Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁
"Ada apa dengan Rana, kenapa wajahnya nampak sedih seperti itu?"tanya Dika.
"Sudah diam! Kenapa kau selalu tertarik dengan urusan orang lain,"sahut Seno, dengan kesal dan bergegas meninggalkan Dika yang masih nampak bingung.
"Kenapa semuanya nampak aneh!"Dika menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Ah, terserah mereka sajalah. Yang penting bukan aku yang aneh."
**
Seno berjalan sedikit berlari untuk menyusul Rana, namun ia sudah terlambat karena istrinya sudah menaiki angkutan umum.
Ia menghela nafas berat, sambil menatap angkutan yang membawa Rana pergi.
🍁🍁
Rana menghapus air matanya, yang entah kenapa harus keluar di saat yang tidak tepat, karena saat ini ia berada di angkutan umum yang di penuhi penumpang.
"Mbak kenapa?"tanya seorang wanita tua yang mungkin khawatir dengan Rana yang masuk angkot dalam keadaan menangis.
"Tidak apa-apa Bu, ini saya hanya kelilipan debu saja."
"Saya kira terjadi sesuatu, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang jika ada yang mengganggumu di jalan, karena akhir-akhir ini banyak terjadi kejahatan di jalan."
"Baik Bu, terima kasih."
***
Sesampainya di Rumah, Rana langsung merebahkan diri di atas kasur dan bayangan Seno membuang makanannya kembali terlintas di benak.
"Apa makananku segitu buruk, sampai Mas Seno enggan untuk memakannya, ia lebih memilih untuk membuangnya."
Rana melirik ponselnya, dalam lubuk hatinya yang paling dalam berharap, Seno mengirim pesan atau meneleponnya untuk meminta maaf.
Tapi nihil, tidak ada satupun pesan dari lelaki itu.
Hingga Sore hari menjelang, Seno pulang lebih awal.
Tidak ada kata apapun yang keluar dari mulut lelaki itu, ia sepertinya melupakan kejadian siang tadi, atau mungkin Seno tidak menganggapnya sebagai kesalahan.
**
"Apa Kakek menyuruhmu datang juga?"tanya Seno. Yang tau jika Kakek menyuruhnya datang, padahal Rana belum sempat memberi tahunya.
Rana mengangguk.
"Kalau begitu bersiap-siaplah, kita berangkat sekarang."Ujar Seno dan ia berlalu masuk kedalam kamarnya, tanpa memperdulikan Rana yang masih berharap ia bicara sesuatu, selain soal kakek.
Rana menatap Seno yang berlalu.
"Apa kamu tidak berniat meminta maaf Mas,"gumamnya, dengan nada penuh kecewa,"Bahkan kamu bersikap, seperti tidak terjadi apa-apa,"sambungnya.
Meskipun kecewa, namun seperti biasa. Rana akan kembali berbesar hati dan melupakan semua kekecewaannya kepada Seno. Mungkin cinta wanita ini terlalu besar untuk suaminya sampai ia mengabaikan semua sikap mengecewakan Seno, dan menganggap tidak terjadi apa-apa.
***
Hari ini adalah hari ulang tahun Seno, Rana dan Kakek berniat memberikan kejutan untuk lelaki itu. Rana juga mengundang kedua orang tua Seno untuk datang ke kediaman Kakek Arief agar mereka bisa merayakan hari jadi Seno dengan makan malam bersama. Sungguh indah kebersamaan yang di bayangkan Rana malam ini.
Rana datang bersama Seno dan disambut hangat oleh kakek Arif.
Kakek Arif, pria tua inilah yang mengatur pernikahan Seno dan Rana, jadi Kakek lah yang paling bahagia ketika melihat pasangan Rana dan Seno bahagia. Padahal kenyataannya tidak seperti yang Kakek Arief pikir.
Namun di saat mereka berada di satu meja yang sama, Kekek Arif menyadari jika ada yang lain dari Seno. Cucunya itu nampak cuek dan tak perduli pada Rana.
"Seno, bagaimana dengan pekerjaanmu?"tanya Ayah Seno, yang bernama Fery, di tengah-tengah makan malam mereka.
"Seperti biasa,"sahut Seno enggan.
"Seno, kamu dan Rana menikah sudah dua tahun lebih, apa kalian tidak berniat memiliki momongan?"Tanya Lina, Ibu Seno.
Seno dan Rana saling pandang, mereka bingung harus menjawab apa, karena fakta dalam hal ini, Seno lah yang meminta Rana untuk menunda mempunyai anak dengan alasan, ia belum siap.
Namun, baik Kakek Arif dan orang tua Seno tidak mengetahui kebenaran ini.
"Mungkin belum saatnya aku di beri kepercayaan untuk memiliki anak Bu,"sahut Rana yang menjawab pertanyaan ibu mertuanya, dengan menutupi Fakta yang ada.
