Dipecat

Part 1

Kayesa memutar tubuhnya, menarik handle dan membuka pintu otamatis itu, lalu keluar dari ruang CEO, tanpa menoleh dan tanpa pamit. Kayesa menarik nafas panjang, bersandar sebentar di dinding, lalu meraup habis wajah dengan kedua tangannya.

Sekali lagi Kayesa menarik nafasnya, lalu menghembuskan secara pelan. Dua bulan dia bekerja di sini dengan sangat konsisten. Namun, jika gara-gara mawar merah itu, dia harus dipecat, rasanyq sangat tidak adik. Tapi harus bagaimana lagi itu sudah menjadi keputusan CEO perusahaan ini. Tak ada yang berani membantah.

"Hay! Kamu kenapa? Apa tuan Zafran memecatmu?" Tanya Malika berbisik dengan hati-hati.

Sepanjang sejarah Malika bekerja di perusahaan ini. Jika dipanggil CEO karena kesalahan, maka akan berakhir dengan pemecatan. Seperti itulah karakter Zafran, dia tak akan pernah memberi ampun pada orang lain, walaupun kesalahan yang dilakukan sepele.

"Aku diberi waktu dua jam untuk mencari mawar putih seperti mawar yang biasa ku taruh di ruang kerja tuan Zafran," jelas Kayesa.

"Itu gampang, kamu tinggal ke toko bunga dan beli." Celetuk Malika.

"Tidak segampang itu. Hanya ada satu tempat di kota ini, yang jual bunga mawar putih tulang. Di tempat lain tidak ada."

Banyak yang toko yang jual bunga mawar. Tapi untuk warna putih tulang hanya ada satu toko, di tempat lain tidak ada, Kayesa sudah mencoba mencari di tempat penjual bunga lain.

"Beli saja di toko itu," ujar Malika lagi.

"Masalahnya bunga mawar putih tulang itu, sudah habis. Tadi pagi aku sudah ke toko itu," ucap Kayesa berputus asa.

Malika mencoba membantu Kayesa, dengan menelepon beberapa rekan bisnisnya yang menjual bunga hidup. Namun, tak seorang pun yang menjual mawar dengan warna putih tulang.

"Tidak ada. Sa!" Malika terlihat sedih, karena jika Kayesa tidak dapat bunga itu dalam waktu dua jam. Itu artinya Kayesa dipecat.

"Ada apa?" Tiba-tiba Ruhi menghampiri kedua clearning service yang sedang serius mengobrol. Kayesa pun menjelas pokok permasalahannya.

Ruhi ikut membantu Kayesa, dia menelepon beberapa temannya yang pecinta bunga. Namun bunga mawar putih tulang itu tidak ada yang menjualnya. Bahkan ada teman Ruhi yang mengusulkan pesan online, tentu membutuhkan waktu berhari-hari. Sementara Kayesa cuman diberi waktu dua jam.

"Coba kamu datang lagi, ke toko biasa kamu beli. Mana tahu sudah ada," saran Ruhi, dia juga tidak mau, kalau Kayesa dipecat, karena Ruhi ikut repot, dia pasti akan diminta Zafran lagi untuk merekrut karyawan baru.

"Baiklah. Kalau begitu, saya ijin keluar dulu ya kak Ruhi."

Kayesa meninggalkan Malika dan Ruhi, kedua wanita itu ikut prihatin dengan keadaannya. Kayesa bergegas menuju lift, turun ke lantai dasar, terus ke tempat parkir. Setelah memasang helm, Kayesa menaiki sepeda motornya dan meluncur meninggalkan kantor menuju jalan raya.

Dua puluh menit kemudian, Kayesa menghentikan motornya di depan toko penjual bunga. Kayesa melepaskan helm dan mencantolkannya di kaca spion, lalu dia melangkah masuk.

"Apa mawar putih sudah ada?"

