Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁
Setelah bertemu Rana dan menatap wajahnya sedekat itu, Seno menjadi gelisah, entah apa yang dipikirkan lelaki itu sehingga ia lebih banyak diam daripada berbicara.
"Duduklah, jangan kau terus berdiri seperti manekin usang,"kata Dika sambil memberikan bangku pada teman sekaligus ketua Timnya itu.
"Apa yang kau pikirkan?"tanya Dika setelah temannya duduk di bangku yang ia berikan.
"Apa! Jangan berpikir macam-macam,"sahut Seno.
"Aku tidak berpikir macam-macam aku hanya bertanya. Kenapa pikiranmu ini selalu buruk tentangku,"kesal Dika.
Seno hanya membuang wajahnya, malas untuk meladeni temannya yang memang selalu kepo itu, namun bagaimanapun juga Dika tetap menjadi teman yang paling dekat untuk Seno, dan ialah satu-satunya orang di anggota Tim SAR yang mengetahui bahwa Seno sudah berpisah dengan istrinya 4 tahun yang lalu.
"Setelah 4 tahun aku tidak bertemu dengannya, Rana benar-benar berubah drastis. Aku sungguh tidak menyangka bisa bertemu kembali dengannya di sini, wah dia ternyata hebat sekali, menjadi seorang Perawat sekaligus relawan di kondisi yang mencekam di sini, sepertinya Rana sangat cocok denganku karena kita sama-sama bagian dari Tim Penyelamat untuk orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan,"oceh Dika, yang di maksud dengan, menyindir Seno.
Seno meliriknya dengan tajam.
"Kenapa kau menatapku seperti itu! Apa ada yang salah dengan kata-kataku? Tidak kan,"lalu Dika mendekatkan diri persis di telinga Seno dan berbisik,"kau dan Rana kan sudah berpisah sejak lama, jadi tidak masalah bukan jika aku mendekatinya karena aku merasa sangat cocok dengan dia, sekarang Rana juga begitu sangat cantik dan terlihat dewasa. Sungguh dia adalah wanita yang aku idam-idamkan selama ini."
PLAK!
Seno menggeplak wajah Dika menggunakan topi yang ia pegang sejak tadi.
"Tutup mulutmu!"
"Aaawww, kenapa kau jadi sekejam ini, lagi pula kenapa aku harus menutup mulutku. Mulut diciptakan untuk berbicara bukan untuk ditutup."Balas Dika, yang kesal, sambil mengusap-usap wajahnya.
"Dika!"Seno memanggil namanya dengan nada yang mengarang, pertanda jika lelaki itu sudah berada di mode buas, karena tengah kesal dengan dirinya.
"Baiklah! aku akan diam, kau ini aneh sekali aku berucap seperti itu aja kau marah, sungguh sangat sensitif."Cibir Dika, namun di akhir kalimatnya ia merendahkan volume suara agar tidak terdengar oleh Seno.
*
*
*
Setelah beberapa menit menunggu.
"Seno, apa kita akan tetap menunggu di sini? bukankah kita masih melakukan pencarian di sana?"kata Dika dengan berdiri tegap di hadap ketuanya.
"Aku ingin memastikan jika anak itu baik-baik saja."
"Kau ingin memastikan anak itu baik-baik saja apa kau ingin memastikan.......!"
Dika sengaja menggantungkan ucapannya karena ia takut kembali digeplak oleh Seno.
Namun Seno sangat mengerti arti dari gantungan ucapan Dika.
"Sudah kubilang tutup mulutmu, dan jika kau memaksa membuka mulutmu, jangan bicara dan berpikir macam-macam!"
"Sebenarnya aku salah apa! Padahal aku tidak mengatakan apapun tapi aku masih juga dimarahi, sungguh malang nasibmu Dika."Keluh Dika yang menyayangkan nasibnya.
"Cepat kau pergi dari sini bukankah masih ada tugas di sana!"usir Seno.
"Hai Pak Seno, bukankah kau ketua Tim kami! seharusnya kau juga ada di sana di saat kita melakukan evakuasi pencarian, kenapa Anda malah duduk di sini!"
Seno yang benar-benar kesal dengan temannya itu bangkit dari duduk.
"Kau!'
"Apa!"
