Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁
Hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit, Rana sudah siap dengan penampilan terbaiknya. Ia berdandan ala kadarnya sesuai pengetahuan yang ia dapat dari para selebgram tutorial make-up.
Dengan hati yang berbunga-bunga, Rana melangkahkan keluar rumah. Ia akan membawakan makan siang untuk Seno, suami tersayang.
🍁🍁🍁
Rana sampai di Kantor SAR, tepat waktu.
"Syukurlah aku belum terlambat."Lega Rana yang memasuki area Kantor.
"Rana!"sapa Dika, yang memang mengenali Wanita itu.
"Ah, iya. Selamat siang Dika, aku ingin bertemu Mas Seno,"sahut Rana cepat.
"Bertemu Seno!"pandangan Dika tertuju pada tangan Rana yang membawa sebuah Paper Bag, "Apa itu?"tanya Dika, yang memang selalu kepo.
"Ini makan siang, untuk Mas Seno."
"Waaah... luar biasa, beruntung sekali Seno, ada yang memperhatikan seperti ini, aku benar-benar merasa iri dengannya, mari ikuti aku, Seno ada di dalam."Ajak Dika.
Dan tanpa ragu, Rana mengikuti Dika
Kedatangan Rana di sana, tentu menarik perhatian para petugas SAR lainya.
"Dia istri Seno, dia ingin membawakan makan siang untuk lelaki beruntung itu,"kata Dika, yang tau jika orang-orang yang memperhatikan Rana, mempertanyakan maksud kedatangan wanita itu.
"Oh, baik. Silahkan!"sahut salah satu lelaki yang tengah berkumpul dengan teman-temannya.
"Dia cantik ya,"cetus lelaki lain, yang masih memperhatikan Rana, meskipun wanita itu sudah berlalu.
"Iya, ternyata Seno memiliki istri yang cantik, aku baru kali ini melihatnya,"sahut temanya.
"Kita baru tau ini, karena dulu Seno tidak mengundang kita di hari pernikahannya."
"Lelaki itu benar-benar kurang ajar, tidak mengundang kita di hari bahagianya, sepertinya ia ingin menyembunyikan istrinya."
**
"Seno! Lihatlah siapa yang datang,"seru Dika.
Seno yang tengah berbincang dengan rekan kerjanya, menoleh dan ia sangat terkejut ketika melihat, Rana ada di sana.
Seno bergegas menghampiri istrinya.
"Rana. Ada apa! Kenapa kamu datang ke sini?"
"Kau ini kenapa menyambut istrimu dengan bicara seperti itu, lihatlah istrimu yang baik ini! Ia membawakan makan siang untukmu. Sepertinya dia sangat tahu jika akhir-akhir ini kamu jarang makan."Sahut Dika, dengan suara yang keras hingga kembali menarik perhatian orang-orang di sana.
Semua tersenyum dan bersorak.
"Waah, hanya istri Seno yang datang ke sini untuk membawakan makan siang, seandainya istri saya seperti itu,"sahut salah seorang pria yang tadi sedang berbincang dengan Seno.
Seno tersenyum canggung sementara Rana tersipu malu.
"Ikut aku,"Seno mengajak Rana keluar dari Pos.
***
"Rana, seharusnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini."
"Tidak apa-apa Mas, aku sama sekali tidak merasa direpotkan, justru aku senang bisa datang ke sini membawakan makan siang untukmu, tapi apa benar yang dikatakan Dika, jika akhir-akhir ini kamu tidak makan siang dengan baik?"
"Kau jangan dengarkan dia, Dika memang selalu berlebihan, aku selalu makan dengan baik."
Seno meraih Paper Bag yang ada di tangan Rana.
Rana tersenyum bahagia dan baru saja ia ingin mengatakan.
'Mari kita makan bersama'
Seno justru menyuruhnya segera pulang.
"Pulang!"
"Iya, pulang lah, setelah istirahat nanti akan ada latihan."Kata Seno, yang terlihat ingin segera mengakhiri pembicaraannya dengan Rana.
Rana terdiam sejenak,"Baiklah, aku akan pulang."Sahut wanita ini dengan nada pelan.
