THE CIVILIAN II : EPISODE 9

Melihat berita yang ada di televisi, Wikar hanya tertawa. Dia begitu bangga karena sebentar lagi kelompoknya akan menjadi terkenal. Ditambah juga dengan kabar kalau banyak anggota kepolisian yang memilih mundur dari tugas dan melepaskan lencana mereka, karena takut akan dihabisi juga.

Kebahagiaan Wikar jelas semakin bertambah.

Sekarang Wikar dan Salim, beserta puluhan warga sipil tingga di sebuah gua yang sangat jarang dijamah oleh manusia. Mereka tinggal disana karena beberapa alasan keamanan, sekaligus juga untuk memberikan latihan tempur kepada para warga sipil yang sudah mereka berdua selamatkan.

Wikar sebenarnya tidak memaksa mereka untuk ikut bertempur dengannya. Tapi para warga sipil itu secara suka rela ingin bergabung dengan Wikar. Mereka tidak menginginkan bayaran apa pun, selain hanya untuk makan sehari-hari. Mereka hanya menginginkan kedamaian di negara mereka bisa terwujud.

Dan mereka melihat itu dari sosok Wikar. Mereka melihat Wikar sebagai seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan. Didukung juga dengan Salim sahabatnya, yang selalu setia menemaninya dimana pun dan kapan pun.

Salim ahli dalam strategi pertahanan dan juga dia orang yang pandai bagaimana melatih para warga sipil yang tidak tahu menahu soal pertempuran. Sedangkan Wikar, dialah orang yang terus menerus mendoktrin dan membakar semangat juang para masyarakat yang tertindas ini. Lelah dan letih sudah tidak lagi mereka rasakan.

Melihat semangat para rakyat sangat luar biasa, Wikar dan Salim juga menjadi lebih bersemangat untuk melakukan misi mereka. Mereka ingin merekrut orang dengan jumlah yang jauh lebih besar lagi. Mereka ingin membentuk sebuah pasukan yang lebih terorganisir. Dan dari kelompok kecil inilah semua langkah-langkah Wikar akan dimulai.

“Kalau diperhitungkan, semua dana yang kita dapatkan dari hasil perampokan bank sangatlah cukup untuk membeli senjata dan juga amunisi. Tapi Wikar, aku berfikir kalau sepertinya akan lebih baik kalau kita memproduksi sendiri. Bagaimana menurutmu?”

“Produksi sendiri?”

“Yah. Jadi biayanya akan lebih sedikit dari pada harus membeli senjata dengan para koneksi kita. Belum lagi resiko pencegatan di tengah perjalanan. Kita butuh kapal, atau pun pesawat untuk mengangkutnya.”

“Kamu benar sahabatku. Tapi, kita membutuhkan bahan mentah tentunya, iyakan?”

“Soal bahan mentah, kita bisa memanfaatkannya dari sini. Kita minta dukungan dari ayahmu. Bukankah disukumu banyak orang yang ahli membuat senjata. Sebagai anak kepala suku, kamu pasti akan mendapatkan banyak dukungan Wikar.”

“Orang-orangku pasti akan mendukungku, tapi entahlah dengan ayahku.”

“Ayahmu mendukungmu Panglima Muda.” Ucap seseorang yang tiba-tiba sudah ada di belakang mereka berdua.

Orang itu berpawakan tinggi besar. Badannya kekar dan gahar. Siapa lagi kalau bukan Halak. Halak adalah murid kesayangan ayah Wikar. Dia sudah lama tidak terlihat selama kurang lebih satu tahun karena harus menjalankan tugas dari ayah Wikar. Sekarang dia tiba-tiba saja muncul dihadapan Wikar.

“Halak?!” Wikar terkejut melihat Halak yang sudah ada disana.

Dia langsung memeluknya dan mereka terlihat begitu bahagia, karena sudah sangat lama tidak bertemu.

“Wikar. Saudaraku. Bagaimana? Bantuan apa yang bisa aku berikan kepadamu?” Tanya Halak pada Wikar.

“Duduklah dulu. Baru kita bicara.” Jawab Wikar.

“Ohhh... baiklah.”

Halak datang bersama lima orang yang mendapatkan perintah langsung dari ayah Wikar untuk mengawalnya. Ayah Wikar sudah mengetahui kalau anaknya sedang dalam kesulitan, karena itu dia langsung memberikan perintah kepada Halak dan orang-orang kepercayaan disukunya.

