PART 11

Siang itu aku tengah mencuci motor milik ayah.

Dari kejauhan sebuah mobil sedan berwarna putih berjalan merayap di jalan yang memang sempit.

Jalan kampung yang memang tidak layak untuk kendaraan roda empat.

Numun entah mengapa sipat orang kota tak pernah mau perduli dengan keadaan.

Seperti pemilik mobil yang satu ini. Sepertinya dia mamaksakan diri memasuki jalan sempit yang hanya bisa untuk motor minimal becak atau geriobak.

Mobil itu berjalan tersendat sendat untuk.menghindari benturan pada pagar orang.

Beberapa kali dia melihat ke arah spion.

Dan pada ahirnya sampailah di depanku.

Aku berusaha untuk menepikan sepeda motor yang sebenarnya sudah menempel di dinding.

" Hoi..Minggir dong.! " Seru pemilik mobil.

Dengan kesal aku melihat siapa pemilik mobil itu.

Ternyata dia adalah Om Dani, papanya Mitha.

Aku kembali pura pura menggeser motor.

" Heh. Ingat ya kata kata saya. Jangan pernah kamu dekati anak saya lagi,,,Kalau kamu masih bandel dan tetap mendekati Mitha,,,Kamu akan menyesal...!" Kata kata nya cukup kasar.

" Kenapa Om bersikap seperti itu. Aku dan Mitha, sudah berteman sejak kecil. Dan sekarang kami sudah saling mencintai,,,Ancaman Om, tidak berarti buatku...Aku akan tetap mencintai Mitha, dan akan melindungi dia dari apa pun juga..Termasuk Om...!" Balasku dengan lantang.

" Dasar pemuda kere..! Sudah tak punya tata krama dan sopan santun terhadap orang tua...!!!" Om Dani, membentakku.

" Apa Om pikir Om punya sopan santun,,,? Bicara Om, seperti orang yang tidak berpendidikan...! Padahal dulu tidak seperti itu..Dan sejak Om, menyatakan kalau kini telah menjadi orang yang paling kaya, sikap Om berubah..Tak lagi memandang sebelah mata kepada siapa pun,,,juga kepada anak sendiri...!" Kataku semakin emosi.

Mendengar ribut ribut, ayah keluar.

Ayah melihat pada Om Dani yang masih di dalam mobil.

Belum sempat ayah bertanya, Om Dani, sudah menjalankan mobilnya dan berhenti di depan rumahnya, yang juga tak memiliki garasi.

"""":

Malam harinya ayah dan ibuku menanyaiku tentang pekerjaanku yang telah beberapa hari ini aku absen.

" Maunya sih, aku cari kerja disini aja. Agar aku bisa menjaga Mitha,,," Aku mengutarakan niatku.

" Maunya nempel terus...Ingat Gi,,,Cari kerja tuh susah...Sudah besok kamu berangkat lagi jangan sampai di pecat.!" Kata ibuku

" Iya Gi,,,Masalah Mitha, biar saudara saudaranya yang jaga. Ayah, Ibu dan semua warga akan turut mengawasi sikap Om Dani.." Sambung ayah meyakinkan aku.

""""

Pantai pelabuhan ratu, memang selalu dipenuhi pengunjung disetiap hari libur.

Banyak wisatawan lokal dan bule bule yang memilih tempat itu.

Karena selain tak menguras kocek. Pantai adalah tempat terindah dari segala pemandangan alam.

Pantai ini juga dikenal karena mitosnya. Yaitu tentang Nyai Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan, yang sudah melegenda di masyarakat indonesia, terutama orang jawa barat.

Mitos tentang kanjeng ratu memang beragam.

Ada yang mengatakan untuk minta pesugihan ada pula yang mengatakan sebagai penguasa laut. Maka pada bulan bulan tertentu diadakan upacara adat memberikan sesembahan guna bersukur pada kanjeng ratu atas berkah yang ia limpahkan kepada kaum nelayan.

