Kolonel Barkhan sering mendapatkan perintah langsung dari ‘Sang Raja’, tetapi dia tidak pernah mendapatkan lokasi keberadaan ‘Sang Raja’ karena dia orang yang sangat ahli dalam bidang IT. Bahkan dikatakan kalau dia ahli dalam segala hal.
Menurut sebuah kabar yang pernah Kolonel Barkhan dengar, ‘Sang Raja’ pernah menduduki jabatan tinggi di kemiliteran. Hanya saja saat dicari, Kolonel Barkhan tidak menemukan apa pun, selain satu dokumen yang ia curigai sepertinya sudah dihapus oleh ‘Sang Raja’ itu sendiri. Sehingga sampai saat ini tidak ada yang mengetahui sedikit pun tentang ‘Sang Raja’.
“Daftar nama-nama orang yang ada didokumen itu memang bukan jaminan untuk kita bisa mendapatkan Hassan. Namun aku pun sudah bingung harus bagaimana lagi. Negara ini benar-benar sudah kacau balau.” Ucap Kolonel Barkhan dengan nada sedih.
Dia sedih memikirkan negara ini yang semakin hari semakin merosot. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Walau pun Kolonel Barkhan orang yang selalu menguatkan semua orang, tapi dalam hatinya dia adalah orang yang sangat rapuh.
“Kolonel, banyak orang yang bergantung kepadamu. Saat ini militer sudah kacau dan mungkin hanya kaulah satu-satunya orang yang bisa menjadi tiang untuk mereka semua yang sedang sama-sama berjuang di luar sana.” Jawab Ando.
“Entahlah. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa. ‘Sang Raja’ ingin semuanya kembali normal. Hanya dia satu-satunya yang bisa menjadi penyemangatku. Walau pun aku sendiri tidak pernah melihat wajahnya, tapi aku tahu kalau dia orang yang baik dan jujur.” Jawab Kolonel Barkhan.
“Kalau begitu, kapan kita akan mulai semuanya?” Tanya Ando.
“Malam ini. Malam ini kita akan menjalankan semua rencana kita. Aku akan mengirimkan sebagian besar pasukanku di beberapa titik, untuk mempersempit pergerakan pasukan Abu Sayaad. Supaya mereka tidak bisa mengirimkan bantuan ke orang-orang yang akan menjadi target kita.”
“Baik. Ayo kita bersiap.”
“Ayo!”
......................
Setelah jam sepuluh malam, Ando bersama dengan timnya berangkat menggunakan dua mobil. Mereka semua berangkat dengan persenjataan lengkap. Sedangkan Kolonel Barkhan memerintahkan ratusan anggota pasukannya menyebar menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil dan menuju ke semua daftar target yang ada.
Mereka berdua tetap terhubung dengan alat komunikasi. Kolonel Barkhan tetap berada di markas mereka, yaitu bunker bawah tanah yang menjadi tempat rahasia Syekh Jabar dan para muridnya, guna memantau situasi setiap pasukan yang sedang bertugas di lapangan.
Dengan satelit yang mereka miliki, mereka semakin mudah memantau situasi.
Terutama untuk memantau Ando yang sekarang sudah dekat dengan posisi salah satu target yang disinyalir adalah orang paling penting dalam kelompok Abu Sayaad.
Dia dikenal dengan nama Suman. Suman adalah orang yang menjalankan bisnis pengiriman minyak ke berbagai negara untuk ditukar dengan senjata dan amunisi. Dia yang bertugas untuk mengatur semua itu. Jadi dia tahu dimana keberadaan Hassan, dan juga persediaan minyak yang Hassan sembunyikan.
“Head Hunter melapor kepada Kolonel. Ganti.” Ucap Ando.
“Laporan diterima Head Hunter. Bacakan situasimu. Ganti.”
“Situasi aman dan terkendali. Kami sudah berada di zona target.”
“Head Hunter. Masuklah ke sebuah bangunan kecil yang tepat berada di belakang bangunan hotel. Disana lokasi target kalian sekarang.”
“Dimengerti Kolonel.” Jawab Ando.
Ando dan timnya langsung menuju ke tempat yang dimaksud. Disana mereka melihat ada sekitar dua belas orang yang berjaga disana. Mereka semua adalah anggota kelompok Abu Sayaad. Dengan persenjataan yang begitu lengkap, termasuk senjata mesin, sudah bisa dipastikan kalau mereka sedang menjaga sesuatu yang sangat penting.