Halak bukanlah orang sembarangan. Dia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Salah satunya, tidak mempan terhadap senjata apa pun. Kemampuan itu sudah ia dapatkan sejak lahir. Bahkan saat pemotongan alat kelamin pun harus dilakukan oleh ayah Wikar, karena tidak ada satu pun orang yang mampu melakukannya.

Halak berasal dari suku yang berbeda, tetapi masih satu rumpun dengan ayah Wikar. Halak sangat ahli dalam membuat senjata dan juga menggunakannya. Dia bahkan ahli bela diri, dan juga ahli dalam hal semacam sihir atau sejenisnya. Dia bisa membuat biji kacang menjadi seekor tikus. Memang terdengar aneh, tapi itulah Halak.

Masih banyak hal aneh lainnya yang bisa Halak lakukan. Bahkan untuk sampai ke tempat ini pun, Halak tidak perlu bersusah payah menggunakan kedua kakinya untuk berjalan di tempat yang berbatuan seperti ini. Dia cukup membayangkan wajah Wikar, maka dia akan sampai ke tampat dimana Wikar berada.

“Apa yang membuatmu datang ke tempat ini Halak? Sudah beberapa tahun terakhir kamu tidak keluar dari bukit tempat tinggalmu.” Tanya Wikar pada Halak.

“Ayahmu memberikan perintah kepadaku untuk menemui di tempat ini. Dia mendukung semua yang kamu lakukan Wikar. Dia juga menitipakan permintaan maafnya padamu. Beberapa waktu lalu memang ayahmu melarangmu untuk melakukan ini, tapi bukan karena dia tidak mau mendukungmu. Tapi karena kamulah putra satu-satunya. Kalau ayahmu sudah tiada, maka kamulah yang akan menggantikannya.” Jawab Halak.

“Yah. Aku pun berfikir begitu. Aku pun sebenarnya tidak mau melakukan ini kalau negara ini baik-baik saja. Tapi lihatlah kesana, mereka semua adalah orang-orang yang menjadi korban perbudakan para manusia-manusia serakah. Hidup mereka sudah hancur. Dan disinilah, mereka akan kembali menata kehidupan mereka.” Ucap Wikar sembari menunjuk ke arah semua orang yang ada disana.

“Aku tahu. Ayahmu sudah menceritakan semuanya. Dan aku disini untuk membantumu. Aku tidak suka berbelit-belit, apa yang harus aku bantu?”

“Salim berencana untuk memproduksi senjata sendiri. Tapi kami membutuhkan bahan mentah untuk membuat senjata, amunisi, dan juga alat-alat yang dibutuhkan. Bagaimana menurutmu?”

“Itu mudah. Asalkan kamu bisa menyediakan tempatnya.”

“Aku sudah siapkan tempat, Halak. Hanya itu masalahku sekarang.” Salim menjawab.

“Akan aku lakukan sekarang.” Ucap Halak sembari berlalu dari tempat itu beserta para pengawalnya.

Halak dan pengawalnya perlahan menghilang, lenyap seakan terhembus angin. Mereka entah pergi kemana. Yang jelas, dia menuju ke suatu tempat yang disana terdapat banyak sekali hal yang dibutuhkan oleh Wikar dan Salim. Tempat itu sangat tersembunyi, dan tidak ada satu pun orang yang berani datang ke tempat itu, kecuali orang-orang seperti Halak yang memiliki kelebihan.

Tempat yang dimaksud adalah sebuah gunung berapi aktif yang ketinggiannya tidak main-main. Gunung itu menyimpan banyak sekali kekayaan alam yang tidak ada satu pun masyarakat umum yang mengetahuinya. Ada salah satu tempat yang sangat sakral dan tidak bisa dilihat oleh sembarang mata. Hanya orang-orang yang memiliki hati yang tulus yang bisa melihat dan menapakan kakinya di tempat itu.

“Wikar, kemana mereka pergi? Mereka datang begitu saja. Dan pergi begitu saja.” Ucap Salim penuh pertanyaan.

“Mereka tahu kemana mereka harus pergi. Yang pasti, sebentar lagi kita bisa memproduksi senjata kita sendiri.”

“Wow! Itu bagus Wikar. Kalau begitu kita hanya tinggal menyusun rencana penyerangan untuk nanti malam.”

“Bagus. Persiapkan semuanya. Sementara kita bawa sedikit orang saja untuk berangkat, karena senjata dan amunisi kita tidak cukup banyak kalau digunakan oleh puluhan orang.”

“Baik.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!