Tak lama terdengar adzan dzuhur berkumandang ....
"Astaga! Sudah jam satu," seru Asiyah kemudian segera beranjak dari tempat tidurnya, dan berjalan ke kamar mandi, untuk berwudhu.
Setelah itu, Aisyah melaksanakan shalat dzuhur empat raka'at.
Selesai shalat, Aisyah memasak mie instan, kemudian membawa ke kamar ibunya.
"Ibu, bangun yuk, sudah waktunya makan siang. Habis makan, minum obat ya, Bu."
Aisyah membangunkan ibunya, dan tak lama Bu Sri membuka matanya. Wanita itu mendudukkan tubuhnya di atas kasur bututnya.
Aisyah menyuapi ibunya dengan sabar. "Maaf ya, Bu. Hari ini ibu makan sama mie instan. Aku baru pulang kerja, jadi belum masak. Masaknya sekalian buat buka nanti. Tadi sahur juga aku makan nasi kemarin, masih enak kok."
"Tidak apa-apa, Syah. Kita harus mensyukuri apa yang ada. Mie juga sama kenyangnya dengan nasi. Yang penting masih bisa makan," ujar Bu Sri.
Aisyah pun tersenyum ....
Selesai menyuapi ibunya, Aisyah berjalan ke dapur, mencuci piring kotor, kemudian berjalan menuju ruang tengah. Dia ingin bersantai sejenak menghilangkan penat setelah bekerja setengah hari, sambil menonton televisi.
Aisyah pun menghidupkan televisi, dan mencari chanel siraman rohani.
Sedang asik menonton televisi, Zaenal datang ....
"Kakak dari mana? Kenapa dari semalem gak ada di kamar?" tanya Aisyah.
"Bukan urusan kamu!" ketus Zaenal.
Pria itupun duduk di samping Aisyah, dan merebut kasar remote televisi dari tangan Aisyah. "Nonton apaan itu? Bikin kuping panas aja."
"Ya ampun, Kak, hati-hati kalo ngomong. Itu acara siraman rohani, Kak," sahut Aisyah.
"Ah, bodo amat! Mau siraman rohani, siram-siraman, aku gak suka." Zaenal menekan tombol remote itu, mencari chanel yang dia suka.
"Kak, aku mau tanya, kenapa Kakak hutang di warung, pakai namaku? Yang hutang Kakak, kenapa juga aku yang disuruh bayar?" tutur Aisyah.
"Terus, siapa yang mau bayar? Aku? Kan kamu tau sendiri, aku lagi nganggur," kata Zaenal.
"Iya aku tau Kakak lagi gak kerja, tapi kak seenggaknya Kakak bilang dulu sama aku, jangan main hutang aja. Lagian, udah tau gak kerja, tiap hari ngutang rokok," tutur Aisyah.
"Alah, udah diem! Berisik. Kamu itu sama kakak sendiri pelit banget, sih. Kalo aku kerja juga gak bakal ngutang-ngutang," bentak Zaenal.
"Tapi Kakak kan bisa cari kerjaan lagi. Tanya-tanya sama temen-temen Kakak," kata Aisyah.
"Udah diem, dibilang diem, malah ceramah terus," geram Zaenal.
Aisyah pun akhirnya diam ....
"Oh iya, aku laper nih. Bikinin mie sana, aku tau, pasti jam segini belum ada nasi, kan?" pinta Zaenal.
"Puasa, Kak, gak boleh makan jam segini." Aisyah mencoba menasehati sang kakak.
"Yang puasa kamu kali, kalo aku kan kagak," bantah Zaenal.
"Tapi gak ada mie, gak ada makanan juga." Aisyah terpaksa berbohong. Dia ingin kakaknya itu mau menjalankan ibadah puasa.
Sebelum pulang dari kantin, ibu pemilik kantin sengaja membawakan Aisyah beberapa bungkus mie dan juga telur serta berbagai camilan. Ibu pemilik kantin tahu bahwa Aisyah sangat membutuhkan itu.
"Kalo gak ada mie, ya utang di warung dong," kata Zaenal.
"Kak, utang Kakak yang harus aku bayar saja sudah banyak, dan gajiku gak seberapa. Tolong ngerti dikit, Kak," ujar Aisyah mengiba.
"Alah, uang kan bisa dicari. Udah cepetan sana, utang mie!" bentak Zaenal.
"Uhuk ... Zaenal ... Nal, sini, Nak, ibu ingin bicara." Terdengar suara Bu Sri dari dalam kamar.
"Apaan sih ibu, ikutan brisik," gerutu Zaenal.
Aisyah pun segera berlari masuk ke dalam kamar Bu Sri. "Ada apa, Bu?"
"Mana Zaenal, Nak? Ibu ingin bicara sama dia," tanya Bu Sri.
Belum sempat Aisyah menjawab, Zaenal sudah berdiri di belakang Aisyah.
"Apaan sih, Bu?"
"Nak, tolong jangan paksa Aisyah untuk berhutang di warung, kasihan dia. Tiap hari kerja banting tulang, gajinya hanya sedikit, itupun untuk makan bersama," ujar Bu Sri kepada Zaenal.
"Ah, Ibu sama Aisyah sama saja, cerewet. Bu, aku nganggur juga gara-gara Aisyah. Dia gak pernah mau bangunkan aku, jadi aku telat kerja, dan akhirnya dipecat," geram Zaenal.
"Nak, ibu tahu, kalau Asiyah selalu membangunkan kamu. Tapi kamu saja yang tidak mau bangun, berkali-kali Asiyah membangunkan kamu, tapi kamu malah marah-marah, dan Aisyah juga harus kerja, dia tidak mungkin mengurusi kamu terus," tutur Bu Sri.
"Ah Ibu selalu bela Aisyah. Belain terus, Bu! Aku muak lama-lama di rumah ini. Ibu juga penyakitan, gak bisa cari ngapa-ngapain, apalagi cari uang. Lagian ibu tuh sakit apa, sih? Kok gak sembuh-sembuh. Nyusahin orang aja," cibir Zaenal.
"Kak! Jaga bicara Kakak! Ibu jadi seperti ini juga karna gantiin ayah kerja. Dan kerjaannya berat, akhirnya ibu jadi sakit. Kakak punya hati dikit dong sama ibu," tegur Aisyah.
"Alah udahlah, anak sama ibu, sama aja. Heh! Kamu sekarang ... cepat masakin mie buat aku. Kalo gak, aku bakar sepeda kamu biar gak bisa kerja lagi," ancam Zaenal.
Aisyah menggelengkan kepala sambil mengelus dada, melihat tingkah kakaknya. Dia pun berjalan keluar kamar, menuju dapur.
Sementara Zaenal keluar kamar, dan kembali menonton televisi di ruang tengah.
Di dapur, Aisyah memasak mie dicampur telur, kemudian memberikan kepada Zaenal.
"Nah, gitu dong, baru namanya adik teladan," puji Zaenal.
Aisyah tak menanggapi ucapan Zaenal. Dia benar-benar putus asa menghadapi sifat kakaknya.
Aisyah pun masuk ke dalam kamar, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Aisyah memejamkan matanya, dia ingin beristirahat menenangkan diri sambil menunggu jam tiga sore.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Beberapa saat kemudian, terdengarlah suara adzan ashar. Aisyah membuka mata dan bergegas ke kamar mandi. Dia berwudhu dan menjalankan ibadah shalat empat raka'at.
Selesai shalat Aisyah menuju ke dapur. Gadis itu akan memasak untuk berbuka puasa nanti. Aisyah hanya menggoreng telur, yang dia dapat dari ibu pemilik kantin.
Setelah itu, tak lupa Aisyah menanak nasi. Setelah semua matang, Aisyah membersihkan peralatan masak.
Kini terdengarlah suara adzan Maghrib, yang menandakan puasa sudah boleh dibatalkan. Dan Aisyah duduk menghadap piring, berisi nasi serta lauknya.
Aisyah membaca doa sebelum makan. Setelah selesai berdoa ....
"Syah, beliin rokok, dong, rokokku abis," titah Zaenal yang tiba-tiba datang menghampiri Aisyah.
"Ya ampun, Kak, aku udah gak ada uang lagi selain buat makan," kata Aisyah.
"Kan bisa ngutang di warung. Oh iya, warung kan banyak, gak cuma warung ya itu. Di pinggir jalan gak jauh dari gang juga ada. Nah, kamu ngutang di sana, kan kamu belum punya utang kan, di sana," ujar Zaenal.
"Gak, Kak, aku udah gak mau utang-utang. Kalau Kakak mau, Kakak utang aja sendiri. Tapi jangan pakai namaku lagi, aku yang malu, Kak," kata Aisyah.
"Enak aja, kamu nyuruh aku buat ngutang? Gak, aku gak mau," ketus Zaenal.
"Lho, yang butuh siapa, Kak?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Roselia Dufan
Kakaknya gitu banget 😭gakuat aku klo jadi Aisyah
2023-07-21
0
〈⎳ HIATUS
kan Zaenal anak Dajjal ya pasti panas lah kalau dengar siraman rohani 😒
2023-07-19
0