Kebetulan siang saat jam makan siang.
Mitha, menelponku.
Mulanya kami cuma saling bertanya kabar, dan bercerita tentang kerinduan.
Sedikit bumbu penyedap kami menatap masa depan, jika nanti di persatukan dalam satu ikatan perkawinan.
Pada ahirnya, entah kenapa aku juga menceritakan kalau papa nya, juga menemui aku.
Bukan dalam minpi. Tapi pada saat aku tengah sadar.
" Aku juga suka heran melihat mama yang selalu gelisah. Tapi ketika aku tanya, mama tak mau mengatakan apa sebenarnya yang mama pikirkan...
Mama seringkali merasa ketakutan, seperti melihat sesuatu... Dan ketika aku bertanya tentang papa. Dia cuma bilang kalau papa sedang mencari kerja...!" Ungkap Mitha dengan suara cemas.
" Iya..Mungkin mama kamu benar,,, Kalau papamu sedang mencari kerja...
Atau memang papa kamu ada di kota ini. Sehingga dia menemui aku,,,? Tapi darimana dia tahu kalau aku dan kamu sudah semakin dekat dalam hubungan.
Atau,,,,Akh tidak.!" Kataku menepis dugaanku sendiri.
" Mungkin apa Yogi,,,?" Mitha mengulang pertanyaanku.
" Entah lahh..Aku hanya berfikir apa papa kamu sudah mempunyai isteri di kota ini..?"
" Bisa jadi juga sih. Karena papa sudah setahun lebih tak ada kabar beritanya. Tapi aku hanya heran kalau mama, masih kekeh bilang papa sedang mencari kerja...!"
" Mungkin benar. Setelah mendapat pekerjaan. Papa kamu tak ingin kembali bersama keluarga kamu. Karena dia juga sudah memiliki keluarga yang baru..."
" Keluarga yang baru...Iya mungkin juga ...Berarti papa telah menghianati mama. Dan telah tega membuang aku...!" Ada tekanan kekecewaan dari suara Mitha.
" Tapi ini bukan berarti benar... Kamu jangan terlalu serius menanggapi pendapatku. Aku cuma berandai andai.
Biasanya dan kebanyakan seorang suami jika jauh dari istri, apalagi sampai jangka waktu yang lama. Maka menurut kebanyakan orang,,, Kemungkinan besar dia telah nyaman dengan kehidupan barunya..."
" Berarti kamu nanti nyaman dong setelah jauh dari aku,,,?" Kata Mitha yang ahirnya membuat suasana tegang menjadi cair.
" Semoga aku tidak termasuk dalam kriteria seperti itu...Aku akan bersabar menunggu sampai kamu menuntaskan pendidikan kamu..."
" Kalau aku sampai kuliah...Apa kamu masih sabar menunggu aku..?"
" Aku tetap menunggumu, sampai kamu bungkuk sekalipun...Tapi kalau kamu kuliah, terus kamu kerja,,,pasti kamu kerja kantoran dan punya jabatan. Maka otomatis selera kamu juga berubah dong...!"
" Selera apa.? Apa kamu pikir aku tipe cewek yang materialistis.? Itu tidak akan ada dalam pikiranku. Aku akan tetap bertahan kalau kamu tetap bisa membuatku nyaman, Gi..."
Dan tanpa terasa waktu istirahat telah habis.
Aku bergegas menuju ruang kerjaku yang di penuhi tumpukan barang.
"""""
Aku jadi kepikiran terus sama omongan Mitha siang tadi.
Mitha; bilang kalau tante Rita terlihat selalu cemas...Ada apa sebenarnya dengan Om Dani...? Kenapa dia sampai meneror anaknya lewat mimpi,,,
Kenapa pula dia memberiku peringatan sampai datang ke tempat kerjaku yang jaun ini ? Dan anehnya aku tidak sempat melihat kepergian Om Dani, setelah memberi paringatan padaku,,, dia pergi begitu saja. Seperti lenyap di telan bumi...
Malam belum terlalu larut. Namun entah kenapa aku sudah merasa ngantuk,,, Mungkin karena terlalu lelah karena pekerjaan tadi siang.
Memang pekerjaanku butuh tenaga yang lumayan besar, karena setiap hari aku harus mengangkat dan merapihkan, menumpuk agar tak terlihat acak.
Aku harus hafal setiap merek dan item nya.
Bukan hanya membawa dan menyusun. Namun juga harus naik turun tangga untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi pada merek merek tertentu.
Sebenarnya aku merasa kalau pekerjaan ini terlalu berat buatku. Aku ingin mencari pekerjaan lain, yang lebih ringan. Dan yang paling penting, bisa dekat dengan Mitha.
Baru saja beberapa menit aku tertidur. Aku melihat tante Rita, berteriak teriak minta tolong.
" Tolonnngg...!" Teriak tante.
Aku berlari mendekatinya." Ada apa tante...?" Tanyaku.
" Yogi..Yogi...Tolong tante..Papanya Mitha,,,!!!" Seru tante sambil menunjuk ke satu arah.
Benar saja. Aku melihat Om Dani mengejar di belakangnya.
Om Dani, berhenti di hadapan kami.
Wajahnya begitu hitam legam dan kelam.
Om Dani juga memiliki kuku panjang dan tajam...Tubuh lelaki tua itu kotor dan lusuh.
" Istriku,,,,Kamu harus ikut bersamaku...
Sekarang aku telah menjadi orang terkaya,,,Semua untuk kamu. Untuk anak kita...!" Suara Om Dani terdengar sangat parau dan berat.
" Tidak.! Kamu bukan suamiku...Kamu pasti mahluk jahat yang menyerupai dia.! Pergi..Pergiii...!!!" Teriak tante. Dia memelukku erat dan membenamkan wajahnya didadaku...
" Hahaha...Aku akan datang untuk kalian nanti,,,,akan aku buktikan,,,kalau aku adalah orang yang paling kaya di seluruh kampun ini...Hahaha...Hahaha....Dan kamu Yogi,,, Aku sudah peringatkan kamu supaya tidak mendekati anakku...Kamu akan menyesal jika kamu mengabaikan apa yang telah aku katakan..." Suara Om Dani terdengar pelan seperti bicara pada diri sendiri.
Sedetik kemudian. Tangan Om Dani, yang hitam legam mencekal tangan tante Rita, dan berusaha menariknya dengan pakasa.
Aku hawatir kalau kuku kuku tajam Om Dani, melukai lengan tante.
" Hentikan...! Om tidak boleh bersikap kasar sama tante...Lagi pula mengapa tiba tiba datang setelah sekian lama pergi...Datang dengan cara tidak wajar dan sikap Om kini sangat kasar...!" Kataku dengan emosi.
" Itu bukan urusan kamu. Dan kamu akan menyesal...!!!" Setelah itu dia pergi menghilang begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments