Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁🍁
"Aa, entahlah! Tapi aku tidak bisa mengatakan Siapa orang itu,"sahut Dika, namun ekor matanya melirik kepada Seno, dan Seno membalasnya dengan tatapan tajam setajam silet.
Mereka kembali ke tenda dan melakukan ritual malam seperti biasa.
Sebagian dari mereka segera menuju ke tenda dapur untuk mengisi perut yang sudah keroncongan karena seharian tenaga dan pikiran mereka dikuras habis-habisan.
Sementara Seno tengah berjalan menuju ke tenda klinik, ia bermaksud menjenguk dan memastikan keadaan anak kecil yang tadi siang ia selamatkan dari reruntuhan bangunan.
Tapi! Apakah benar maksud Seno hanya untuk melihat gadis kecil itu dan memastikan keadaannya! Apakah tidak ada maksud yang lain, maksud yang tersembunyi mungkin!
Entahlah hanya Seno dan Tuhan yang tahu.
Namun ketika sampai di tenda 20, Seno hanya bertemu dengan nenek.
"Bagaimana dengan kondisi cucu Nenek?"tanya Seno namun matanya berkeliaran ke mana-mana.
"Dokter sudah mengecek semua kondisi cucu saya Bella, dan Dokter menyarankan agar Bella segera dibawa ke Rumah Sakit yang ada di Kota, agar mendapat perawatan yang maksimal, karena sampai sekarang Bella masih belum sadarkan diri,"kata nenek dengan raut wajah yang teramat sedih.
Tentu saja nenek itu sedih, karena gadis kecil itu adalah cucu semata wayangnya.
"Semua akan baik-baik saja!"kata Seno meyakinkan nenek Bella.
"Apakah mereka sudah akan membawa Bella ke Rumah Sakit Kota?"Tanya Seno.
"Tim Dokter sudah mengajukan permohonan dan semoga saja besok pagi Bella sudah bisa dibawa, nak terima kasih banyak sudah menolong Bella."
"Tidak perlu berterima kasih nek, karena itu memang sudah menjadi tugas dan kewajiban saya dan tim SAR lainnya."
Setelah menanyakan dan melihat kondisi Bella, Seno tidak langsung pergi dari sana karena ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya, bukan mengganjal seperti ada batu atau balok, tapi hatinya sepertinya tertahan di sana. Seno tengah menunggu seseorang yang kemungkinan besar datang ke sana.
Dan seseorang itu pun datang, tapi kedatangan orang itu tak lantas membuat Seno tenang dan tersenyum karena yang datang adalah dokter Vir.
Seno terlibat perbincangan kecil dengan Dokter Vir, tentu saja membahas keadaan Bella dan mereka sepakat akan berusaha dengan apapun, agar besok pagi Bella bisa dibawa ke Rumah Sakit yang ada di kota.
"Kalau begitu saya permisi Dok."pamit Seno setelah ia selesai dengan urusannya.
"Silakan! "Sahut dokter Vir dengan Ramah.
Di saat Seno berjalan menjauhi klinik, matanya masih terus mencari-cari sesuatu. Namun ia masih belum menemukan apapun yang tengah ia cari, hingga Ia pun menyerah dan memutuskan kembali ke tendanya untuk beristirahat.
"Sen, apa kau tidak makan? akhir-akhir ini kau jarang sekali makan, apakah tubuhmu ini benar-benar terbuat dari manekin hingga tidak membutuhkan asupan makanan dan gizi, tapi masih tetap kuat berdiri tegak,"kata Dika yang baru saja kembali dari tenda dapur.
"Aku tidak bernafsu."Sahut Seno tanpa melihat, karena ia tengah membaringkan dan menutup matanya di atas kasur.
"Apa ini karena Rana? kau menjadi galau seperti ini karena wanita itu kan?"
"Tidak!"sahut Seno dengan cepat.
"Benarkah?"Dika meyakinkan.
"Tentu saja."
"Kalau begitu baguslah, jadi aku akan terus melanjutkan misiku untuk mendekati mantan istrimu itu,"sahut Dika sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, dan tersenyum membayangkan sesuatu, entah apa yang lelaki itu bayangkan.
Mendengar ucapan temannya itu, sontak membuat Seno membuka lebar matanya.
"Dika, apa kau tidak mengindahkan peringatanku sore tadi?"
"Apa! peringatan apa!"sahut Dika berpura-pura tidak tahu.
"Jangan macam-macam!"
"Apanya yang jangan macam-macam Seno, sungguh aku tidak macam-macam karena aku serius dan sangat yakin, lagi pula aku sudah memulai misiku tadi. Jadi kau sudah tidak bisa melarangku."
"Maksudmu?"
"Aku sudah melakukan pendekatan pada Rana, tadi aku bertemu dengannya di tenda dapur. Dan ia sungguh benar-benar sangat memesona, mataku sampai silau karena melihat cahaya yang terpancar dari wajahnya."Kagum Dika, namun dengan maksud tertentu.
"Sungguh sangat berlebihan,"cibir Seno.
namun dalam sekejap ia bangkit dari rebahannya dan duduk di hadapan Dika.
"Jadi Rana ada di Tenda dapur?"tanya Seno.
"Iya, dan aku baru saja berinteraksi dengannya. Sepertinya Rana sudah mulai move on dan kemungkinan besar akan membuka pintu hatinya lebar-lebar untukku."
Perkataan Dika semakin membuat Seno kesal.
"Kau kenapa! Apa kau juga ingin ke tenda dapur untuk menemui Rana?"
"Tentu saja Tidak!"sahut Seno dan kembali merebahkan tubuhnya.
"Baguslah! kalau begitu aku pergi dulu karena ada sesuatu yang harus aku kerjakan,"ucap Dika, dan iapun pergi dari sana meninggalkan temannya sendirian.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
revinurinsani
si Dika cuman manasin kompor doang hehe yakin gue dah
2023-12-07
4
Muhammad Aufa
masih gk mau ngaku juga bang sen???
2023-12-06
1
Bun SanMar
Dika kompor meleduk
2023-11-26
0