PART 14

Pertanyaanku membuat ibu Juhariyah tersenyum.

" Akhirnya kamu penasaran juga Yogi,,,!" Ibu Juhariah melirik Ambar, yang kini mencekal tanganku.

" Aku adalah salah satu abdi kanjeng gusti Nyi Roro,,, namaku Aruma dewi. Dan dia cucuku Nyi Dia Ayu Ambarwati.

Kami mendapat tugas dari kanjeng ratu, setelah beliau melihat ada satu tanda, yang terdapat pada salah satu tawanan budak yang kamu sebut sebagai tante Rita tadi,,,

Tanda itu merupakan keturunan dari salah satu bangsa kami yang paling ahir. Karena bangsa kami pernah menikahi seorang wanita bangsa manusia seperti dirimu...

Dan untuk menyelamatkan putrinya yaitu kekasihmu itu. Maka aku mencarimu, dan kebetulan kamu berada di pantai ini..." Ibu Juhariyah, atau Aruma Dewi, memberikan penjelasan tentang maksudnya.

" Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan Mitha,,,? " Tanyaku tak sabar.

" Kalian harus menikah...!" Ujar nya sambil menunjuk ke arah kami berdua.

" Aku dan dia,,,?! " Aku terkejut.

" Ya. Kamu harus menikah dengan Ambar...Bukankah kamu juga menyukai dia,,,? "

" Tapi, aku dan dia berbeda ibu,,,! "

" Aku tahu itu..Namun perkawinan ini bersifat kiasan belaka. Tidak harus kekal dan harus bersama..Kalian menikah sebagaimana layaknya sepasang pengantin. Kalian menjalani malam pertama. Dan pada malam pertama itulah darahmu menetes pada rahim Ambar.. Tetesan darahmu sudah bisa membuat Ambar menyatu ke dalam raga kekasihmu dan akan menjadi benteng untuknya nanti...Karena tetesan darahmu adalah ketulusan cintamu pada kekasihmu itu..."

" Tapi ibu,,,Aku manusia biasa bagaimana bisa bersama kalian.. Lagi pula aku harus bekerja untuk modal nikah nanti,,,!"

" Kamu tetap bekerja sebagaimana mestiny. Ambar akan datang setiap kamu atau Ambar membutuhkan itu,,Kalian akan tetap bisa mrnikmati malam malam kalian sebagai suami isteri...Dan nanti bila memang kalian cocok dan berjodoh. Ambar akan melahirkan seorang anak yang juga akan menjadi penangkal jika suatu saat ada keturanmu yang melakukan pesugihan seperti yang dilakukan oleh suaminya tantemu itu...!" Ibu Juhariyah mengahiri ceritanya.

" Kapan kami menikah ibu,,,?" Tanyaku Kemudian.

Hihihi,,,Ibu Juhariyah alias Aruma dewi, tertawa terkekeh kekeh.

" Rupanya ada yang enggak sabar pengen cepat kawinn..! Tepat saat malam satu suro nanti.. Kanjeng ratu memanggil kita semua. Dan kalian akan menikah dihadapan beliau..!"

" Jadi aku harus ikut kalian ke dasar laut,,,?"

" Ya kenapa ? Apa kamu takut,,? "

" Tapi aku tak mungkin bisa sampai kesana,,,! "

" Kekuatan cintamu membuat segalanya menjadi mudah,,,Ambar akan membawamu sehingga kamu hanya merasakan keindahan bersamanya...! "

Setelah berkata demikian. Mereka mengajaku kembali ke pantai. Mereka akan datang menjemputku besok malam.

Maka aku pun menceritakan semuanya pada pak Ujang.

" Ternyata apa yang kamu pelajari tidak sia sia Gi,,,Mungkin ini jalan sudah di gariskan takdir...Kamu memiliki sipat asih sehingga menemukan kemudahan dalam menuju kebaikan...

Kamu beruntung bisa melihat dan berada dalam hotel itu.. Seumur hidup saya belum pernah menginjakan kaki walau cuma di halaman hotel itu.. Sedangkan kamu bisa masuk dengan mudah,,,

Dan yang paling penting dan akan menjadi sejarah hidup kamu nanti,,,kamu bisa melihat kerajaan bawah laut milik penguasa pantai selatan itu. Ditambah lagi menikah dengan salah seorang putri ,,, Sungguh peristiwa yang tak akan terulang kedua kalinya,,,! "

" Tapi pak,,,Bagaimana aku bisa renang sampai ke dasar laut sana,,,?"

" Ya ya,,,Saya mengerti...Tapi yang kamu nikahi nanti adalah bukan bangsa manusia seperti kita. Tentu saja mereka punya cara tersendiri untuk keluar masuk ke dalam dua alam yang berbeda,,,"

Pak Ujang tetrdiam. Matanya memandang langit luas. Entah apa yang ada dalam benaknya.

""""

Sejak pulang kerja sore tadi. Aku sudah mempersiapkan diriku, untuk menyambut peristiwa sakral yang menurut pak Ujang, tak mungkin terjadi dua kali di dalam hidupku.

Seperti yang telah disarankan pak Ujang. Aku telah mandi dengan taburan bunga warna tujuh agar tubuhku tercium aroma bunga.

Layaknya seorang mempelai pria, pak Ujang, juga menyuruhku agar berpakaian bak seorang pengantin. Itu adalah sebuah penghormatan terhadap gusti kanjeng ratu... karena tidak semua orang bisa melihat langsung wujud beliau.

Penampilanku memang agak lucu. Membuat istri dan anak gadis pak Ujang tertawa tawa...

Hampir jam dua belas aku segera masuk kamar mengurng diri.

Tentunya dengan berbekal petunjuk dari pak Ujang, aku sudah siap lahir bathin menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi nanti.

Disaat mataku terpejam dan mengosongkan pikiran.

Tiba tiba aku melihat seisi kamarku terang benderang.

Kamar yang semula kecil sempit dan pengap, kini betubah menjadi sebuah padang luas yang penuh warna warni.

Cahaya seperti garis hijau meluruk jatuh tepat dihadapanku.

Belum hilang rasa takjubku, aku mendengar suara bergemerincing dan ringkikan suara kuda.

Benar saja. Tak lama berselang sebuah kereta kencana, yang seperti pernah aku lihat di film film legenda ratu roro kidul, kini berhenti tepat di hadapanku.

Kereta itu hanya terdiri dari sang kusir tanpa penumpang.

Kusir kereta yang juga memakai pakaian ala kerajaan itu, memintaku untuk naik.

Maka dengan mengucap basmalah dalam hati aku berdo'a pada tuhanku agar diberikan keselamatan.

Aku ingat pesan pak Ujang, agar aku mengucap do'a dalam hati saja dan jangan sampai terdengar oleh mereka.

Sebab diantara mereka juga ada yang terdiri dari siluman yang juga masih keturunan manusia.

Bukankah pada masa raja raja dulu, banyak yang menikahi siluman demi untuk memparkuat daerah kekuasaan nya.

Sedetik kemudian.setelah aku duduk di atas kereta. Sang kusir pun menghela ke tiga ekor kudanya untuk segera melesat menghilang di balik awan.

Sepanjang perjalanan, aku hanya melihat warna warni pelangi yang melengkung menembus sampai ke permukaan air laut.

Dan dalam sekejap mata. Kini aku telah berada di depan sebuah istana yang termat megah.

Aku tak tahu apakah kini aku berada di dasar laut atau dimana..

Yang aku tahu. Sang kusir tadi segera memerintahkan kepada dua pengawal untuk membuka gerbang.

Untuk selanjutnya aku dikawal dua orang lelaki tinggi besar.

Kemudian masuk ke pendopo utama.

Sampai disitu aku dibawa oleh dua wanita yang kemudian menghadap seorang ratu yang duduk diatas kursi singgasana yang kesemuanya terbuat dari logam mulia.

Aku menuruti gerakan kedua wanita tadi. Bersujud memberi salam hormat pada paduka ratu...

Aku tak mampu menatap sribaginda ratu berlama lama.

Matanya begitu tajam menusuk dalam jiwa membuat nyaliku menciut seketika.

" Bangunlah anak muda,,,,Bersediakah kau menikahi putri Ambar,,? Bersediakah kamu memberikan keturunan padanya,,,? "Pertanyaan sang ratu begitu tajam tanpa basa basi.

" Ya. Hamba bersedia gusti ratu,,,!" Jawabku tetap tertunduk.

" Baik. Jika kamu melanggar janjimu, maka kamu tidak akan bisa keluar dari tempat ini...Dan kamu akan selamanya menjadi budakku,,,!"

" Hamba berjanji kanjeng gusti,,,"

" Nah sekarang bersiaplah untuk upacara pernikahanmu...!"

Kemudian aku dibawa lagi oleh dua wanita, menuju sebuah ruangan yang cukup besar.

Disana sudah ada ibu Juhariyah dan Ambar, Dengan gaun pengantin yang bertaburan bunga. Putri Ambar teramat cantik untuk ukuran bangsa manusia.

Pesta pernikahan digelar dengan sangat sederhana.

Beberapa wanita nenari diuringi gamelan yang melantunkan irama sakral yang membuat tubuhku menggigil.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!