Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁🍁
"Sakit... Tolong... Sakit...!"
Seno mendengar suara rintihan seorang anak kecil dari balik reruntuhan.
"Cepat! Bantu sebelah sini!"teriak Seno pada rekannya, dan ia sudah lebih dulu memeriksa sumber suara.
Setelah memeriksa, Seno melihat seorang anak perempuan yang berada di bawah puing pepohonan.
"Tolong...!"rinti anak itu sambil menangis karena menahan rasa sakit.
"Tenang! Om akan segera mengeluarkan mu dari sini,"kata Seno, dengan meraih tangan anak, yang tertimbun, hanya satu tangan dan kepalanya saja yang terlihat.
Beberapa teman Seno datang, dan memeriksa situasi.
"Ayo cepat! Kita harus segera singkirkan pohon ini!"
Dengan bersusah payah, mereka menyingkirkan pohon yang berukuran besar tersebut dan syukur, anak kecil itu bisa diselamatkan meskipun harus mengalami beberapa luka di tubuhnya terutama di bagian kaki yang mengalami patah tulang.
Seno menggendong anak itu dan berlari menuju tenda darurat.
"Cepat! Periksa dan obatnya anak ini!"panik Seno yang menerobos masuk ke tenda tempat para korban di tangani.
Dan dengan cepat beberapa perawat menyambut anak itu dan menyerahkannya kepada dokter Windy untuk melakukan pemeriksaan.
"Kita, harus segera membawa anak ini ke Rumah Sakit!"kata Dokter Windy, setelah ia memastikan kondisi anak itu yang ternyata cukup parah.
Tim penyelamat segera menyiapkan Ambulan dan membawa beberapa korban yang memang harus segera dilarikan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Setelah beberapa jam lamanya hingga subuh menjelang Seno dan timnya baru usai melakukan penyelamatan.
Dan sungguh sangat menyayat hati bagi mereka, karena sebagian besar korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
"Kita sudah melakukan yang terbaik, dan para korban memang tidak bisa diselamatkan, itu sudah kehendak Tuhan kita doakan saja semoga mereka ditempatkan di tempat terbaik di sisi sang pencipta!"ujar Seno menyemangati rekannya yang terlihat sangat terpukul.
Yah, inilah yang mereka rasakan ketika mereka lebih banyak menyelamatkan korban yang sudah tidak bernyawa, rasa sedih selalu menyelimuti hati mereka ditambah lagi ketika mendengar tangis para keluarga ketika mendapati salah satu dari keluarganya sudah tidak bernyawa.
"Ini untukmu."Windy datang seraya menyerahkan satu botol air mineral kepada Seno.
"Terima kasih!"sahut Seno dengan meraih botol itu namun tidak melihat Windy karena matanya tertuju pada orang-orang yang tengah menangis.
"Kau sudah melakukan yang terbaik, aku bangga padamu!"ujar Windy.
Seno hanya mengangguk tanpa ingin menimpali perkataan Windy.
Dan beberapa menit kemudian beberapa Tim medis sudah kembali ke Rumah Sakit, begitupun juga dengan Tim SAR yang sudah kembali ke markas.
🍁🍁🍁🍁
Di tempat lain.
Kabar bencana alam pun kembali terdengar, namun kali ini berlokasi sangat jauh dari Kota, karena berada di pedalaman.
Gempa Bumi dan Tsunami menerjang sebuah Kota kecil yang bernama, Kota Perjuangan, meskipun kota itu kecil
Namun tidak sedikit juga korban jiwa di sana.
Pemerintah membutuhkan banyak sekali relawan untuk dikerahkan di lokasi, akses menuju ke Kota tersebut sudah tidak bisa ditempuh dengan jalur darat karena beberapa akses jalanan baik di darat maupun di laut sudah sangat tidak aman dan rusak parah. Sehingga menyulitkan para relawan untuk terjun langsung ke Kota tersebut.
Satu-satunya akses menuju ke Kota tersebut lewat jalur udara.
Rumah Sakit tempat Rana bekerja menjadi salah satu RS yang ditunjuk pemerintah, dan meminta beberapa Perawatan dan Dokter terbang ke lokasi bencana. Karena di sana sangat kekurangan tenaga Medis.
Sebenarnya para Dokter dan perawat ragu untuk pergi ke kota tersebut, karena resikonya sangat besar, BMKG pun memperingatkan! jika Kota tersebut tidak aman, karena akan terjadi Gempa dan Tsunami susulan.
"Jadi, siapa yang bersedia untuk pergi ke Kota Perjuangan?"tanya kepala Rumah Sakit kepada, perawatan dan Dokter yang sudah berkumpul di satu ruangan.
