Selesai jam kerja seorang ard menghampiri aku.
Dia sudah bekerja cukup lama di perusahaan itu.
Usianya sekitar 40 an. Wajahnya terlihat cukup berwibawa. Namun sikap nya ramah meskipun tegas.
" Yogi,,,Saya lihat kamu ahir ahir ini, sering menyendiri...Seperti ada masalah berat..Kalau boleh tahu apa masalahmu,,,? " Tanyanya pelan.
" Iya pak. Makanya saya sering pulang,, " Jawabku pendek.
" Sebaiknya kita kamu kerumah saya dulu,,,Nanti kita ngobrol sambil ngopi,, Rumah saya dekat koko,,,Ayo naik..!" Katanya mengajak untuk bonceng motornya.
Pak Ujanh, nama ard itu. Rumahnya hanya berjarak dua kilo meter dari kantor kami.
Istri nyapun begitu ramah. Dia langsung menyuguhi aku kopi dan cemilan. Dia juga murah senyum.
" Mangga akang ditampi,,Di leut kopina mumpung hangeut keneh. ( silahkan ka diminum kopinya mumpung masih hangat ) " Ucap nya dengan lembut khas orang sunda.
" Nuhun ibu,,,Terima kasih,,," Balasku sambil membungkukan badan.
" Apa kamu mau sarapan sekalian Gi,,,?" Kata pak Ujang menyambung.
" Oh enggak usah pak terima kasih.."
Kemudian pak Ujang, menanyakan masalah apa yang sedang aku hadapi.
Dan degan singkat aku menceritakan perihal keluarga Om Dani, yang seharusnya tak perlu aku membuka aib seseorang. Tapi karena aku melihat kesungguhan pada diri pak ujang. Maka aku bercerita..Harapanku siapa tahu dia bisa membantu mencari solusi.
" Mungkin benar juga, kalau tetanggamu itu menjalani pesugihan,,,Biasanya tumbal pertamanya memang keluarganya sendiri...Baik istri atau anaknya...Setelah itu baru mencari orang lain setiap tahunnya,,,!" Pak Ujang menerangkan.
Berarti Om Dani, akan mencari korban setiap tahun.? Gila..! Bagaimana kalau Mitha.?
" Saya mencintai anaknya, dan saya sudah berjanji untuk melindunginya..Tapi,,, saya juga harus bekerja demi masa depan saya dan dia,,," Balasku.
" Itu memang harus. Bekerja dengan semangat tinggi,,,agar bisa mengumpulkan uang..Tapi melindungi orang yang kita cintai itu juga sangat penting,,,Kita rela berkorban apa saja, termasuk nyawa kita,,,Namun menjaga seseorang dalam ancaman mahluk gaib bukan hanya menjaganya dengan selalu berada disisinya saja, melainkan siap mental dan butuh keberanian kamu juga harus bisa melindunginya dengan pagar gaib,,,!"
" Pagar gaib,,,! Bagaimana caranya,,?" Aku sempat kaget dengan ucapannya.
" Nah, untuk itulah saya mengundang kamu kesini. Karena sudah beberapa kali saya melihat kamu berbicara sendirian,,,Tapi setelah saya lihat dengan mata bathin ternyata ada seseorang yang memang mengukuti kamu,,,!"
" Oh...Jadi bapak sudah tahu tentang itu,,,Jadi menurut bapak apa yang harus saya lakukan.. ?"
" Kalau kamu tidak keberatan. Kamu mulai besok malam, kebetulan malam jum'at. Kamu tidur di rumah saya. Ada kamar kosong di belakang.kamu bisa tidur disana..."
" Tapi di mess juga saya sudah nyaman pak,,,!"
" Ini bukan sekedar tidur Gi,,,Kamu harus tirakat,,,kamu harus mengenal dunia gaib karena yang kamu hadapi nanti adalah musuh dari dunia gaib..Bagaimana.?"
Setelah pak Ujang menerangkan secara rinci apa yang harus aku lakukan nanti. Maka aku menyetujuinya.
Namun aku kepikiran juga. Karena di rumah pak Ujang ada anak gadisnya yang masih duduk di bangku SMA.