"Kamu yang sabar ya nak, jangan berputus asa, teruslah berdoa dan berusaha ibu yakin kalian berdua pasti akan segera memiliki momongan."
Rana mengangguk, tapi dalam hatinya berkata.
"Bagaimana bisa kita memiliki anak jika mas Seno melarang ku untuk hamil, dan sudah beberapa bulan ini Mas Seno tidak pernah menyentuh ku lagi."
"Rana, kamu baik-baik saja nak, maafkan ibu jika pertanyaan ibu membuatmu sedih." Lina, merasa bersalah, melihat Rana tertunduk, mengira jika ucapan tadi membuat menantunya sedih.
"Tidka apa-apa Bu, kenapa Ibu harus meminta maaf, Ibu tidak salah."
"Lain kali jangan menanyakan itu lagi, jika sudah waktunya Rana dan Seno pasti mempunyai anak dan kita bisa menimang cucu, bersabarlah."Sahut Fery.
**
"Rana, apa kau sudah menyiapkan kejutan untuk Seno?" Tanya Kekek dengan berbisik.
"Sudah Kek, aku akan ambil dulu, ya."Sahut Rana yang juga berbisik agar yang ingin diberi kejutan tidak mendengar percakapan nya dan Kakak Arif.
Rana bangun dari duduknya dan berpamitan untuk mengambil sesuatu yang akan Ia berikan kepada Seno.
Di saat Rana tidak ada, kakek Arif mulai mempertanyakan yang menjadi kekhawatirannya. Sejak tadi lelaki tua itu menahan diri untuk tidak bertanya di depan Rana, karena ia menangkap ada yang lain dengan Seno, dan ia harus mempertanyakan secara langsung pada cucunya.
"Apa hubungan kau dan Rana baik-baik saja?"
"Kenapa kakek bertanya seperti itu? Kakek bisa lihat sendiri kan!"Seno menjawab tanpa melihat.
"Seno, Kakek tau jika kau tidak mencintai dan menerima Rana dalam hati dan hidupmu, tapi kamu harus melihat bahwa Rana sangat mencintaimu dengan tulus. Setidaknya kau pertimbangkan itu agar kamu bisa membuka diri untuk mencintai dan menerima wanita sebaik Rana,"Tegas Arif.
Ternyata, Kakek Arif sudah mengetahui bahwa Seno tidaklah mencintai Rana, selama ini Seno menjadi suami yang baik, penuh cinta. Namum semua itu palsu karena Seno melakukan itu dengan terpaksa dan atas perintah kakek Arif.
"Rana gadis baik dan tulus, kakek sudah mengenalnya lama, dan tentu saja kakek memilihkan Rana untukmu karena kakek tahu Rana lah yang terbaik untuk menjadi pendamping hidupmu."Fery ikut bersuara, menguatkan ucapan Arif.
"Benar Seno, ibu juga sangat yakin jika Rana yang terbaik untukmu. Kamu harus bisa menerima Rana dalam hidupmu."Sambung Lina.
Mereka bertiga kompak mendukung Rana untuk Seno.
Namun seperti Seno tidak terima itu, ia sudah jengah harus di atur seperti ini.
"Kalian tidak bisa terus-terusan memaksaku untuk mencintai dan menerima Rana dalam hidupku, karena seperti apapun kalian memaksa dan aku berusaha, aku tetep tidak bisa memberikan hatiku pada Rana. Aku tidak bisa mencintainya, semakin aku memaksa dan mencoba, aku semakin tertekan. Cukup sudah selama ini aku berpura-pura mencintai dan menerima Rana, aku tidak bisa melanjutkannya lagi aku juga tidak mau membuat Rana terluka dan terus berharap. Aku ingin mengakhiri semuanya, tolong mengertilah! aku mempunyai jalan hidupku sendiri."
BRAK!
Suara Benda jatuh, terdengar nyaring bersamaan dengan Seno yang selesai menuntaskan unek-uneknya selama ini.
Semua terkejut dan spontan menolah ke sumber suara.
"Rana!"Lina, sampai bergetar melihat menantunya tengah berdiri mematung di ambang pintu, dan Benda jatuh itu adalah sebuah kotak berbalut kertas kado berwarna Gold.
Bukan hanya kotak berwarna Gold itu saja yang jatuh, tapi bulir bening pun ikut terjatuh dari kedua bola mata Rana.
Sudah bisa di pastikan jika Rana mendengar semua yang di katakan Seno.
Lina bergegas menghampiri Rana.
"Sayang, kamu tidak apa-apa, jangan pedulikan apapun, Seno hanya...!"
"Aku tidak apa-apa Bu."Potong Rana, namun ia mengusap air matanya yang semakin mengalir deras.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Ma E
Sesek banget ya Rana,udah mendingan mundur aja....
2023-12-19
2
Tati Suwarsih
hancur hatinya
2023-12-10
1
revinurinsani
tor kok banyak bawangnya tor asli nyesekkk
2023-12-07
1