Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Dengan penuh semangat, lelaki tadi berlari menuju tenda di mana rekan-rekannya berteduh.
"Di mana Pak Seno?"tanyanya sambil mengedarkan pandangan ke dalam tenda yang tadi ditempati oleh Seno.
"Ke tenda dapur untuk makan malam, bagaimana dengan luka mu? Apa serius?"tanya rekannya.
"Tidak! Ini hanya luka kecil, tapi ada kabar yang jauh lebih besar dan serius!"Serunya dengan mata terbelalak.
"Apa sekarang kau beralih profesi menjadi pembawa acara gosip?"
"Ah, kau ini. Ini buka gosip, tapi fakta! Dan pak Seno pasti terkejut! Tapi tidak mungkin juga, dia tentu taukan kalau istrinya ada di sini!"kata Lelaki itu, sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Apa! Istri pak Seno?"
"Iya, di tenda Klinik, aku baru saja bertemu dengan istrinya pak Seno, malah dia yang mengobati luka di lenganku ini."
"Mana mungkin, kau pasti salah lihat! Bukankah pak Seno pernah bilang, jika istrinya tengah berada di luar Negri."
Ya, selama ini Seno menutupi perpisahannya dari rekan-rekan kerja. Seno lelaki yang sangat tertutup itu sebabnya ia tidak mau jika masalah pribadinya diketahui orang lain termasuk rekan kerjanya. Dan untuk menyembunyikan perpisahannya dan Rana, Seno selalu mengatakan jika istrinya itu tengah berada di luar Negeri dengan berbagai alasan yang ia ucapkan.
"Mana mungkin aku salah lihat! Aku sangat yakin jika itu istrinya pak Seno, aku dulu sudah pernah bertemu dengannya selain waktu dia datang ke Pos, aku juga pernah bertemu dia di pusat perbelanjaan,"yakin lelaki itu.
"Kau melihatnya sudah beberapa tahun yang lalu, tentu sekarang kau sudah kehilangan ketajaman mata, dan ketika melihat Perawatan di sana seperti Istrinya pak Seno."
"Tapi...!"
"Ah, sudahlah! Lebih baik cepat kau ke tenda dan ambil makan malammu!"titah temannya.
Lelaki yang tadinya bersemangat ingin mengatakan pada Seno jika ia melihat istri sang ketua Tim, mengurungkan niatnya. Karena ia takut salah orang, seperti apa yang di katakan rekan-rekannya.
🍁🍁🍁🍁
Keesokan harinya.
Pencarian kembali di lakukan. Kali ini mereka menelusuri titik yang cukup jauh dari tenda.
Seluruh gabungan Tim Penyelamat bersatu, untuk melakukan pertolongan, pencarian dan Evakuasi korban bencana alam tersebut.
"Tolong...! Tolong!"
Seorang nenek tua berlari dengan sempoyongan dan air mata yang bercucuran.
"Tolong! Tolong cucu saya!"ujar Nenek tersebut, dengan nafas tersengal sambil meraih tangan Seno.
"Ada apa Nek?"
"Saya, mendengar suara cucu saya di Rumah, tapi Rumah saya sudah rata dengan tanah. Tapi saya sangat yakin jika itu suara cucu saya, cucu saya masih hidup! Tolong bantu saya keluarkan dia dari sana!"pinta nenek itu sambil menangis.
"Nenek tenang! Saya akan ke Lokasi, di mana Rumah Nenek!"
Nenek itu menuntun Seno, sambil terus berkata jika itu benar-benar suara cucunya.
"Di sana, di sana saya mendengar suara cucu saya, itu adalah kamar cucu Saya, saat Gempa terjadi ia sedang tertidur lelap!"kenang nenek, sambil membayangkan kejadian naas hari itu.
Tanpa menunggu lama-lama Seno langsung memeriksa titik yang nenek tadi tunjukkan! Tumpukan puing tembok, yang berukuran besar! menyulitkan Seno untuk mengangkatnya seorang diri.
Sano menajamkan indra pendengarannya berharap ia mendengar apa yang nenek tadi dengar.
"Sakiiii..!"
Suara Rintihan yang begitu menyayat hati, berhasil Seno dengar.
"Cepat! bawa alat berat!"teriak Seno pada rekanya yang baru tiba.
"Siap Pak!"
Segala usaha mereka lakukan untuk menyingkirkan puing-puing yang menggunung di sana.
"Tolong... Tolong...!"
Suara Rintihan anak, semakin membuat mereka berpacu untuk segera membebaskan anak itu.
Seno melihat celah dari tumpukan tembok, dan ia melihat tangga kecil di sana.
Dengan cepat Seno mengangkat tembok yang menindih anak itu.
"Cepat! keluarkan dia!"ujar Seno.
Dengan hati-hati, Dika menarik anak yang masih berumur 7 tahun yang sudah nampak lemas dan pucat itu.
Sementara Seno masih terus menahan runtuhan Tembok. Agar mempermudah Dika mengevakuasi anak malang tersebut.
"Berhasil!"teriak Dika setelah ia berhasil mengeluarkan gadis kecil itu.
Wajah lega dan bahagia terpancar dari para Tim Penyelamat.
Nenek yang menyaksikan secara langsung proses tersebut menangis haru, karena cucunya benar-benar masih hidup.
"Pak! Seno, anak ini terluka parah!" kata Dika, yang baru saja memeriksa tubuh anak tersebut dan terdapat luka parah di bagian kepalanya.
"Cepat! hubungi Tim medis!"
Teriak Seno.
Namun.
"Pak, Tim medis tidak dapat dihubungi, mungkin mereka tentang sibuk, karena banyaknya korban cedera yang di bawa kesana, sepertinya kita harus membawa anak ini ke tenda klinik saja."Ujar Rekan Seno, yang baru melakukan kontak di tenda darurat, dan tidak dapat terhubung.
Banyaknya korban selamat, terluka. Berdatangan di Klinik, membuat mereka kewalahan dengan tenaga medis yang sangat minim di sana, sampai mereka tidak memperhatikan ada panggilan darurat dari Tim Penyelamat.
Seno mengangguk.
Dan ia segera mengambil alih anak tersebut dari gendongan Dika.
"Apa ada sesuatu yang bisa kita gunakan untuk membawa anak ini ke Klinik?"
Mereka saling menatap kemudian melirik sebuah kendaraan besar yang mereka gunakan untuk menyingkirkan puing-puing.
Tapi tentu tidak mungkin jika mereka menggunakan itu untuk mengatakan korban ke ke Klinik.
Tau apa maksud dari Pandangan teman -tema nya, Seno berlari dengan kencang menuju Klinik.
"Seno Tunggu!"
Teriak Dika, dan ia ikut mengejar Seno yang lari secepat kilat.
Dalam pikiran Seno!
"Aku tidak boleh terlambat, seperti apapun caranya aku harus segera membawa anak ini ke Klinik."
Bersambung..
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
ini kisah kek di pilem2 korea...heheh
2023-12-12
2
Oma Opa
terharu sedih membayangkan korban gempa apalagi menimpa anak ansk
2023-12-09
1
Lina ciello
anehh wagu seno
2023-11-20
0