Namun yang jelas ada pantangan yang sudah tertulis. Agar pengunjung tidak memakai pakaian berwarna hijau.

Sebab mengandung resiko jika kebetulan sang ratu melihatnya. Maka secara tiba tiba ombak setinggi gunung datang dan menelan orang tersebut.

Karena warna hijau adalah warna favorit kanjeng ratu roro kidul.

Dan disini juga telah berdiri sejak dulu. Sebuah hotel yang sudah cukup terkenal. Hotel ini juga memiliki sebuah kamar khusus untuk kanjeng ratu roro kidul.

"""""

Cukup lama aku bermain di pantai itu.

Sampai ahirnya terlihat banyak pengunjung yang mulai meninggalkan pantai.

Aku pun segera bangkit dan melangkah pelan sambil menyeret langkah hingga membentuk garis di pasir.

Belum jauh aku melangkah. Tiba tiba seseorang memanggilku.

Dan ketika kutengok kebelakang. Tetnyata dia seorang wanita paruh baya.

Aku menghentikan langkah dan menunggu hingga dekat.

Kamu sendirian anak muda,,,? " Tanya wanita tadi.

Aku mengangguk.

" Sepertinya kamu bukan orang sini. Asal kamu dari mana,,?"

" Jakarta..Aku bekerja di kota ini..." Jawabku, sambil berfikir jangan jangan wanita ini termasuk brondong juga.

" Nama kamu siapa,,,? " Lahh ko jadi kayak wawancara ginih..

" Apa perlu tante tahu nama aku..?" Aku balik tanya.

" Jangan panggil tante.. Nama saya Juhariyah,,,Kalau kamu keberatan tak apa..." Balas wanita itu, sambil membalikan badannya untuk pergi.

" Tungguu bu,,,Maaf kalau saya kurang sopan. Nama saya Yogi,,,," Ahirnya aku menyebutkan namaku.

" Sudah kuduga,,," Dia seperti bergumam.

" Apa maksud ibu..?" Tanyaku heran.

" Nanti kamu akan tahu. Kelak kita akan bertemu lagi,,,," Sampai disitu wanita itu pergi begitu saja.

Sambil bertanya tanya dalam hati. Aku memandangi wanita itu.

Ada yang aku lupa.

Wanita itu memakai pakaian bak seorang abdi kerajaan atau istana keraton..

Memakai kemben dan di lengannya ada gelang gelang besar berwarna emas.

Hari sudah semakin gelap. Suasana pantai sudah mulai sepi.

Kuseret langkahku menyusuri pasir hingga meninggalkan jejak kakiku.

Belum lagi jauh langkahku.

Dihadapanku sudah berdiri dua wanita yang menghadang.

Wanita paruh baya yang barusan berremu dan pergi meninggalkan aku. Kini sudah berdiri bersama seorang gadis muda belia.

Aku merasa ada yang aneh. Bukankah wanita tadi pergi menuju arah yang berlawanan,,, Tapi kini sudah ada di hadapanku..? Bagaimana mungkin dia bisa bergerak secepat kilat.

Ketika langkahku hanya berjarak dua meter. Wanita yang bernama Juhariyah itu berkata.

" Yogi,,,Kenalkan ini cucu saya.. namanya Ambarsari,,,Panggil aja Ambar..." Ibu Juhariyah membimbing tangan gadis disebelahnya untuk menyalamiku.

Dan demi melihat kecantikan gadis itu, aku pun segera menyambut lengan gagis yang terasa amat lembut.

" Yogi,,," Kataku

" Ambar,,," Balasnya.

" Nah sekarang kalian sudah saling kenal. Bagaimana kalau kamu mampir ke rumah kami. Tidak jauh kok. Disana di belakang hotel itu,,,"

"Terima kasih..mungkin lain kali. Soalnya aku harus kerja,,," Balasku beralasan.padahal mau banget main kerumah cewek secantik itu.

Dan tanpa terasa hari semakin gelap.

Ibu Juhariyah dan Ambar, mengiringi langkahku kembali untuk pulang.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!