Fujin benar-benar segera kembali ke tempat latihannya untuk melatih kembali kekuatan api abadinya. Karena dia belum bisa sepenuhnya mengendalikannya dengan baik.
Dia kembali memejamkan sepasang matanya dan memfokuskan kekuatan supranaturalnya hingga tubuhnya mulai mengeluarkan aura api berwarna jingga.
"Aku harus bisa mengendalikan kekuatan besar ini dengan baik. Jika tidak, kekuatan api abadi milikku bisa mencelakai orang-orang di sekitarku. Sebelumnya disaat aku menggunakannya untuk melawan siluman Jorogumo, aku benar-benar lepas kendali dan sedikit merusak lembah bunga. Ini sangat berbahaya ..." gumamnya sambil melakukan beberapa gerakan formasi untuk mengendalikan kekuatannya.
Dia mulai menembakkan bola-bola api abadinya untuk menyerang beberapa musuh ilusi yang telah diciptakan oleh guru Kojuro untuknya. Meskipun dengan mata yang terpejam, namun Fujin cukup baik melalukan semua itu. Dan tembakannya mengenai sasaran dengan sangat tepat dan akurat. Instingnya benar-benar sangat menakjubkan!
Dan pada latihan kali ini dia sudah berhasil mengendalikan seberapa besar bola api dan seberapa kuat serangan yang harus diciptakannya.
"Kak Fujin!" tiba-tiba suara seorang pemuda yang baru saja datang cukup mengejutkan Fujin.
Dan Fujin yang hendak menembakkan bola api abadinya ke arah yang tak lain dari arah suara itu datang, dengan cepat segera membelokkan serangannya hingga akhirnya pemuda itu terlepas dari serangan latihan Fujin.
Bola api itu melesat melewati wajah pemuda berpakaian jubah lapis yang mewah itu. Ternyata pemuda itu adalah pangeran kedua Azai yang menyusulnya ke ruang berlatih pribadi Fujin. Sepasang mata pangeran Azai masih membelalak lebar dan dia juga masih menahan nafasnya untuk beberapa saat.
Jika saja Fujin tak segera membelokkan serangannya, mungkin serangan api abadi miliknya akan benar-benar membakar wajah pangeran Azai.
Fujin yang sudah membuka matanya kembali kini mulai meredamkan energi api di seluruh tubuhnya dan menatap ke arah pangeran Azai yang masih mematung karena syok.
"Adik kedua. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Fujin yang mulai mendekati Azai untuk memastikan keadaan sang adik.
"A-aku ... baik-baik saja, Kak Fujin. Aku hanya terkejut saja. Hehe ..." Azai meringis masih dengan raut wajah yang pucat.
"Lain kali jangan datang dengan cara mengejutkanku seperti ini. Ini sangat berbahaya." ucap Fujin memperingatkan. "Apa ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan padaku, Azai?"
"Ayahanda meminta kakak untuk segera menghadapnya di aula utama. Ada juga nenek yang sedang menunggu kak Fujin disana."
Ucap Azai menyampaikan kembali dengan wajah cerianya. Karena pangeran kedua Azai memang memiliki kepribadian ceria dan humoris. Tidak seperti Fujin yang pendiam dan datar.
Namun ketika mendengarkan kata nenek, seketika membuat raut wajah Fujin sedikit lebih berbinar, meskipun tak terlalu terlihat. Karena selama ini sang nenek lah yang selalu sering mengunjunginya. Bahkan lebih sering dari ayahanda maupun ibundanya. Karena Zhou memang memberikan Lily batasan untuk mengunjungi dan memanjakan Fujin.
Tidak seperti Amaterasu yang nekat dan tak mempedulikan cara Zhou untuk melatih Fujin yang terbilang cukup keras dan ketat. Karena Amaterasu hanya ingin dekat dengan cucu-cucunya. Terutama Fujin yang paling sulit untuk didekati.
"Nenek sudah datang kembali di istana?" tanya Fujin sedikit antusias.
"Iya, Kak."
Tanpa banyak berkata-kata lagi, akhirnya Fujin mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tempat latihan pribadinya dan segera bergegas untuk ke aula utama.
Dan benar saja, disana sudah ada seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan muda dengan jubah lapis indahnya yang begitu khas, yaitu jubah lapis perpaduan biru lembut dan keemasan, seperti warna kesukaannya.
Dia adalah Amaterasu, nenek dari Fujin yang memiliki ras dewa langit. Dan dia adalah Dewi Matahari yang telah memberikan sebagian dari kekuatannya untuk Fujin ketika Fujin terlahir ke dunia fana ini.
"Salam hormat, Ayahanda, Ibu suri, nenek, kakek. Ananda sudah datang untuk menghadap." ucap Fujin memberikan salam penghormatan dengan sepenuh hati.
