Selamat membaca 🤗
"Wah, ini sungguh sangat kebetulan. Kalau boleh tahu, di mana kakakmu dirawat? Aku sungguh ingin melihat keponakanmu, boleh kan?" pinta Windy.
"Tentu saja," sahut Rana.
Dan mereka pun berjalan beriringan menuju kamar Sarah.
"Apa ini juga keponakanmu?" tanya Windy sambil mencubit lembut pipi Dino.
"Iya, dia keponakan pertamaku. Namanya Dino Dan dan usianya baru 7 tahun."
"Waah, kau tampan sekali!" puji Windy kepada Dino yang membuat anak itu senyum malu-malu.
"Terima kasih, Tante Dokter."
Di ruangan lain, Seno tengah kacau hatinya karena dekup jantungnya berdetak begitu cepat ketika ia melihat Rana di kantin. Ia merasa frustasi dan mendudukkan diri secara kasar di kursi yang ada di kamar rawat kakek Arif.
"Seno, ada apa?" tanya Lina yang menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan putranya.
"Tidak ada apa-apa, Bu!"
"Dia selalu saja berkata tidak ada apa-apa jika ditanya, padahal aku sudah sangat tahu dan bisa menebak jika sesuatu terjadi padanya. Kenapa Seno masih belum bisa terbuka bahkan dengan ibunya sendiri?" gumam Lina dalam hatinya, yang merasa sedih dengan sikap tertutup anaknya.
Sore hari, Seno yang sejak tadi kepikiran dengan Rana karena bayang-bayang wajah wanita itu selalu menari-nari di benaknya dan bola matanya memutuskan untuk keluar dari kamar kakek Arif, mengelilingi Rumah Sakit, tentu saja dengan tujuan agar ia bertemu kembali dengan Rana.
Ya, Seno menduga jika Rana berada di Rumah Sakit ini, tentu karena ia tengah menjenguk seseorang. Namun sudah sekian menit dia berkeliling dengan berpura-pura mencari toilet, Seno tidak menemukan Rana karena Rana berada di lantai berbeda khusus untuk ibu dan anak.
"Apa mungkin aku salah lihat, dan ternyata yang aku lihat itu bukan Rana?" gumam Seno yang meragukan ketajaman matanya. "Aah, itu tidak mungkin! Aku sangat yakin jika itu Rana! Tapi, kenapa kau seperti ini, Seno? Kenapa kau memikirkan dia sampai kau mencari-cari dia seperti ini? Bukankah selama ini kau sudah melupakannya? Dasar Bodoh!" sesal Seno atas perbuatannya sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
Seno memutuskan untuk kembali ke ruangan kakek Arif, dan pada saat itu Dokter Windy ada di sana, yang menyampaikan jika kakek Arif diizinkan pulang sore itu juga. Tanpa menunggu waktu lama lagi, Seno dan Lina berkemas dan membawa pulang kakek Arif karena sepertinya kakek Arif jauh lebih nyaman dirawat di rumah saja, karena kakek itu terus saja meminta ingin pulang.
"Seno, jika kau ada waktu, aku ingin mengundangmu makan malam di rumah. Besok adalah hari ulang tahun Mama!" ucap Windy sebelum Seno meninggalkan Rumah Sakit.
Sepertinya Windy ingin melakukan pendekatan kembali pada Seno, ketika ia mengetahui dari Lina jika Seno sudah berpisah dengan istrinya 4 tahun yang lalu. Namun ada sesuatu yang tidak diketahui Lina tentang anaknya itu.
"Maaf, aku tidak bisa karena ada banyak pekerjaan," tolak Seno tanpa perasaan dan basa-basi.
"Baiklah, aku mengerti kau sangat sibuk. Sejak dulu, kau memang selalu mengutamakan pekerjaanmu lebih dari apapun!"
"Bukankah kau juga seperti itu, selalu mengutamakan cita-cita dan karirmu lebih dari apapun?" balasan dari Seno langsung membungkam mulut Windy dan menusuk ke hatinya. Windy tidak bisa berkata apapun, tapi dalam hatinya menjerit, ingin sekali mengutarakan yang sebenarnya, kenapa ia pergi saat itu.