“Ingat! Perhatikan langkan kalian, dan jangan lakukan hal bodoh. Kalian mengerti.”
“Dimengerti Komandan.”
Mereka mulai dengan melakukan serangan secara diam-diam kepada para penjaga yang ada di bangunan bekas hotel. Mereka melakukannya dengan sangat hati-hati. Mereka menggunakan peredam pada senjata mereka agar bisa melakukan serangan tanpa harus menimbulkan kebisingan.
Mereka menaiki atap demi atap, ruangan demi ruangan, dan segala titik yang ada di gedung tersebut. Kondisi gedung yang sudah hancur itu membuat mereka agak kesulitan untuk menemukan jalan ke sebuah bangunan kecil yang menjadi tempat persembunyian target.
Tapi keuntungannya adalah, mereka tidak harus memeriksa semua ruangan yang ada di gedung itu satu persatu, karena banyak ruangan dan kamar-kamar hotel yang hanya meninggalkan puingnya saja. Sehingga mereka bisa lebih cepat dari waktu perkiraan.
Penjaga yang ada disana juga sepertinya tidak menggunakan alat komunikasi dengan baik. Hanya ada beberapa radio yang terletak disana, itu pun dengan suara yang kurang jelas. Itu artinya, jaringan di tempat itu cukup sulit.
Hal itu juga dirasakan oleh Ando dan timnya yang selalu terlambat melaporkan situasi mereka kepada Kolonel Barkhan. Selalu ada jeda setiap kali mereka memberikan laporan.
“Semuanya berkumpul disini.” Ucap Ando pada timnya.
“Dengar baik-baik. Target kita ada disana, tapi kita harus memiliki rencana B untuk segala hal yang tidak kita ketahui. Pasang beberapa C4 di titik-titik yang sekiranya bisa menghalau musuh kalau ada bantuan mereka yang datang. Dan komunikasi kita juga terhambat, sepertinya tempat ini sulit menangkap sinyal radio. Jadi jangan terpisah terlalu jauh dari yang lain. Kalian paham?”
“Siap! Paham!”
“Bagus! Ayo kita masuk!”
Ando dan timnya langsung mengepung tempat tersebut. Dan beberapa dari mereka juga memasang bom C4 untuk antisipasi kalau sampai mereka berhasil memanggil bantuan. Perlahan Ando membuka pintu bangunan kecil itu, dan salah satu anak buahnya melemparkan sebuah granat kejut untuk membuat pandangan musuh mereka menjadi kacau.
Saat itulah suara tembakan dari dalam ruangan bangunan langsung bergemuruh ke arah mereka.
“Tim! Semua masuk! Serang! Serang! Serang!” perintah Ando kepada timnya.
Mereka semua yang ada di dalam ruangan itu menembak ke berbagai arah, karena pandangan mereka menjadi kacau akiba efek dari granat kejut yang dilemparkan. Namun beberapa saat kemudian suasana menjadi hening, dan hanya ada satu suara. Yaitu suara target itu sendiri, yang bernama Suman.
Dia meringis menahan sakit karena terkena tembakan dari salah satu anak buahnya sendiri yang merupakan kelompok Abu Sayaad. Dia memegang sepucuk pistol jenis Glock 18. Dia berusaha menembaki Ando dan timnya. Namun karena dia sedang sekarat, jadi dia tidak bisa menembak dengan baik.
Ando langsung menendang tangan Suman. Dan pistolnya langsung terlempar jauh dari arahnya. Tidak ketinggalan juga dia memukuli Suman berkali-kali sampai hidungnya berdarah-darah.
“Komandan! Komandan! Tenang! Dia tidak boleh mati!” Salah satu anggota menghentikan aksi Ando.
“Andai saja aku yang memegang operasi ini, aku sudah pasti menghabisimu! Hari ini kau beruntung manusia kepa-rat!”
“Sudah cukup komandan! Kita harus secepatnya pergi dari sini.”
“Bawa manusia lak-nat ini!”
“Siap komandan!”
Tak berlangsung lama, dari kejauhan terdengar suara teriakan begitu banyak orang yang menuju ke arah mereka. Beberapa dari mereka yang berada di barisan depan juga mulai menembak ke arah bangunan itu. Ando dan pasukannya langsung pergi dari sana. Berkat arahan dari Kolonel Barkhan, mereka juga menemukan sebuah jalan lain untuk menuju ke suatu tempat yang lebih dekat dengan posisi mobil mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments