Kembali

Part 3

Lima tahun kemudian.

Dua orang wanita turun dari kareta yang berhenti di stasiun. Wanita itu Kayesa dan seorang gadis remaja yang menjadi pengasuh anak laki-laki yang pintar dan agresif bernama Maeka.

"Kita sudah sampai di kota kelahiran bunda."

Kayesa meraih tangan putra kecilnya yang baru berusia empat tahun. Berada di kereta berhari-hari membuat cukup melelahkan.

"Bunda! Kiano lapal (lapar)," ucap anak laki-laki ganteng dengan mata coklat itu dengan suara cedel.

Sejenak Kayesa memindai di sekelilingnya. Lima tahun dia meninggalkan kota kelahirannya, tidak terlalu banyak perubahan, mamang dari dulu pembangunan di kota ini terlihat sangat lamban.

"Biar aku yang gendong tuan muda. Nyinya," ujar Maeka seraya meraih tubuh mungil Kiano.

"Tidak mau. Kiano mau jalan sendili (sendiri) saja." Anak laki-laki itu menarik tangannnya agar terlepas dari tangan pengasuhnya.

Kiano kecil memang keras kepala, apapun kemauannya susah sekali di larang. Baru empat tahun dia sudah sangat mandiri, mandi sudah tidak mau ditemani, makan sudah tidak mau disuapi. Bahkan baju pun pakai sendiri.

Laki-laki kecil itu berlari mendahului Kayesa dan pengasuhnya. Kalau sudah begitu Maeka akan kerepotan mengejarnya. Kayesa hanya geleng kepala melihat tingkah laku putranya dan Maeka yang saling mendahului.

"Hay! Hati-hati! Jangan lari-lari," teriak Kayesa memperingati.

Mana perduli dengan teriakan khawatir Kayesa. Kiano kecil terus saja berlari sampai ke sebuah warung makan sederhana.

"Kia. Mau mam apa?" Tanya Maeka seraya mengangkat tubuh majikan kecilnya ke atas kursi.

"Ayam goleng (goreng) cripy," ujar Kiano dengan mimik sangat lucu.

"Wah! Si adek ganteng banget," sapa penjaga warung saraya mencuit kecil pipi Kiano. Semua orang yang melihatnya selalu melakukan hal yang sama, karena gemas dengan pipi gembulnya Kiano.

"Kakak duga tantik (juga cantik)," ujar Kiano membuat semua yang ada tertawa.

Tiga puluh menit kemudian, Kayesa, Maeka dan Kiano sudah selesai makan. Setelah ke kasir dan membayar makannya, Kayesa memesan mobil online untuk menuju home stay yang sudah dipesannya.

Sepuluh menit berlalu mobil online yang dipesannya belum juga sampai, Kayesa, Maeka dan Kiano berdiri di pinggir jalan raya.

Byaarr.. Tiba-tiba sehuah mobil melaju dari arah sebelah kiri, melindas kubangan air sisa hujan tadi malam, hingga air kotor itu memercik ke wajah Kayesa yang berdiri paling depan.

"Hay! Kalau nyetir yang benar dong. Apa kamu tak punya mata," teriak Maeka memaki, dia tak senang melihat wajah majikannya kotor.

Mobil itu berhenti lima meter dari tempat Kayesa berdiri, saat pintu mobil terbuka, kaluar seorang laki-laki berkaca mata hitam, menggunakan jas hitam.

"Bicara apa kamu! Apa kamu tidak siapa yang punya mobil ini," ujar laki-laki itu dengan suara tinggi.

"Dasar minim akhlak. Sudah tahu bersalah, bukannya minta maaf, tapi malah marah-marah." Maeka tidak mau kalah, dia pun ikut memaki laki-laki itu.

Mendengar perdebatan Maeka dengan laki-laki itu Kayesa mencoba menengahi. Dia tidak ingin bermasalah dengan orang kaya yang angkuh dan sombong. Percuma melawan mereka, di mana-mana mereka akan tetap benar dan banyak pembelanya.

"Maaf Tuan! Atas kelancangan pengasuh putra saya," ujar Kayesa seraya menangkupkan tangan ke arah laki-laki asing itu.

Setelah mendengar permintaan maaf dari Kayesa, laki-laki itu berjalan kembali ke mobilnya, lalu kembali lagi dengan membawa sapu tangan.

"Maaf! di mobil bos saya kehabisan tisu. Ini bos saya memberika sapu tangan, agar bisa mengelap wajah nyonya dari percikan air itu," ujar laki-laki itu menyerahkan sapu tangan abu-abu ke Kayesa, kemudian dia kembali ke mobil.

Sepeninggal laki-laki itu, sebuah mobil meluncur dan berhenti di depan Kayesa.

"Nyanya Esa?" Tanya driver menurunkan kaca mobil. Kayesa mengangguk.

"Maaf sedikit terlambat, tadi sempat terjebak macet," driver itu menjelaskan tanpa diminta.

Driver itu turun dari mobil, membuka pintu untuk tiga penumpangnya, kemudian membuka bagasi, memasukkan travelbag milik Kayesa. Mobil meluncur membawa Kayesa, Maeka dan Kiano. Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah dengan pagar berwarna coklat dan di depan rumah itu tertulis home stay Anggrek dua.

"Terima kasih. Bang," ucap Kayesa setelah turun dari mobil dan membayar ongkosnya.

Seorang wanita setengah baya dengan ramah menyambut kedatangan Kayesa. Wanita itu menyalami Kayesa.

"Saya Ratna penjaga home stay ini. Bisa dipanggil kak Irat."

"Saya Kayesa, ini Maeka pengasuh anak saya dan yang ganteng ini Kiano putra saya."

"Mau nginap di sini berapa malam. Bu Kay?"

"Jangan panggil ibu, saya jadi merasa tua. Panggil Kay saja."

"Baiklah, kalau begitu. Kay!"

"Dua malam," jawab Kayesa.

Setelah membayar administrasinya. Ratna mengajak Kayesa masuk dan menyuruh Kayesa memilih kamar mana yang mau ditempati.

"Kamar yang ini saja." Kayesa memilih kamar paling belakang, karena pintunya berhadap dengan taman kecil. Di taman itu Kiano bisa bermain bebas.

"Semua fasilitas di sini boleh digunakan. Kalau mau memasak dapur ada disebelah kiri," ujar Ratna, kemudian dia pamit.

Sementara Maeka mengajak Kiano bermain. Kayesa merebahkan dirinya di atas kasur, seraya mengeser-geser layar ponselnya. Kayesa mencari rumah kontrakan secara online. Dia harus mendapatkan rumah kontrakan, agar dia bisa berhemat, dan meneruskan bisnis online jualan kue nastar yang selama ini dilakoninya.

Kayesa akan kembali membuka orderan kue nastar menjelang dia mendapatkan pekerjaan yang layak. Karena uang pemberian dari suami semalamnya tinggal lima belas juta, dia telah menghabis puluhan juta saat hamil dan melahirkan Kiano. Karena pada waktu itu Kayesa belum bisa bekerja. Setelah Kiano berumur satu tahun, Kayesa mencoba bisnis kue nastar secara online, hasilnya lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya bertiga.

Hari ini Kayesa memutuskan kembali ke kotanya. Rindu pada Farhana sang ibu membawanya kembali ke kota ini. Dia memutuskan untuk menemui Farhana dengan identitas baru. Agar Farhana tak mengenalinya.

"Aku harus bergerak cepat. Agar segera mendapatkan rumah kontrak," batin Kayesa, lalu dia beranjak dari tempat tidur, menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian Kayesa sudah berpakaian rapi, seraya mencantolkan tali tas dibahu, Kayesa keluar kamar, mencari Maeka dan Kiano yang sedang bermain dengan kelinci pemilik home stay.

"Mae! Aku pergi dulu, titip Kia ya." Maeka hanya mengangguk, tanpa dipesani Kayesa pun, Maeka pasti menjaga Kiano.

"Bunda! Kia ndak ikut." Kiano mengangkat kedua tangan ke arah Kayesa minta digendong.

"Kalau Kia ikut. Kelincinya nggak ada teman, ntar kelincinya mangis." Maeka membujuk Kiano. Anak laki-laki itu memutar tubuhnya kembali menghadap kelinci dan mengabaikan Kayesa. Maeka berusaha mengalihkan perhatian Kiano, hingga Kayesa menghilang di balik dinding pembatas.

Ojek yang Kayesa pesan sudah menunggu di depan pintu pagar home stay. Setelah memakai helm Kayesa naik ke boncengan, motor motic itu pun meluncur mengantar Kayesa sampai ketujuan.

"Bang! Bisa saya carter abang seharian hari ini?" Tanya Kayesa, setelah membuka helm dan turun dari boncengan. Jika abang ojeknya mau Kayesa tidak perlu lagi order ojek lain.

Setelah nego dan mengadakan kesepakatan, si abang ojek pun menyetujui seratus ribu sampai urusan Kayesa selesai.

"Bang! Tunggu di sini ya," ujar Kayesa.

Sambil memindai di sekitarnya, Kayesa melangkah masuk ke halam rumah, untuk memastikan kalau benar ini rumah yang ditujunya, Kayesa kembali membuka whatsapp, melihat foto rumah yang dikirim si pemilik.

"Iya benar ini rumahnya," batin Kayesa melangkah mendekat ke arah pintu masuk.

"Kak Kayesa ya?" Tiba-tiba seorang gadis belia muncul dari jalan samping.

"Iya benar. Saya yang mau menyewa rumah ini," ujar Kayesa memperkenalkan diri.

"Rumah ini sebenarnya dua hari lagi baru habis kontraknya. Hanya saja yang ngontrak tadi pulang kampung mendadak karena orang tuanya meninggal dunia. Mereka minta waktu satu minggu baru bisa mengosongkan rumah ini," gadis itu menjelaskan.

"Satu minggu." Kayesa berpikir sejenak.

"Gini saja dik. Saya akan cari yang lain dulu. Jika tak dapat dalam satu minggu ini. Saya akan kembali ke sini," ujar Kayesa.

Keadaan rumah sangat strategis, halaman cukup luas, dan rumahnya pun tidak terlalu besar. Pas buat mereka bertiga. Namun, jika menunggu satu minggu lagi, kelamaan dia nginap di home stay. Bisa habis duit cadangannya.

Kayesa berpamitan pada gadis itu, melangkah ke luar pagar, menemui ojek yang masih menunggunya. Kayesa memakai helm dan naik keboncengan motor metic itu.

"Ke mana dek?" Tanya driver ojak, saat Kayesa sudah berada di boncengan.

"Daerah sini jauh nggak. Bang." Kayesa menunjukkan layar ponselnya. Driver ojek menoleh kebelakang.

Driver ojek itu memperhatikan layar ponsel Kayesa. Dia merasa tidak asing dengan gambar rumah yang Kayesa tunjukkan.

"Ini rumah kos-kosan milik kakak sepupu aku, tidak jauh dari sini, paling lima menit. Adek mau ke sana?"

"Bolehlah. Antar saya ke sana."

"Lagi cari kosan ya. Dek?"

"Iya. Bang!"

Motor kembali meluncur ke jalan raya, setelah belok ke kiri, lurus ke depan hingga perepatan simpang tiga. Lima menit kemudian motor memasuki kawasan perumahan. Driver memarkir motor di sebuah rumah yang cukup besar.

"Ayok. Masuk!" Driver itu mendorong pintu yang tak terkunci, masuk ke rumah sambil memgucapkan salam. Dia meminta Kayesa duduk di ruang tamu. Sang driver masuk ke dalam.

Sementara Kayesa yang duduk di sofa, memindai ruang tamu yang interiornya terlihat sangat elegan. Mata Kayesa tertuju pada foto keluarga yang tergantung di dinding.

"Foto ini sangat mirip dengan bang Rizwan." Kayesa mendekat dan memperjelas kalau apa yang dilihatnya tidak salah. Lama ditatapnya foto itu.