"Sudahlah, aku harus pulang, ini sudah hampir malam. Bukankah kau juga harus bekerja? Kau tidak boleh menyia-nyiakan apa yang sudah susah payah kau capai saat ini," ucap Seno dengan tersenyum getir.
Meskipun mereka sudah tidak akur, tapi sepertinya Seno masih ingat dan terbayang-bayang masa lalunya dengan Windy. Tentu saja, karena Windy adalah cinta pertama Seno.
Windy menatap kepergian Seno dan Lina dari Rumah Sakit tersebut. Dan ia kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Dua hari berlalu, Sarah sudah kembali ke rumahnya dan hari ini juga Kirana tengah bersiap-siap untuk kembali ke tempat di mana ia tinggal selama ini. Setelah 4 tahun, ia menginjakkan kaki kembali di kota ini, Rana tidak merasakan apapun, bahkan ia sama sekali tidak mengingat kejadian 4 tahun yang lalu, di mana ia pergi dengan penuh luka dan kekecewaan. Ia juga tidak menyadari jika sebenarnya ia dipertemukan kembali oleh takdir dengan mantan suaminya.
Berbeda dengan Seno, sejak pertemuannya dengan Rana dua hari yang lalu, lelaki itu semakin diam. Entah kenapa, dia menjadi seperti ini. Apakah sesungguhnya Seno merindukan Rana selama ini, sampai ketika ia bertemu dengan mantan istrinya ia menyesali jika ia tidak menyapa nya waktu itu.
"Sen, kenapa kau murung? Sudah dua hari ini aku perhatikan kau seperti manekin yang terbengkalai di toko. Ayolah! Bukankah hari ini kita ada latihan penting!" ledek Dika yang memang selalu mengganggu Seno.
"Baiklah!" tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya, Seno bangkit dan mengikuti latihan yang sering ia lakukan bersama timnya.
Di saat Seno dan rekan-rekannya melakukan pelatihan, sinyal alarm berbunyi di kantor itu menandakan jika ada sesuatu yang darurat terjadi. Mereka segera berkumpul di suatu titik yang biasa mereka gunakan sebelum melakukan tugas penyelamatan.
"Terjadi tanah longsor di kawasan padat penduduk yang berlokasi di Desa Kencana. Beberapa rumah warga tertimbun longsoran tebing yang ada di sana, dan diduga banyak warga yang ikut tertimbun. Kita harus melakukan penyelamatan sesegera mungkin dan mengevakuasi seluruh korban!" ucap Seno setelah ia mendapat informasi.
"Baik!" Dengan sigap dan pergerakan yang super cepat, mereka bersiap-siap melakukan sesuatu yang memang sudah sering mereka lakukan. Segala keperluan yang mereka butuhkan dimasukkan ke dalam mobil dan bergegas menuju lokasi bencana alam terjadi.
Dalam hal bekerja, Seno memang luar biasa! Dia selalu melakukannya dengan sepenuh hati dan sebisa mungkin. Ia berharap semua orang yang menjadi target penyelamatannya baik-baik saja, meskipun seringkali tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Karena mereka lebih sering menjadi korban yang sudah tidak bernyawa. Sesampainya di lokasi bencana longsor, Seno dan timnya segera melakukan pencarian pada reruntuhan tanah dan bebatuan yang diduga menjadi titik paling banyak korban yang tertimbun. Guyuran hujan dan petir tidak menyurutkan semangat mereka! Karena bagi Tim Penyelamat, keselamatan seseorang jauh lebih penting dari segalanya. Teriakan dan tangisan para warga mengiringi evakuasi dan pencarian yang dilakukan oleh para Tim Penyelamat. Beberapa tenaga medis pun dikerahkan untuk membantu para korban yang terluka. Windy, salah satu dokter yang terjun langsung ke lokasi bencana tersebut. Bersambung.
Terima kasih telah berkunjung ke cerita ini 🙏. Mohon dukungannya ya 🤗. Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏. Terima kasih banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
rahasia seno
2023-12-12
1
Dewi Sri
cerita nya bagus tidak terlalu halu 👍
2023-10-04
11
Masiah Cia
pekerjaan tetap nya Seno apa?
2023-09-24
1