Bab 19 Jodohnya hanya sampai disini saja

Rumah Bu Ratih.

"Anggi. Apa yang terjadi nak?" tanya Bu Ratih ketika Anggi di serahkan kembali oleh suaminya kepada mereka berdua.

Anggi lalu menceritakan kondisi pernikahannya sejak kelumpuhan yang dia alami. Anggi juga menceritakan tentang orang tua Guntur yang lebih menyukai Anita daripada dirinya.

Bu Ratih lalu memeluk Anggi dan membelai rambut putrinya setelah tahu semuanya. Hatinya sedih karena pernikahan putrinya harus berakhir. Namun sebagai ibu, dia juga tidak mau putrinya menderita batin jika tetap bersama suaminya.

"Ya sudah. Sekarang kau istirahat ya...."

Anggi lalu berjalan ke kamarnya dengan berpegangan pada tembok.

.

Satu Minggu kemudian,

Guntur menikahi Anita. Dan sudah mengajukan perpisahan antara dirinya dan Anggi.

Ke pedukuhan.

Anggi tidak datang untuk menyaksikan pernikahan itu. Dia di jemput Joko untuk berobat ke suatu tempat yang lumayan jauh.

"Semoga kau sembuh setelah tinggal di sini selama satu bulan," kata Joko menatap Anggi yang akan tinggal di asrama itu untuk terapi. Disana nampak beberapa pasien sedang mengantri giliran pengobatan.

"Kau tahu darimana?"

"Temanku mengatakanya. Katanya disini sangat ampuh. Jika berjodoh beberapa kali pertemuan bisa sembuh," kata Joko sambil memapah Anggi menuju pendopo itu.

"Aku takut..."

"Jangan takut. Tidak apa-apa. Hanya terapi saja," kata Joko memberikan semangat untuk Anggi. Joko memang menepati janjinya pada Anggi. Begitu Anggi keluar dari rumah suaminya. Setiap hari dia datang sekedar untuk membawa makanan dan melihat keadaannya.

Setiap pulang kerja pasti dia mampir dan menemaninya jalan-jalan tanpa alas kaki meski hanya setengah jam di halaman atau kadang ke taman.

Setelah dua jam menunggu.

"Sekarang giliran mu...." kata Joko pada Anggi. Nampak Anggi mengangguk pelan.

Anggi lalu berjalan mendekati orang yang akan mengobatinya yang ternyata matanya tidak bisa melihat. Namun dia memiliki ilmu pengobatan dari kedua telapak tangannya.

"Siapa namamu?"

"Anggi Ki...."

"Kemarilah!" katanya sambil duduk bersila. "Mana tanganmu...." ucapnya lagi.

Anggi lalu mengulurkan tangannya dan dipegang oleh Ki Kusumo. Ki Kusumo yang matanya terpejam memegang beberapa titik lalu mulai melakukan pengobatan.

"Bagaimana?"

"Mulai bisa digerakkan Ki...." kata Anggi yang terpana dan takjub.

"Bagus. Besok datang lagi. Beberapa kali pertemuan maka kau akan sembuh...." kata Ki Kusumo.

"Iya Ki...."

Anggi dan Joko lalu ke asrama milik Ki Kusumo. Beberapa orang yang sakitnya agak keras memang harus datang beberapa kali padanya. Dan karena itu bagi yang tinggal nya jauh mereka akan di sarankan menginap di asramanya.

Joko dan Nandini menempuh perjalanan enam jam untuk bisa ke rumah Ki Kusumo. Karena itu Joko memilih untuk menginap di asrama untuk kelanjutan pengobatan Anggi.

"Ini kamar kalian. Silahkan beristirahat," kata seorang Art yang bertugas mengurus semua tamu Ki Kusumo.

"Terimakasih....." sahut Joko.

Mereka berdua lalu masuk di kamar yang sudah di sediakan.

Ada beberapa kasur lipat disana. Jadi Anggi dan Joko tidak perlu cemas. Mereka bisa tidur terpisah karena mereka bukanlah suami istri.

Joko langsung mengambil kasur lipat untuk Anggi.

"Istirahat lah. Kamu pasti lelah..." kata Joko.

"Hmm..." Anggi berbaring di kasur itu dan menatap Joko yang sedang mengambil kasur untuk dirinya sendiri.

Karena lama Anggi memandang maka saat Joko menoleh mata mereka bertemu dan Anggi tersenyum kecil.

"Joko... terimakasih..." kata Anggi padanya ketika Joko sudah berbaring dengan kasur yang lain di sebelahnya.

"Hmm..." Jawab Joko tersenyum hangat.

"Hari ini mungkin Mas Guntur sama Anita sudah menikah," kata Anggi sambil menatap langit-langit kamar itu.

Nampak Joko terkesiap dan menoleh pada Anggi.

"Apakah kau menyesal?"

"Hmm....tidak. Jodoh dan maut sudah takdir. Mungkin aku dan Mas Guntur memang harus berpisah,"

Joko nampak menatap dan mendengar apa yang Anggi katakan. Matanya tak lepas menatap wajah Anggi yang sebenarnya terlihat sedih.

"Sekarang, kau harus fokus untuk kesembuhan mu. Agar kau bisa kembali seperti Anggi yang dulu," kata Joko.

"Hmm....semoga..." Anggi lalu memejamkan matanya dan akan istirahat. Begitu juga Joko, setelah menyetir mobil seharian dia merasa sangat lelah, akhirnya juga tertidur juga.

Demi Anggi, dia telah membeli mobil agar bisa mengajaknya bepergian dengan nyaman. Tabungan yang tadinya akan dia gunakan untuk membeli rumah, kini sebagian dia gunakan untuk beli mobil yang kini dia pakai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!