"Sipemetik bunganya sampai sekarang belum datang," jawab pemilik toko. Dia juga heran, kenapa penjual mawar putih tulang itu belum juga datang.

"Apa kakak tahu alamatnya di mana?"

Pemilik toka yang bernama Rara itu mengambil sebuah buku, lalu membuka beberapa halaman, mencari alamat gadis pengantar mawar putih tulang itu. Begitu ketemu, Rara memperlihatkan pada Kayesa. Kayesa mengambil ponsel, lalu memotretnya. Setelah mendapatkan alamat itu, Kayesa pergi diiringi dengan mengucapkan terima kasih.

Kayesa kembali ke motor, menaiki motornya, lalu memacu menuju alamat yang diberikan Rara pemilik toko bunga. Sudah dua puluh menit Kayesa berada di jalan raya. Namun, belum ada tanda-tanda dia sampai ke alamat tersebut.

"Kak! Permisi." Kayesa berhenti di sebuah warung kecil penjual makanan dan minuman ringan.

"Iya! Ada apa?" Pemilik warung menoleh ke arah Kayesa dan bertanya.

Sambil menyodorkan layar ponselnya. Kayesa menanyakan alamat yang sedang dicarinya.

"Masih jauh dari sini. Dek! Tiga puluh menit lagi dari sini. Adek harus mendaki beberapa kali," ujar pemilik warung.

"Tiga puluh menit dari sini." Kayesa berpikir keras, hingga dahinya berkerut.

Kayesa menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya kasar. Untuk sampai ke sini, dia sudah menghabiskan empat puluh menit. Jika di tambah tiga puluh menit lagi baru sampai. Itu artinya dia menghabiskan waktu satu jam sepuluh menit. Sementara Kayesa hanya punya waktu untuk pergi dan pulang seratus dua puluh menit.

"Ah... aku kekurangan waktu dua puluh menit. Jika aku ke sana dan di sana nanti, aku juga tak tahu pasti apakah mawar putih tulang itu ku dapatkan," gumam Kayesa putus asa. Dia pun memutuskan kembali, karena jika diteruskan pun akan sia -sia.

Setelah mengucapkan terima kasih. Kayesa menaiki motor dan memutar balik, dia memacu motor dengan pelan. Tatapan kosong kedepan, tak ada harapan lagi dia bisa bekarjaan di perusahaan besar itu.

"Jangan sedih Kayesa. Jalani saja takdirmu," batin Kayesa menguatkan dirinya.

Kayesa memacu motornya kembali ke kantor, begitu sampai, dia langsung menuju loker. Mengganti pakaiannya, kemudian menemui Ruhi.

"Bagaimana? Apa kamu berhasil?" Tanya Ruhi saat melihat Kayesa datang.

"Gagal." Jawab Kayesa lemas, dia mendudukkan bokong di kursi depan meja kerja Ruhi.

"Kamu yang sabar ya." Ruhi menyentuh pundak Kayesa. Jujur Ruhi sangat puas dengan kerja Kayesa, hanya saja dia tak punya keberanian untuk memohon pada Zafran, karena yang sudah jadi keputusan Zafran biasanya tak bisa diganggu gugat.

"Iya kak! Doakan aku secepatnya dapat pekerjaan lagi," ujar Kayesa lalu memeluk Ruhi dan Malika.

"Kak Ruhi, tidak bisa meminta ke tuan Zafran, agar hukuman Kayesa diperingan," ujar Malika.

"Maafkan kakak. Kakak tak berani memohon pada tuan Zafran," ujar Ruhi sedih.

"Tidak apa-apa. Kak! Doakan saya akan dapat pekerjaan lagi," ujar Kayesa sedih, lalu berpamitan.

Malika menatap kepergian Kayesa, hingga punggungnya menghilang di balik lift. Malika menyayangkan sekali, kehilangan rekan kerja sebaik Kayesa.

"Sore ini, tugas bersih-bersih ruang tuan Zafran. Ku serahkan padamu." Titah Ruhi. Malika hanya mengangguk.