Seno mengangguk tanpa mengatakan apapun lagi.
"Jangan lupa dimakan ya Mas, dan hati-hati dalam bekerja."Kata Rana sebelum ia melangkah pergi dari sana."
"Iya,"sahut Seno singkat dan sebelum Rana beranjak, Seno sudah lebih dulu masuk ke dalam Pos. Meninggalkan istrinya di luar.
"Tidak apa-apa Rana, yang penting Mas Seno sudah menerima makan siang yang kau bawa."
**
Seno yang sudah berada di dalam Pos, membelokkan langkahnya menuju sisi bangunan. Bukan ke ruangan yang biasa para Tim SAR, gunakan untuk makan dan beristirahat.
Ia mengulurkan isi dari Paper Bag berwarna merah muda yang baru beberapa detik ia terima dari Rana.
Sedangkan di luar.
"Ah, aku lupa mengatakan pada Mas Seno, jika kakek Arif memintanya untuk berkunjung,"ujar Rana yang baru mengingat pesan yang dikirim Arif pagi tadi, yang memintanya dan Seno datang.
Kirana memutar arah kembali menuju kantor.
Tap.
Tap.
Tap.
Suara sepatu Rana terdengar cukup nyaring ketika beradu dengan lantai, ia mengedarkan pandangannya saat kembali memasuki Kantor, tapi tidak ada orang di sana padahal sebelumnya cukup ramai.
"Dimana Mas Seno, apa dia ada di ruangan itu,"gumam Rana sambil melihat satu ruangan yang terdengar riuh, sepertinya semua petugas sedang berkumpul di sana. Rana melangkah ingin memasuki ruangan yang terdengar ramai itu
Namun langkahnya terhenti saat kedua telinganya mendengar suara dari sisi lain, dan Rana memutuskan untuk melihatnya.
DEG!
Bagai dihantam dengan batu besar, hati Rana seketika hancur dengan dada yang terasa sangat sesak.
Kedua bola matanya melihat dengan jelas,
Seno, sang suami tengah mengeluarkan semua isi yang ada di rantang biru, dan memasukkannya kedalam tong sampah.
Tanpa menyadari kehadiran Rana, lelaki itu terus mengorek isi rantang dan membuangnya tanpa rasa bersalah, setelah tak bersisa Seno kembali memasukkan rantang itu ke dalam Paper Bag.
"Rana!"
Seno terkejut setengah mati, di saat ia membalikkan badan, matanya melihat Rana yang tengah berdiri mematung, menyaksikan kelakuannya.
Rana menengadahkan wajahnya, ia menahan air mata yang sudah hampir melesat. Dadanya nyeri melihat Seno dengan tega membuang semua makanan yang sudah susah paya ia masak.
"Rana, aku..!"
"Aku tau Mas, mungkin masakanku tidak seenak masakan di Restoran tempatmu makan dengan bahagia bersama teman-temanmu. Tapi setidaknya, tolong hargai makanan itu, kamu tidak harus membuatnya berakhir di tong sampah. Jika kamu benar-benar tidak sudi memakannya, kamu bisa memberikan itu pada pengemis atau gelandangan, atau mengembalikannya padaku,"kata Rana dengan suara bergetar.
"Rana, aku tidak bermaksud seperti ini.. Aku...!"
"Ada apa ini! kenapa kalian malah ada di sini?"
Dika muncul menghentikan ucapan Seno.
"Tidak ada apa-apa, aku permisi,"sahut Rana, dan ia segera pergi dari sana, dengan perasaan yang terluka tentunya.
(Jangan pernah membuang makanan layak sekecil apapun, karena di luar sana masih banyak orang-orang yang rela melakukan apapun demi sesuap nasi, bahkan sampai bertaruh nyawa. Tak jarang ada orang yang dengan terpaksa memakan, makanan yang sudah tidak layak untuk di konsumsi. Satu lagi! Tolong hargailah orang yang perduli padamu)
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Tati Suwarsih
tega banget...tdk boleh membuang mkanan
2023-12-10
3
revinurinsani
astaghfirullah nyesekkk torr
2023-12-07
1
Qorie Izraini
terlaluuuu ..
2023-11-26
1