Episodes
1 Kayesa
2 Hamil
3 Kembali
4 Kecelakaan
5 Zafran
6 Di Rumah Sakit
7 Hari Pertama
8 Diam-Diam
9 Mawar Merah
10 Dipecat
11 Kembali ke Kantor
12 Terkurung
13 Kesal
14 Ikatan Batin
15 Alena
16 Perjanjian Kerja
17 Dirawat
18 Hasil DNA
19 Keluar Rumah Sakit
20 Ke Rumah Kontrak
21 Drama Alena
22 Kembali Bekerja
23 Kekesal Alena
24 Dunia Sempit
25 Makan Siang
26 Wahana Bermain
27 Terjebak Macet
28 Di Apartement
29 Tak Bisa Pulang
30 Tertidur di Sofa
31 Rumah Oma Fatma
32 Kejutan Untuk Alena
33 Terbakar Cemburu
34 Praduga
35 Berseteru
36 Kekesalan Kayesa
37 Bertemu Rizwan
38 Kabar Sedih
39 Pergi Tanpa Pamit
40 Pertemuan Tak Terduga
41 Perasaan yang Sama
42 Kayesa Demam
43 Bersama Kiano
44 Shaga VS Zafran
45 Kegalauan Zafran
46 Alena berulah.
47 Sampai di Perkampungan
48 Rencana Tono
49 Kedatangan Asaka
50 Pernikahan Zafran
51 Rahasia Zafran
52 Alena vs Oma
53 Siasat Oma
54 Di Hotel
55 Bertemu Malika
56 Di Bandara
57 Satu Pesawat
58 Tatia
59 Mengerjai Alena
60 Bertemu Zafran
61 Obat Pencahar
62 Bermain perasaan
63 Pindah Kamar
64 Kecurigaan Alena
65 Dihimpit perasaan
66 Di Pantai
67 Plin plan
68 Pura-pura sakit
69 Kebohongan
70 Kehilangan Ponsel
71 Siasat Zafran
72 Salah Kamar
73 Tikus Nakal
74 Alena Terusir
75 Akting Alena
76 Bertemu Alena
77 Terkurung
78 Merasa Dikhianati
79 Kehilangan lagi
80 Pertemuan
81 Amnesia
82 Mengusir Alena
83 Kayesa luluh
84 Kenekatan Zafran
85 Ikut Kayesa
86 Bertemu Kiano
87 Toko Perhiasan
88 Serangan Jantung
89 Salah Paham
90 Kekecewaan Shaga
91 Kayesa Bimbang
92 Lamaran Mayumi
93 Menikahlah denganku
94 Cinta pertama
95 Fitting Baju
96 Rencana Shaga
97 Asaka diusir
98 Hampir Luluh
99 Usaha Alena
100 Ditangkap Polisi
101 Berubahkah Asaka
102 Rizwan Salah Paham
103 Kehilangan Zafran
104 Sendikat Asaka
105 Meragu
106 Tertangkap
107 Gagal
108 Menikah
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Kayesa
2
Hamil
3
Kembali
4
Kecelakaan
5
Zafran
6
Di Rumah Sakit
7
Hari Pertama
8
Diam-Diam
9
Mawar Merah
10
Dipecat
11
Kembali ke Kantor
12
Terkurung
13
Kesal
14
Ikatan Batin
15
Alena
16
Perjanjian Kerja
17
Dirawat
18
Hasil DNA
19
Keluar Rumah Sakit
20
Ke Rumah Kontrak
21
Drama Alena
22
Kembali Bekerja
23
Kekesal Alena
24
Dunia Sempit
25
Makan Siang
26
Wahana Bermain
27
Terjebak Macet
28
Di Apartement
29
Tak Bisa Pulang
30
Tertidur di Sofa
31
Rumah Oma Fatma
32
Kejutan Untuk Alena
33
Terbakar Cemburu
34
Praduga
35
Berseteru
36
Kekesalan Kayesa
37
Bertemu Rizwan
38
Kabar Sedih
39
Pergi Tanpa Pamit
40
Pertemuan Tak Terduga
41
Perasaan yang Sama
42
Kayesa Demam
43
Bersama Kiano
44
Shaga VS Zafran
45
Kegalauan Zafran
46
Alena berulah.
47
Sampai di Perkampungan
48
Rencana Tono
49
Kedatangan Asaka
50
Pernikahan Zafran
51
Rahasia Zafran
52
Alena vs Oma
53
Siasat Oma
54
Di Hotel
55
Bertemu Malika
56
Di Bandara
57
Satu Pesawat
58
Tatia
59
Mengerjai Alena
60
Bertemu Zafran
61
Obat Pencahar
62
Bermain perasaan
63
Pindah Kamar
64
Kecurigaan Alena
65
Dihimpit perasaan
66
Di Pantai
67
Plin plan
68
Pura-pura sakit
69
Kebohongan
70
Kehilangan Ponsel
71
Siasat Zafran
72
Salah Kamar
73
Tikus Nakal
74
Alena Terusir
75
Akting Alena
76
Bertemu Alena
77
Terkurung
78
Merasa Dikhianati
79
Kehilangan lagi
80
Pertemuan
81
Amnesia
82
Mengusir Alena
83
Kayesa luluh
84
Kenekatan Zafran
85
Ikut Kayesa
86
Bertemu Kiano
87
Toko Perhiasan
88
Serangan Jantung
89
Salah Paham
90
Kekecewaan Shaga
91
Kayesa Bimbang
92
Lamaran Mayumi
93
Menikahlah denganku
94
Cinta pertama
95
Fitting Baju
96
Rencana Shaga
97
Asaka diusir
98
Hampir Luluh
99
Usaha Alena
100
Ditangkap Polisi
101
Berubahkah Asaka
102
Rizwan Salah Paham
103
Kehilangan Zafran
104
Sendikat Asaka
105
Meragu
106
Tertangkap
107
Gagal
108
Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!