Sebagian besar Dokter dan Perawat diam, mungkin mereka tidak mau mengambil resiko jika harus terbang langsung ke Kota yang sudah berada di zona merah tersebut.
Namun tetap saja banyak jiwa yang membutuhkan pertolongan di Kota tersebut hingga mereka pun tidak boleh mengabaikan keselamatan penduduk di sana.
"Aku yang akan pergi!"Rana mengangkat tangannya, menandakan jika ia bersedia untuk diterbangkan ke Kota tersebut.
Semua menatap Rana. Begitu juga dengan Dokter Vir.
"Kau yakin?"tanya kepala Rumah Sakit memastikan niat dari Rana.
"Yakin!"jawab Rana dengan mantap, karena sebagai seorang perawat, ia tidak mungkin membiarkan warga yang ada di Kota tersebut merintih kesakitan membutuhkan obat dan pertolongan.
"Saya juga ikut!"Melly, teman baik Rana selama di Rumah Sakit ikut mengangkat tangannya.
Vir yang tidak mungkin membiarkan Rana terbang di sana hanya berdua, tentu saja memasang badan dan mengatakan dengan yakin jika ia pun akan berangkat.
"Ada lagi?"tanya sang kepala Rumah Sakit.
Setelah menunggu beberapa detik hanya ada satu orang saja yang mengangkat tangannya dia adalah wahyu Dokter umum di Rumah Sakit tersebut!
"Baiklah, dua Dokter dan dua Perawat sepertinya sudah cukup untuk menyumbang tenaga medis di Kota tersebut. Kalian akan berangkat sore ini juga! Jadi bersiap-siaplah untuk itu, dan hubungi atau pulanglah sejenak untuk mengabari keluarga kalian, ini demi rasa kemanusiaan dan tanggung jawab kita sebagai seorang tenaga medis untuk mengutamakan kesembuhan dan keselamatan orang yang membutuhkan. Mengerti!"
"Mengerti Tuan!"
Seperti arahan kepala Rumah Sakit 4 orang yang bersedia pun mempersiapkan diri untuk terbang ke Kota Perjuangan sore itu juga.
"Rana!"Panggil dokter Vir ketika Rana akan keluar Rumah Sakit bersama Melly.
"Kita akan berjuang bersama-sama di sana, dan semua akan baik-baik saja!"ucap Dokter Vir.
Rana mengangguk.
"Iya Dok, aku sangat yakin itu!"
🍁🍁🍁
"Apa! Pergi ke Kota Perjuangan!"Kartika sungguh sangat syok, mendengar ucapan Rana yang berpamitan ingin terbang ke kota yang ia tahu sangat berbahaya itu, "Bagaimana jika Ibu tidak mengijinkannya,"sambung Kartika.
"Bu, aku seorang perawat. Ini sudah menjadi tugasku dan ini pun bukan hanya sekedar tugas, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk membantu siapapun yang membutuhkan tenagaku. Aku mohon Bu izinkan aku untuk terbang ke sana!"pinta Rana dengan sungguh-sungguh sambil membekap kedua tangan ibunya.
"Ayah mengizinkanmu Nak!"sahut Malik ayah dari Rana.
Dan Rana tersenyum senang ketika mendapat restu dari Ayahnya.
Kartika meneteskan air mata, tentu saja! tidak ada seorang ibu pun di dunia ini, yang rela melepaskan anaknya ke tempat yang diklaim berbahaya. Namun dengan berbesar hati dan nasehat dari suaminya, Kartika mengizinkan dan mengikhlaskan Rana untuk pergi.
"Ibu dan Ayah jangan khawatir, aku akan baik-baik saja di sana dan aku sudah meminta Mbak Sarah untuk pulang ke sini agar menemani Ibu dan Ayah!"
"Kau jangan selalu memikirkan Ibu dan Ayahmu ini, pikirkan dirimu sendiri di sana dan Jaga kesehatanmu, kabari Ibu jika kau sudah sampai di sana dan pastikan jika kau baik-baik saja."Ucap Kartika sambil terisak, karena harus melepaskan Putri bungsunya.
"Bu, tentu saja Rana akan baik-baik saja jangan berpikir negatif, Ayah yakin Rana kuat dan dia adalah kebanggaan kita, kita harus mendukung semua niat baiknya,"sahut Malik.
"Terima kasih Yah!"Rana memeluk ayahnya lalu bergantian memeluk ibunya yang masih tersedu.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
fixs....2pasang an...semoga serasi
2023-12-12
2
Anny Suprapti
kok g ada cerita rana sdh kembali ke kotanya...tiba2 sdh di kampungnya.
2023-11-28
0
Suhana Sulaiman
bapaknya rana kan ridwan.. kok jadi malik...
2023-11-24
6