Amaterasu segera turun dari singga sananya dan mendekati Fujin dengan raut wajah bahagia namun juga diselimuti kesedihan. Keduanya rasa itu berkecamuk menjadi satu.
"Fujin! Bangunlah-bangunlah ..." ucap Amaterasu meraih kedua bahu Fujin dan membantunya untuk berdiri kembali.
Fujin menatap Amaterasu penuh kerinduan, begitu juga dengan Amaterasu yang sebenarnya cukup tidak tega disaat melihat dan mengingat jika cucu pertamanya terlahir dengan sebuah tugas yang cukup berat.
"Nenek sudah datang ke alam manusia. Ayo! Nenek akan mengajakmu untuk berjalan-jalan sebentar! Jangan menghabiskan waktumu untuk berlatih dan berlatih terus! Kamu juga butuh untuk dekat dengan keluargamu, Cucuku Fujin!" Amaterasu berusaha untuk meraih tangan Fujin, namun Fujin perlahan melepaskannya dengan lembut.
"Ibu ..." sergah kaisar Zhou yang sebenarnya selalu tidak menyukai di setiap kali ibunya memperlakukan Fujin seperti itu. Namun Lily segera menahan tangan Zhou.
"Nenek, maafkan ananda. Tapi inilah takdir hidup ananda. Ananda terlahir di dunia ini hanya untuk menyelamatkan 3 dunia dari ancaman kehancuran kelak. Ananda harus berlatih dan berlatih untuk mempersiapkan semua itu, Nenek. Jadi ananda tidak boleh bersantai-santai. Karena ananda harus bekerja keras untuk menjadi kuat. Jika nenek ingin menghabiskan waktu bersama dengan ananda, mohon ajarkan beberapa teknik baru untuk ananda saat berlatih. Ananda akan merasa sangat senang."
Ucap Fujin kembali memberikan penghormatan penuh untuk Amaterasu. Sebenarnya ketika mendapatkan perhatian dari sang nenek, Fujin merasa cukup bahagia. Hanya saja dia sudah menekankan untuk dirinya, agar tidak tenggelam dan larut di dalam kebahagiaan itu. Karena 1 hal yang selalu dia ingat adalah, dia adalah pilar terkuat dari ketiga alam ini di masa depan.
Hal ini tidak hanya membuat Amaterasu merasa sedih dan sesak. Namun Lily yang masih terduduk di sisi Zhou juga merasa sesak dan sakit. Putranya selalu bersikap dingin terhadap siapapun, seakan membuat jarak diantara mereka.
"Jika sudah tidak ada yang ingin disampaikan, maka ananda akan kembali. Salam hormat, Ayahanda, Ibunda, kakek, nenek ..." ucap Fujin kembali menautkan kedua tangannya
Namun Amaterasu tak menyerah sampai disini saja. Wanita yang masih terlihat selalu cantik dan muda itu kini meraih pergelangan tangan Fujin dan menghentikan langkah kaki Fujin. Amaterasu juga menjewer telinga Fujin pelan. Dan semua itu hanya dia lakukan untuk mengakrabkan dirinya dengan sang cucu yang selalu dingin itu.
"Siapa yang sudah mengijinkanmu untuk kembali, Cucu nakal?! Karena sudah tidak sopan terhadap nenekmu ini, maka nenek akan menghukummu! Kamu harus menemani nenek untuk menghabiskan sisa hari ini dengan berjalan-jalan!" tandas Amaterasu mulai menggiring Fujin meninggalkan aula ini.
Zhou yang terlihat sangat keberatan dengan perbuatan ibunya berniat untuk menghentikannya, namun Lily segera meraih tangannya dan memberikan sebuah isyarat agar Zhou membiarkan Amaterasu untuk membawa Fujin keluar istana.
Meskipun dikatakan Amaterasu akan menghukum Fujin. Namun sebenarnya hal itu hanyalah siasat Amaterasu untuk mengajak Fujin untuk melihat dunia luar dan berjalan-jalan sejenak. Serta melupakan sejenak tugas berat yang selama ini selalu dia pikul sejak kecil, seakan menjadi sebuah beban untuknya.
...⚜⚜⚜...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩմოí⁰³
dari kecil sdh fujin dpt didikan yg bgittu harus berlatih setiap hari ni tanpa bergaul sma dunia luarr
2023-08-12
1
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
zhou coba kasih kepercayaan untuk fujin,hayooo lah zhou 😪
2023-08-11
0
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
zhou kenapa sih gini amat dengan fujin,ya fujin yg akan berjuang nanti tapi dia butuh kasih sayang
2023-08-11
0