Tidak mau menjadi perhatian orang-orang yang ada di sana karena ia terus berdebat dengan Dika, Seno pun memilih mengalah dan pergi dari sana.
"Hai Kau mau ke mana?"
"Ke mana lagi! Masih bertanya."Sahut Seno tanpa melihat dan ia terus melanjutkan langkahnya menjauhi tenda yang memiliki nomor 20 itu.
"Nenek tunggu di sini, saya akan kembali lagi nanti."Ucap Dika pada nenek yang masih setia duduk menunggu cucunya.
"Iya nak terima kasih, lakukanlah tugas mulia kalian, sampaikan rasa terima kasih terdalam nenek kepada temanmu tadi."
Dika mengangguk dan ia berlari menyusul Seno.
🍁🍁🍁
"Bagaimana Dok?"tanya Rana pada Vir yang baru menyelesaikan tugasnya.
"Syukur, pendarahan sudah bisa dihentikan. Tapi secepatnya kita harus bisa membawa anak ini ke Rumah Sakit yang ada di Kota, karena di sini tidak bisa menjamin keselamatan anak ini."Sahut Dokter Vir.
Kirana mengangguk.
"Saya akan bicarakan ini pada ketua agar segera membawa anak ini ke Rumah Sakit."
*
*
Rana dan Vir keluar dan menemui nenek tadi.
Sebelum menyampaikan kondisi cucunya, Vir bertanya nama anak itu terlebih dahulu kepada sang nenek dan ternyata gadis Malang itu memiliki nama Bella, Dokter Vir menyampaikan tentang kondisi Bella, yang mengharuskan dan secepatnya membawa anak itu ke Rumah Sakit.
"Tolong lakukan apapun untuk kesembuhan cucu saya Dokter."Pinta nenek itu dengan memohon.
"Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Bella nek, dan kita juga terus berdoa agar yang kuasa membantu kita."
Sementara Rana tengah mengedarkan bola matanya memperhatikan di sekeliling, sepertinya ia tengah mencari sosok laki-laki yang pernah hadir dalam hidupnya itu. Namun Seno tidak ada di sana membuat Rana sedikit lega karena ia tidak harus berpacu jantung kembali ketika bertemu dengan mantan suaminya itu.
Melihat kondisi nenek yang juga terlihat sangat lemah serta pucat, Rana membawanya ke dalam tenda untuk memeriksa keadaannya.
"Nenek beristirahatlah di sini, tidak perlu memikirkan apapun kita sama-sama berdoa dan berusaha, kita juga harus yakin jika Bella akan baik-baik saja dan bisa kembali pulih seperti semula,"ucap Rana menenangkan nenek yang sudah sangat tua itu dan nampak sedih itu.
🍁🍁🍁🍁
Malam menjelang, dan proses evakuasi pencarian pun dihentikan dan akan kembali dilanjutkan esok
"Hari ini benar-benar air mataku habis karena terus menangis, menyaksikan kondisi yang ada di sini,"ucap salah satu rekan Seno di saat mereka berjalan beriringan menuju ke tenda.
"Benar! Aku benar-benar tersayat melihat mereka yang menangis histeris kehilangan anggota keluarganya,"sahut rekannya lagi.
Dika yang tak mau untuk tidak menyumbangkan suaranya, menyahuti apa yang mereka katakan namun sahutan itu malah membuat sang ketua Tim melotot padanya. Karena pada saat itu Dika berkata.
"Selain kita yang merasakan sedih dan tersayat, sepertinya ada yang tengah merasakan galau, gelisah, tapi juga berbunga-bunga di hatinya, ketika berada di tempat ini."
"Apa maksudmu Dik! Siapakah orang yang merasakan hal banyak seperti itu! sungguh luar biasa, disaat genting seperti ini dia masih bisa berbunga-bunga, ingin sekali aku memetik semua bunga yang ada di hatinya itu dan melemparkan ke wajahnya, sungguh tidak berperasaan!"maki temannya.
Tanpa sadar, yang sedang ia maki adalah ketua Tim, yang saat ini ada di sampingnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Esty Nurti Esty
lanjut
2024-01-02
1
revinurinsani
aduh Dika ngakak banget
2023-12-07
1
Muhammad Aufa
penyesalan slalu datang belakangan sen,karna kalo duluan itu pendaftaran,heheee
2023-12-06
1