Sementara Kayesa sudah sampai di parkir. Sebelum menaiki motor meticnya, Kayesa sekali lagi menatap gedung megah perkantoran milik Zafran. Dia menarik nafas resah, lalu menunggangi motor meticnya dan meluncur menuju jalan raya.

Seratus meter dari kontrakan, Kayesa singgah ke mini market, membeli beberapa keperluan dan bahan-bahan membuat kue nastar. Dia akan mencoba kembali peruntungan berjualan online, menjelang dapat perkerjaan baru.

Setelah semua yang dibutuhkan sudah lengkap. Kayesa berjalan seraya mendorong troli belanjaan ke arah kasir.

"Total delapan ratus tujuh puluh dua ribu," Kasir menunjukkan layar laptop yang tertera jumlah angka yang harus dibayar Kayesa.

Kayesa mengambil kartu ATM menyerahkan ke petugas kasir, setelah semua terbayar, Kayesa menerima barang belanjaan dan kembali ke motor, lalu meluncur meninggalkan mini market. Lima menit kemudian Kayesa sampai, dia memakir motor di teras dan turun.

"Bunda cudah (sudah) pulang." Kiano yang mengetahui Kayesa datang, berlari mendapati bundanya.

"Kiano sayang." Kayesa berjongkok lalu merentangkan tangan memeluk putranya.

Kayesa memeluk erat putranya beberapa saat. Ada rasa cemas yang kadang bergelayut di hati Kayesa, dia sangat takut jika Kiano menanyakan tentang ayahnya. Sementara sampai saat ini Kayesa tidak tahu siapa sosok ayah dari putranya.

"Mulai besok ibu akan terus bersama Kiano sepanjang hari." Kayesa mengurai pelukannya, lalu membingkai kedua pipi Kiano dengan tangannya.

"Hole (Hore)." Kiano bersorak girang, seraya melonjak girang.

Episodes
1 Kayesa
2 Hamil
3 Kembali
4 Kecelakaan
5 Zafran
6 Di Rumah Sakit
7 Hari Pertama
8 Diam-Diam
9 Mawar Merah
10 Dipecat
11 Kembali ke Kantor
12 Terkurung
13 Kesal
14 Ikatan Batin
15 Alena
16 Perjanjian Kerja
17 Dirawat
18 Hasil DNA
19 Keluar Rumah Sakit
20 Ke Rumah Kontrak
21 Drama Alena
22 Kembali Bekerja
23 Kekesal Alena
24 Dunia Sempit
25 Makan Siang
26 Wahana Bermain
27 Terjebak Macet
28 Di Apartement
29 Tak Bisa Pulang
30 Tertidur di Sofa
31 Rumah Oma Fatma
32 Kejutan Untuk Alena
33 Terbakar Cemburu
34 Praduga
35 Berseteru
36 Kekesalan Kayesa
37 Bertemu Rizwan
38 Kabar Sedih
39 Pergi Tanpa Pamit
40 Pertemuan Tak Terduga
41 Perasaan yang Sama
42 Kayesa Demam
43 Bersama Kiano
44 Shaga VS Zafran
45 Kegalauan Zafran
46 Alena berulah.
47 Sampai di Perkampungan
48 Rencana Tono
49 Kedatangan Asaka
50 Pernikahan Zafran
51 Rahasia Zafran
52 Alena vs Oma
53 Siasat Oma
54 Di Hotel
55 Bertemu Malika
56 Di Bandara
57 Satu Pesawat
58 Tatia
59 Mengerjai Alena
60 Bertemu Zafran
61 Obat Pencahar
62 Bermain perasaan
63 Pindah Kamar
64 Kecurigaan Alena
65 Dihimpit perasaan
66 Di Pantai
67 Plin plan
68 Pura-pura sakit
69 Kebohongan
70 Kehilangan Ponsel
71 Siasat Zafran
72 Salah Kamar
73 Tikus Nakal
74 Alena Terusir
75 Akting Alena
76 Bertemu Alena
77 Terkurung
78 Merasa Dikhianati
79 Kehilangan lagi
80 Pertemuan
81 Amnesia
82 Mengusir Alena
83 Kayesa luluh
84 Kenekatan Zafran
85 Ikut Kayesa
86 Bertemu Kiano
87 Toko Perhiasan
88 Serangan Jantung
89 Salah Paham
90 Kekecewaan Shaga
91 Kayesa Bimbang
92 Lamaran Mayumi
93 Menikahlah denganku
94 Cinta pertama
95 Fitting Baju
96 Rencana Shaga
97 Asaka diusir
98 Hampir Luluh
99 Usaha Alena
100 Ditangkap Polisi
101 Berubahkah Asaka
102 Rizwan Salah Paham
103 Kehilangan Zafran
104 Sendikat Asaka
105 Meragu
106 Tertangkap
107 Gagal
108 Menikah
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Kayesa
2
Hamil
3
Kembali
4
Kecelakaan
5
Zafran
6
Di Rumah Sakit
7
Hari Pertama
8
Diam-Diam
9
Mawar Merah
10
Dipecat
11
Kembali ke Kantor
12
Terkurung
13
Kesal
14
Ikatan Batin
15
Alena
16
Perjanjian Kerja
17
Dirawat
18
Hasil DNA
19
Keluar Rumah Sakit
20
Ke Rumah Kontrak
21
Drama Alena
22
Kembali Bekerja
23
Kekesal Alena
24
Dunia Sempit
25
Makan Siang
26
Wahana Bermain
27
Terjebak Macet
28
Di Apartement
29
Tak Bisa Pulang
30
Tertidur di Sofa
31
Rumah Oma Fatma
32
Kejutan Untuk Alena
33
Terbakar Cemburu
34
Praduga
35
Berseteru
36
Kekesalan Kayesa
37
Bertemu Rizwan
38
Kabar Sedih
39
Pergi Tanpa Pamit
40
Pertemuan Tak Terduga
41
Perasaan yang Sama
42
Kayesa Demam
43
Bersama Kiano
44
Shaga VS Zafran
45
Kegalauan Zafran
46
Alena berulah.
47
Sampai di Perkampungan
48
Rencana Tono
49
Kedatangan Asaka
50
Pernikahan Zafran
51
Rahasia Zafran
52
Alena vs Oma
53
Siasat Oma
54
Di Hotel
55
Bertemu Malika
56
Di Bandara
57
Satu Pesawat
58
Tatia
59
Mengerjai Alena
60
Bertemu Zafran
61
Obat Pencahar
62
Bermain perasaan
63
Pindah Kamar
64
Kecurigaan Alena
65
Dihimpit perasaan
66
Di Pantai
67
Plin plan
68
Pura-pura sakit
69
Kebohongan
70
Kehilangan Ponsel
71
Siasat Zafran
72
Salah Kamar
73
Tikus Nakal
74
Alena Terusir
75
Akting Alena
76
Bertemu Alena
77
Terkurung
78
Merasa Dikhianati
79
Kehilangan lagi
80
Pertemuan
81
Amnesia
82
Mengusir Alena
83
Kayesa luluh
84
Kenekatan Zafran
85
Ikut Kayesa
86
Bertemu Kiano
87
Toko Perhiasan
88
Serangan Jantung
89
Salah Paham
90
Kekecewaan Shaga
91
Kayesa Bimbang
92
Lamaran Mayumi
93
Menikahlah denganku
94
Cinta pertama
95
Fitting Baju
96
Rencana Shaga
97
Asaka diusir
98
Hampir Luluh
99
Usaha Alena
100
Ditangkap Polisi
101
Berubahkah Asaka
102
Rizwan Salah Paham
103
Kehilangan Zafran
104
Sendikat Asaka
105
Meragu
106
Tertangkap
107
Gagal
108
Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!