" Kalau soal itu kamu tak perlu hawatir. Selain saya ard di gudang, saya juga ketua rt di kampung ini. Nanti akan saya jelaskan sama tetangga saya,,,"
" Kalau begitu terimakasih banyak pak sebelumnya.."
Setelah percakapan panjang. Akhrnya aku menuruti petmintaan pak Ujang yang baik hati itu.
"""""
Seperti yang telah di janjikan pak Ujang.
Malam itu dia membimbingku dalam mempelajari dan mengenal dunia gaib, dunia yang tak terjangkau oleh akal sehat, dunia yang tak terlihat oleh mata telanjang...
Pak Ujang memintaku untuk mengosongkan pikiranku agar tenang seakan tanpa beban.
Hal ini menurutnya untuk membuang enerji negatif yang dapat membuat orang mudah marah.
Kemudian meresapi enerji positif untuk bisa lebih tenang dalam menghadapi segala masalah.
Pak Ujang juga menguji nyaliku, dengan cara membuka mata bathinku
Pada awalnya aku merasa takut yang luar biasa.
Aku menemukan diriku berada di suatu tempat yang teramat gelap. Hanya sesekali terdapat kilatan cahaya merah dari langit.
Tempat itu begitu luas seakan tanpa batas.
Dan ketika aku merayap mencari jalan. Aku melihat sebuah lubang yang cukup besar untuk ukuran tubuhku.
Lubang itu agak temaram, redup seperti saat mendung di dunia nyata.
Aku mencoba masuk ke dalam, berjalan tak berapa jauh. Maka sampailah aku pada sebuah perkampungan yang tidak terlalu banyak penghuninya.
Dengan tak lupa membaca istighfar dalam hati. Aku melihat dengan jelas para penghuninya yang rata rata bertubuh kerdil dengan perut buncit.
Rambut merekapun acak acakan. Mereka memiliki telinga lebar dan mata merah menyala.
Dan ketika salah satu melihatku, aku segera bersembunyi di balik batu besar seukuran kerbau.
Mahluk yang aku tak tahu apa namanya itu seperti mengendus endus mencari keberadaanku.
Pada saat dia menemukan persembunyianku, tiba tiba tubuhku telah melayang...
Dan entah dengan cara bagaimana aku telah kembali berada di dalam kamar.
Pak ujang tersenyum. Kemudian dia mengusap wajahku dengan tangan basah oleh air. Mungkin air yang telah ia bacakan mantera atau entah apa.
" Alhamdulilah,,,Ternyata kamu punya keberanian yang luar biasa...! Kebanyakan orang berteriak minta tolong. Tapi kamu hebat Gi...Kamu punya bakat juga jadi paranormal..!" Kata pak Ujang, setelah menyadarkanku.
" Bapak bisa aja,,," Kataku tersipu.
" Nah untuk selanjutnya, nanti kamu harus benar benar mendalami apa yang akan aku ajari nanti...!" Pak Ujang nampak puas dengan kemampuanku.
"""""
Sebenarnya tahap pembelajaranku sudah dianggap selesai oleh pak Ujang.
Namun ketika aku mengatakan kalau aku akan kembali tinggal di mess, pak Ujang mencegahku.
Menurutnya tak ada ilmu yang telah selesai dalam kurun waktu yang singkat.
Dia memintaku agar aku tetap tinggal di rumahnya sambil terus belajar .
Menurutnya jika belajar setengah setengah nanti orang itu akan menjadi sombong dan takabur. Karena merasa dirinya pintar,,,
Sebaliknya jika semakin banyak belajar dan berilmu, maka ia akan semakin memahami palsafah hidup. Yakni semakin berisi semakin menunduk..itu istilahnya ilmu padi.
Dan akupun ahirnya menurut juga.
Sebab selain nyaman tidur dalam kamar, tidak seperti tinggal di mess. Juga nyaman bisa menikmati wajah cantik anak pak Ujang.
Ya walaupun cuma memandang, aku sudah cukup puas.
Dalam hati mau juga mengenalnya lebih dekat lagi. Tapi aku teringat Mitha, yang pasti tengah menantiku.
Dan tiba tiba kenapa juga aku kepikiran sama gadis yang namanya Ambar, cucu dari ibu Juhariyah, yang aku kenal di pantai beberapa minggu yang lalu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments