisa mereka tempelkan dibahu kiri mereka. Alat itu juga memiliki sebuah microfon kecil.
“Dua orang sniper di atas tower. Tiga orang penjaga gerbang. Dan enam orang di halaman.”
“Siap. Dimengerti.”
Salah satu penjaga pun menghentikan kendaraan mereka, dan meminta mereka untuk memarkirkan kendaraannya.
“Turun kalian berdua.” Perintah penjaga itu sembari menodongkan senjata mereka.
“Baik pak tentara. Tenang, kami hanya ingin lewat.” Ucap Salim.
“Periksa isinya!” Perintah orang itu kepada bawahannya.
“Apa yang kalian bawa?” Orang itu bertanya kepada Salim.
“Kami membawa sesuatu yang pasti kalian akan menyukainya.”
“Apa?”
“Kematian!”
Sreettt!!!
Salim langsung menyayat leher orang tersebut, dan mereka segera masuk ke dalam mobil. Sedangkan dua orang lainnya ditembaki oleh Adam dan Ambar dari belakang.
Salim langsung tancap gas dan buru-buru meninggalkan tempat itu. Semua tentara yang ada di tempat itu langsung menyerang mereka dengan puluhan tembakan. Begitu juga dengan sniper yang ada di atas tower penjaga, mereka mencoba menembak ke arah kemudi.
“Loah! Lemparkan granat ke tankinya!” Perintah Salim kepada Loah.
Loah langsung melemparkan granatnya ke arah sebuah tanki bahan bakar. Jelas saja granat itu mampu membuat para tentara tunggang langang, karena tanki langsung meledak dan membuat tempat itu kebakaran hebat.
Api dan asapnya sampai terlihat ke pos-pos penjagaan yang lain. Sehingga memancing kedatangan para tentara yang jauh lebih banyak untuk mengejar mereka.
“Bagus. Rencana kita berhasil. Pasti yang lainnya akan terpancing untuk mengejar kita.” Ucap Salim pada mereka semua.
“Lalu bagaimana selanjutnya komandan?! Kita membawa amunisi ditruk kecil ini. Kalau mereka terus menyerangi kita, truk ini pasti akan meledak! Dan kita semua akan terpanggang!” Ucap Loah yang panik karena sekarang para tentara menggunakan mobil, mengejar dan menembaki mereka semua.
“Kita berpisah! Aku yang akan melompat dari mobil, sedangkan kalian harus tetap melanjutkan misi ini.”
“Tapi! Komandan...”
“Ini perintah! Bersiaplah Loah!”
“Siap Komandan! Kami semua akan terus mengenangmu!” Ucap Loah yang sudah merasa tidak yakin kalau Salim akan selamat, karena keadaan sudah kacau balau.
“Sekarang!”
Salim pun langsung melompat. Dia langsung berlindung di bebatuan, dan menyerang para tentara yang sekarang mulai berhenti dan menyerangnya. Dengan sepuluh magazin berisi amunisi penuh, bagi Salim sudah lebih dari cukup.
Namun dia sendirian, kemungkinannya sangat kecil untuk dia selamat. Sedangkan Loah masih terus melihat ke arah spion mobil, setelah dia mengambil alih kemudinya. Dia ingin sekali berbalik arah dan menolong komandannya itu.
Tetapi perintah tetaplah perintah, menentang perintah pimpinan sama saja dengan menuju kematian, karena Wikar pasti akan menghukum mereka semua kalau tahu itu adalah perintah langsung dari Salim.
Namun yang tidak Loah ketahui adalah, Salim sudah puluhan kali mengalami hal yang lebih sulit dari sekarang. Salim sudah berpengalaman kalau hanya untuk melawan beberapa orang tentara yang kebanyakan dari mereka adalah tentara baru yang skillnya kalah jauh dengan dirinya.
Salim masih bertahan di tempatnya, dan bahkan dia berhasil menghalau puluhan tentara yang berusaha menyerangnya dari arah belakang. Para tentara itu tidak menyadari sama sekali, kalau tembakan yang mereka arahkan ke Salim pasti selalu meleset jauh dari targetnya.
Dan saat mengenai tubuh Salim sekali pun, tubuh Salim sama sekali tidak terluka. Bahkan sakit pun tidak. Peluru itu seakan tidak berguna apa-apa untuk dirinya. Para tentara masih terus menerus melancarakan serangan mereka. Namun usaha mereka sia-sia.
Pertempuran itu pun berlangsung hingga menjelang pagi. Salim bertahan dengan peluru yang ia ambil dari musuh-musuhnya yang sudah mati. Senjata yang ia gunakan juga sudah ia ganti dengan senjata musuh, karena senjata sudah rusak akibat ditembakkan terus menerus.
Dia menyerang sembari terus bergonta-ganti senjata. Dia masih bertahan hingga sejauh ini, walau pun dia sudah mulai merasakan lelah. Para tentara dari berbagai pos mulai berdatangan. Dan disinilah Salim mulai terdesak, saat ada tiga helikopter yang melemparkan jaring kepadanya.
Pada saat itu para tentara masih terus menembakinya. Salim juga terus menerus menembak ke arah helikopter, dan berusaha untuk memotong jaring tersebut. Namun sayang, saat jaring sudah terpotong dan akan pergi dari sana, Salim baru sadar kalau jaring itu sudah dilumuri dengan bensin.
Dan dari arah atas, salah satu helikopter juga menjatuhkan beberapa tangki minyak sehingga saat itu juga api langsung membakar seluruh tubuhnya. Salim berteriak histeris karena api itu membakarnya hidup-hidup.
Semua tentara yang ada disana pun mulai menghindar dari tempat tersebut karena mereka sudah yakin kalau Salim pasti akan mati terpanggang karena api yang begitu besar. Salim tidak bisa melakukan apa pun.
Saat ini dia hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menimpa dirinya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau hari ini akan menjadi sangat buruk dalam hidupnya. Besar kemungkinannya Salim akan mati dalam beberapa detik ke depan.
Dia teringat dengan kedua orang tuanya. Dia sudah berjanji kepada mereka untuk kembali dengan selamat setelah semuanya selesai. Dia juga berjanji kepada sahabatnya, Wikar akan selalu ada bersamanya sampai kapan pun.
Namun hari ini, perjuangan Salim sepertinya harus berakhir. Janji-janjinya mungkin tidak dapat lagi ia penuhi. Dia sekarang sudah berada sangat dengan ajalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments