Belum Terbiasa

"Syah ...."

Baru beberapa langkah, terdengar panggilan madam Jeni dari belakang. Aisyah pun menoleh ke arah suara. Dia menghentikan langkahnya, dan berbalik ke arah wanita paruh baya di belakangnya.

"Ada apa, Madam?" tanya Aisyah.

"Ikut saya sebentar," kata Madam Jeni kemudian berjalan menuju salah satu kamar hotel, diikuti Aisyah mengekor di belakang.

Mereka pun duduk di bibir ranjang. Tak lama, Madam Jeni mengeluarkan sejumlah uang dari dalam saku bajunya, dan memberikannya kepada Aisyah.

"Ini bayaran kamu, karna kemarin malam kamu sudah pulang dulu, jadi saya simpan."

Aisyah mengambil uang itu, dan mengerutkan keningnya. 'Lima ratus ribu?' batinnya.

"Lho, tapi ... saya sudah dikasih sama Om Hassan, Madam," ujar Aisyah dengan polosnya.

Madam Jeni mengerutkan keningnya. "Kamu dikasih berapa? Dan, kenapa kamu diam saja?"

"Maaf, Madam, semalam saya tidak melihat Madam, dan saya pikir Madam sudah pulang juga," sahut Aisyah.

"Memang, Tuan Hassan kasih kamu berapa?" tanya Madam Jeni penuh selidik.

"Em, se-sepuluh juta, Madam," jawab Aisyah lirih dan terbata.

Kedua bola mata Madam Jeni membulat seketika .... 'Sepuluh juta? Gila, apa Tuan Hassan benar-benar puas dengan pelayanan Aisyah? Sehingga dia membayar gadis ini begitu mahal,' batinnya.

Kemudian Madam Jeni menatap tajam ke arah Soraya. "Saya lupa kasih tahu kamu, kalau peraturan di sini, uang yang didapat dari tamu, dibagi dua dengan saya, karna saya sudah mencarikan kamu tamu. Tanpa saya, kamu tidak mungkin bisa cari tamu sendiri. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanya sama teman kamu, Tini."

"Saya mengerti, Madam," angguk Aisyah lugu.

"Ya sudah, ini lima ratus ambil, dan yang sepuluh juta, kita bagi dua." Madam Jeni memberikan uang tersebut kepada Aisyah.

Aisyah pun menerima uang itu, kemudian dia mengeluarkan uang pemberian Hassan dari dalam tasnya, dia memberikan kepada Madam Jeni sebanyak lima juta. Madam Jeni menerima uang itu sambil tersenyum penuh makna.

"Ya sudah, sekarang kamu ganti baju sana," titah Madam Jeni.

"Baik, Madam." Aisyah pun berlalu meninggalkan Madam Jeni.

Sementara Madam Jeni tersenyum licik. 'Gila tuh anak, baru saja kerja, tapi sudah dapat omset besar, beda dengan Ina dan lainnya. Mereka hanya mendapat sedikit uang tips, aku harus memanfaatkan kesempatan ini,' batinnya.

Selesai berganti pakaian, Aisyah kembali ke ruangan di mana Tini dan lainnya berkumpul. Gadis itu duduk di dekat Tini.

Beberapa jam kemudian, Madam Jeni memanggil Aisyah. Dan Aisyah pun menghampiri wanita itu.

"Kamu naiklah ke lantai atas, temani Tuan Hassan minum. Setelah itu, kamu turuti saja apa yang dia perintahkan, kalau dia ingin lanjut di kamar, ya kamu tidak boleh menolak, karna ini sudah menjadi pekerjaan kamu. Dan ingat, berapapun uang yang dia kasih, kita bagi dua," bisik Madam Jeni.

"Baik, Madam," angguk Aisyah, kemudian berjalan menuju lantai atas, menaiki anak tangga dengan langkah gontai. Gadis itu ingin sekali pergi meninggalkan tempat terkutuk itu, namun bayangan ibunya mengharuskan dia untuk tetap bertahan.

Kini Aisyah tiba di lantai atas, Hassan yang menyadari kedatangan gadis itupun menoleh. Pria itu menatap Aisyah, gadis lugu dengan balutan gaun yang tidak menutup apapun di dalamnya.

Hassan tersenyum penuh seringai melihat penampilan Aisyah saat itu. Gadis itu terlihat tampil beda dengan penampilan sebelumnya. Keindahan tubuhnya yang selama ini tersembunyi di balik pakaian lusuhnya, ternyata benar-benar menggoda. Di bagian tubuh tertentu sangat padat berisi, dan mampu memikat siapa pun pria yang melihatnya.

Hassan masih teringat rasa yang dia dapat dari pelayanan Aisyah. Pria itu benar-benar dibuat mabuk kepayang dengan kenikmatan tubuh gadis itu. Seolah Hassan melakukan malam pertama dengan sang istri yang masih perawan. Sangat berbeda dengan wanita-wanita malam yang melayaninya. Karena mereka sudah sering melakukannya dengan banyak lelaki.

Sedangkan Aisyah adalah gadis yang pertama kalinya menyerahkan kehormatannya kepada Hassan!

Hassan melambaikan tangan kepada Aisyah, memberi kode kepada gadis itu, untuk mendekat kepadanya. Aisyah pun berjalan menghampiri Hassan sambil menutupi bagian tubuhnya yang terekspos. Gadis itu duduk di samping Hassan. Dan Hassan pun menuangkan anggur ke dalam dua buah gelas di hadapannya.

"Temani saya minum dulu, baru kita lanjut di kamar," kata Hassan.

"I-itu apa, Om?" tanya Aisyah ragu-ragu sambil menunjuk gelas berisi minuman.

"Ini minuman enak, saya yakin, kamu pasti ketagihan. Minuman ini bikin kita happy," sahut Hassan antusias.

"Bukankah itu minuman keras, ya? Maaf, saya belum pernah minum minuman seperti itu," tutur Aisyah. Gadis itu sangat yakin, kalau minuman itu minuman beralkohol. Dan dia sangat paham, bahwa diskotik memang identik dengan minuman keras.

"Memangnya, kenapa? Semua orang pun tahu, kalau minuman yang ada di tempat ini, semua minuman keras," tegas Hassan menatap intens ke arah Aisyah.

"Maaf, saya menemani Om minum saja, dan saya tidak ikut minum," kata Aisyah menurunkan pandangannya. Gadis itu takut, kalau Hassan akan marah karena dirinya menolak meminum minuman pria itu.

"Cobalah sekali saja, dan tidak perlu banyak-banyak, tiga teguk saja, saya jamin suasana hati kamu pasti sedikit enakan," paksa Hassan.

Akhirnya, Aisyah meneguk anggur itu sebanyak tiga kali. Dan tak lama, kepala Aisyah terasa pusing. Matanya berkunang-kunang.

Hassan segera membayar minuman tersebut, dan mengajak Aisyah turun ke bawah. Pria itu sama sekali tidak tertarik dengan musik keras, dan juga orang-orang yang berjoget. Dia singgah di club' malam hanya sekedar minum. Selebihnya, dia lebih banyak menghabiskan waktu di hotel bersama dengan wanita penghibur.

Kini mereka berdua sudah berada di dalam kamar. Aisyah memijat keningnya, yang semakin terasa pusing.

"Lama-lama, kamu pasti akan terbiasa dengan hal ini," kata Hassan yang sedari tadi memperhatikan Aisyah.

Dia segera memapah tubuh Aisyah, dan mendudukkannya di bibir ranjang. Kemudian, seperti biasa pria itu mengambil uang dari dalam tasnya, dan memberikannya kepada Aisyah.

Aisyah menerima uang tersebut. Iris matanya masih cukup jeli, melihat jumlah uang yang diterimanya, walaupun kepalanya terasa pusing. 'Sepuluh juta lagi?' batinnya, namun dia berusaha tenang. Gadis itu tidak ingin dinilai sebagai wanita matre di hadapan Hassan.

"Mulai besok, setiap dua hari sekali saya akan datang kesini, dan kamu layani layani saya dengan baik," ujar Hassan membuat Aisyah terbelalak.

"Kenapa kaget begitu?" heran Hassan.

Aisyah masih terdiam membisu, dia sungguh tak percaya mendengar ucapan Hassan.

"Tapi itu semua tidak cuma-cuma. Kamu harus melayani saya setiap dua hari sekali, dan kamu tidak boleh melayani lelaki lain selain saya. Tapi jangan khawatir, saya tetap akan membayar kamu lima juta setelah kamu memuaskan saya. Saya rasa uang lima juta cukup untuk biaya hidup kamu," tutur Hassan.

Perlahan, Aisyah menatap Hassan, "be-benarkah, Om?"

Episodes
1 Debat dengan Kakak
2 kesederhanaan Aisyah
3 Jumpa Bestie
4 Liku-Liku Kehidupan
5 Hutang atas Nama Aisyah
6 Perselisihan
7 Pria Baik
8 Kakak yang Meresahkan
9 Bulat Tekad
10 Ikut Bekerja
11 Canggung
12 Terenggutnya Kesucian
13 Belum Terbiasa
14 Pengaduan
15 Batin Menangis
16 Terjebak Biaya
17 Sepeda Motor Baru
18 Semakin Nikmat
19 Debat Sepele
20 Perasaan Tercipta
21 Entah ...
22 Gairah Dadakan
23 Ternyata ....
24 Demam
25 Ngidam Rujak Buah
26 Terlambat Bulan
27 Dua Garis Merah
28 Nyaris Terungkap
29 Anak Siapa?
30 Sebuah Keputusan
31 Tetangga Nyinyir
32 Gairah Malam
33 Hati Menjerit
34 Curhat
35 Cemburu Buta
36 Siuman
37 Bersikap Tegas!
38 Keadaan yang Runyam
39 Ke Diskotik
40 Gagal Menyampaikan
41 Debat PaSuTri
42 Dua Gadis Julid
43 Rencana Jahat
44 Menguntit
45 Aksi Terbongkar
46 Malam Syahdu
47 Berbohong
48 Depresi
49 Sebuah Drama
50 Night Club'
51 Ketahuan
52 Lupa Segalanya
53 Sebuah Rencana
54 Nikah Siri
55 Cibiran Sadis
56 Berkecil Hati
57 Bertemu Madu
58 Kebetulan
59 Ragu Pada Kenyataan
60 Danau Rasa Pantai
61 Pengaduan
62 Hangover
63 Liku-Liku Kehidupan
64 Bulan Madu Tertunda
65 Kacau
66 Mencari Perhatian
67 Sahabat Penghibur
68 Berita Duka
69 Mencari Kerja dan Kos
70 Hari yang Menyebalkan
71 Cuma Mimpi
72 Refreshing
73 Nyaris Ketahuan
74 Curiga serta Penasaran
75 Gagal Total
76 Menjadi Bartender
77 Gagal Lagi
78 Terjebak Perasaan
79 Mencari Aisyah
80 Tidak Ketemu
81 Penyelidikan Intens
82 Debat Sepele
83 Ternyata Istri Orang
84 Mengajak ke Kantor
85 Sofa Panas
86 Mencari Bukti
87 Memergoki
88 Ternyata ....
89 Mulai Terkuak
90 Jumpa Kembali
91 Menjenguk sang Ibu
92 Gagal Lagi
93 Selalu Gagal
94 Rencana Nakal
95 Selalu Berdebat
96 Kalut
97 Di Luar Sadar
98 Akhirnya ....
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Debat dengan Kakak
2
kesederhanaan Aisyah
3
Jumpa Bestie
4
Liku-Liku Kehidupan
5
Hutang atas Nama Aisyah
6
Perselisihan
7
Pria Baik
8
Kakak yang Meresahkan
9
Bulat Tekad
10
Ikut Bekerja
11
Canggung
12
Terenggutnya Kesucian
13
Belum Terbiasa
14
Pengaduan
15
Batin Menangis
16
Terjebak Biaya
17
Sepeda Motor Baru
18
Semakin Nikmat
19
Debat Sepele
20
Perasaan Tercipta
21
Entah ...
22
Gairah Dadakan
23
Ternyata ....
24
Demam
25
Ngidam Rujak Buah
26
Terlambat Bulan
27
Dua Garis Merah
28
Nyaris Terungkap
29
Anak Siapa?
30
Sebuah Keputusan
31
Tetangga Nyinyir
32
Gairah Malam
33
Hati Menjerit
34
Curhat
35
Cemburu Buta
36
Siuman
37
Bersikap Tegas!
38
Keadaan yang Runyam
39
Ke Diskotik
40
Gagal Menyampaikan
41
Debat PaSuTri
42
Dua Gadis Julid
43
Rencana Jahat
44
Menguntit
45
Aksi Terbongkar
46
Malam Syahdu
47
Berbohong
48
Depresi
49
Sebuah Drama
50
Night Club'
51
Ketahuan
52
Lupa Segalanya
53
Sebuah Rencana
54
Nikah Siri
55
Cibiran Sadis
56
Berkecil Hati
57
Bertemu Madu
58
Kebetulan
59
Ragu Pada Kenyataan
60
Danau Rasa Pantai
61
Pengaduan
62
Hangover
63
Liku-Liku Kehidupan
64
Bulan Madu Tertunda
65
Kacau
66
Mencari Perhatian
67
Sahabat Penghibur
68
Berita Duka
69
Mencari Kerja dan Kos
70
Hari yang Menyebalkan
71
Cuma Mimpi
72
Refreshing
73
Nyaris Ketahuan
74
Curiga serta Penasaran
75
Gagal Total
76
Menjadi Bartender
77
Gagal Lagi
78
Terjebak Perasaan
79
Mencari Aisyah
80
Tidak Ketemu
81
Penyelidikan Intens
82
Debat Sepele
83
Ternyata Istri Orang
84
Mengajak ke Kantor
85
Sofa Panas
86
Mencari Bukti
87
Memergoki
88
Ternyata ....
89
Mulai Terkuak
90
Jumpa Kembali
91
Menjenguk sang Ibu
92
Gagal Lagi
93
Selalu Gagal
94
Rencana Nakal
95
Selalu Berdebat
96
Kalut
97
Di Luar Sadar
98
Akhirnya ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!