Bab 20

"Iya Tuan. Tuan tampan, eh!" Kei menutupi mulutnya. Jelas Kei keceplosan. Ia saat ini malu, rasanya ingin membuang mukanya ke dasar palung.

Tuan Muda Lee yang mendengar itu mengangkat alisnya, ia tercekat juga karena Kei mengakui bahwa dirinya tampan.

Dari sekian orang yang bertemu dengannya waktu cacat, hanya Kei yang memujinya.

"Ya memang saya tampan Kei. Ada masalah?"

Tuan Muda Lee meledek Kei kembali. Kei pun memalingkan mukanya yang merona itu.

"Ti-tidak, saya salah bicara tadi." Kei memberikan klarifikasinya tapi Tuan Muda Lee tidak menggubrisnya.

Hingga datang dokter yang memeriksa kondisi Kei.

"Sebentar ya Nona, saya periksa terlebih dahulu." Dokter itu izin memeriksa Kei. Dan hasilnya bagus. Dokter itu manggut-manggut dan tersenyum.

"Syukurlah, Nona Kei sudah membaik saat ini. Tinggal pemulihan saja. Jika dalam empat hari Nona Kei menunjukkan progres yang baik maka bisa pulang."

Dokter itu memberi penjelasan pada Kei dan Lee. "Terimakasih Dok." Kei mengembangkan senyumnya.

"Kalau begitu saya izin permisi." Dokter itu berlalu dari hadapan Kei dan Lee.

"Silakan." Tuan Muda Lee yang menjawabnya. Setelah dokter itu keluar, Kei mendapatkan tatapan tajam dari Tuan Muda Lee.

Kei jadi bingung? Ada apa emangnya?

"Ada apa Tuan? Kenapa Tuan memandang seperti itu?" Kei menatap intens manik coklat Tuan Muda Lee juga.

"Saya mau tanya lagi, apa benar di mimpi kamu yang menarik itu Akash?" Tuan Muda Lee agaknya butuh klarifikasi lebih lanjut dari Kei. Ia juga was was.

Bagaimana jika nanti Kei ternyata menyimpan rasa untuk Akash. Apa Tuan Muda Lee akan siap menerima kenyataan itu?

****

Empat hari kemudian

"Alhamdulillah akhirnya pulang juga." Kei senang hari ini adalah hari kepulangannya dari rumah sakit. Tuan Muda Lee juga ikut menjemput Kei di rumah sakit.

Saat ini mereka berada di dalam mobil bagian belakang. Mereka sengaja duduk di belakang semua.

"Tuan, terimakasih sudah menjaga saya." Kei mengucapkan itu dengan tulus. Ia menatap manik coklat milik Tuan Muda. Secercah senyuman itu mengembang di bibirnua.

Tuan Muda Lee melirik sekilas. Ia tampak tidak mau eye contact dengan Kei. Apakah karena Kei membuat jantungnya berdegub kencang?

"Hmm" Hanya itu jawaban yang diberikan Tuan Muda pada Kei. Ia tidak ingin menimpali banyak jawaban. Takut Kei jadi tambah tengil hahahaha

Sesampainya di mansion, para maid menyambut kepulangan Kei. Mansion tanpa Kei ternyata juga membosankan karena Kei adalah orang yang paling periang yang suka menghidupkan suasana.

"Selamat datang kembali, Kei." Bi Ajeng memeluk Kei dengan erat. Bohong jika Bi Ajeng tidak kangen dengannya.

Bahkan mansion tidak ada Kei hanya seprti rumah hantu saja. Karena terlalu sunyi.

"Terimakasih bi." Kei membalas senyuman itu.

"Sebaiknya kamu istirahat dulu Kei." Tuan Muda Lee mendistrak kegiatan mereka berpelukan.

" Saya sudah sehat Tuan. Saya akan menemani dan merawat Tuan seperti biasanya. Tuan jangan khawatir. Saya sudah kuat kok."

Kei menunjukkan otot lengannya yang tidak ada sama sekali. Emang kelakuan Kei itu random sekali.

Akhirnya Kei dan Tuan Muda Lee segera masuk ke kamar Tuan Muda. Untuk saat ini Kei akan membantu Tuan Muda Lee untuk mandi dan sarapan.

Seperti bisanya, rutinitas kembali dimulai. Kei tampak lebih mudah mengerjakan itu semua karena Tuan Muda Lee sudah enak diatur.

Tidak seperti waktu pertama kali bertemu. Mulai dari mandi, Kei lah yang menggosok punggung Tuannya.

"Tuan apakah saat saya koma, Tuan juga mandi?" Terdengar konyol pertanyaan Kei ini. Bagaimana mungkin Tuan Muda Lee tidak mandi?! Jelas mandi lah. Pasti lengket juga.

"Mandi lah. Kamu tanya aneh banget." Sungut Tuan Muda Lee. Ia kembali ketus seperti biasanya. Kei sudah hafal jadi ia lebih menimpalinya dengan bercanda saja.

Setelah kegiatan mandi selesai, ia lantas menyuapi Tuan Muda.

"Jangan lupa kamu juga makan nanti." Sempat sempatnya Tuan Muda Lee mengingatkan Kei macam kekasihnya.

Kei hanya mesem mesem sendiri karena merasa diperhatikan oleh Tuannya yang dingin itu.

"Kenapa kamu senyum senyum sendiri hah?" Tuan Muda Lee memandang Kei dengan tatapan keheranan.

" Tidak, saya senang saja. Tuan Muda bisa semanis ini bicaranya. Aduh saya meleleh Tuan." Kei bisa bisanya bercanda seperti itu.

"Emangnya saya gula kamu bilang manis? Tidak jelas kamu. Kayanya obat dari rumah sakit belum kamu minum deh."

Tuan Muda Lee belajar julid dari Kei hahaha. Kei pun mengerutkan dahinya, ia bingung.

"Obat? Saya sudah tidak minum Tuan. Emang kenapa?"

"Soalnya tengil kamu kumat." Dengkus Tuan Muda Lee yang terlihat kesal dengan ketidakpekaan Kei.

Kei pun terkekeh pelan karena Tuannya jago juga nyinyirin Kei. "Tuan bisa saja"

Mereka berbincang ringan saat itu dan tiba-tiba ada ketukan pintu dari bi Ajeng.

Tok

Tok

Tok

"Ada yang ngetik pintu, sebentar Tuan saya buka dulu." Kei pun membuka pintu itu dan ternyata Bi Ajeng.

Kei malah salah fokus pada bucket bunga mawar yang dibawa Bi Ajeng.

"Ada apa Bi?" Kei menatap bi Ajeng dengan tatapan heran karena bi Ajeng membawa bunga itu

"Ini ada kiriman bunga buat kamu Kei. Saya tadi nerima dari kurir. Katanya untukmu."

Bi Ajeng menyerahkan bucket bunga itu ke tangan Kei. Kei pun menerimanya.

Ia mengembangkan senyumnya. Siapa ynah mengirim itu? Bucket bunga berukuran sedang dengan wangi yang semerbak. Sungguh membangkitkan moodnya.

"Terimakasih bi." Kei pun menutup pintu kamar itu kembali dan menuju ke arah Tuan Muda Lee yang di balkon, tempat favoritnya.

Tuan Muda Lee yang melihat Kei begitu kesenangan mendapatkan bunga itu pun menjadi menelisik siapa yang kasih itu bucket bunga?

"Dari siapa?" Ya! Itu kata kata pertama yang keluar dari mulut Tuan Muda Lee. Kei yang semula fokus pada bucket itu dan menciuminya, ia menarik atensi ke Tuan Mudanya.

"Entahlah Tuan. Sebentar saya baca greeting cardnya." Kei meraih greeting card itu yang terselip di bunga.

'Bunga yang Cantik untuk Kei yang Cantik~ Akash'

Itu tulisan di greeting card, Kei jelas kaget ternyata itu dari Akash. Ia juga membacakan tulisan itu.

Tentu Tuan Muda Lee seketika itu mendidih. Layaknya cacing yang kepanasan karena diberi garam. "Kamu emang suka bunga mawar?" Tuan Muda Lee bertanya lain malahan.

"Saya sebenarnya bunga edelweis atau bunga lily sih Tuan. Tapi kalau ada yang ngasih bucket mawar saja saya sudah senang. Apalagi Tuan Akash."

Kei tidak sadar berbicara seperti itu membuat Tuan Muda Lee berlalu dari hadapan Kei. Jelas Kei jadi bingung.

Tuan Muda Lee yang panas hati langsung menelepon Arsa. Sedangkan Kei masih di balkon

Dari kejauhan, Arsa mengangkatnya. "Ada apa Tuan? Ada yang bisa saya bantu?"

"Siapkan bucket bunga edelweis atau lily. Terserah, pilih yang bagus. Dan jangan lupa bucket bunga yang jumbo lengkap dengan card nya nanti saya ketikkan di pesan." ujar Tuan Muda dalam panggilan telepon itu.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

makanya Lee cepat katakan kl kamu cinta sama Kei

2023-12-15

1

my name

my name

ciee....cieeee....ada yg terbakar api cemburu nih yee.....😄

2023-12-14

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

PSTI DARI SI AKASH TU BUCKET BUNGANYA

2023-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!