Di Rumah Bu Ratih.
Matahari mulai menerobos masuk lewat gorden tipis berwarna putih. Anggi yang biasanya rajin bangun pagi, hati ini seperti terlihat malas untuk bangun.
"Anggi.... bangun nak. Lihat, siapa yang datang...." Seru ibunya membangunkan Anggi.
"Siapa mah?" ucapnya sambil mengucek matanya. Melihat ke jam di dinding.
"Astaga. Ternyata sudah siang. Aku bisa kesiangan begini?" sesal Anggi karena bangun disaat matahari mulai meninggi.
"Ayo cepat cuci muka. Lalu keluarlah," kata ibunya berbicara lirih. Anggi lalu bangun dan dengan cepat mencuci wajahnya. Nampak ibunya melipat dan merapikan tempat tidur Anggi. Maklum, salah satu tangan putrinya itu masih lemas jadi tidak bisa melakukan tugas rumah yang biasanya di kerjakan para wanita.
Anggi keluar dari kamar mandi.
"Bu,bantu ikat rambut Anggi ya?"
"Sini nak. Mama ikat rambutmu itu..."
Bu Ratih lalu mengikat rambut Anggi setelah menyisirnya. Mereka lalu keluar dan akan menemui tamu setelah Anggi sudah rapi.
Kaki Anggi terhenti saat melihat siapa yang datang.
"Mas Guntur?" Pria yang semalaman dia tangisi tidak disangka hari ini dia datang.
"Maafkan Mas. Mas baru datang menjemput mu. Ayo kita pulang kerumah," ajaknya.
Anggi masih terpaku. Tak percaya jika suaminya datang menjemputnya.
"Tapi mas. Bukankah kamu..."
"Sudah, ayo nanti kita bicara di rumah saja, kamu sudah terlalu lama tinggal disini," ajak suaminya pada Anggi.
"Iya mas." Anggi akhirnya menurut juga. Mereka berdua pamit pada ibunya Anggi. Setelah itu Guntur membantu Anggi masuk ke dalam mobil ya.
Mobil itu perlahan melaju meninggalkan halaman Bu Ratih. Didalam mobil, sesekali Anggi menoleh pada suaminya yang sedang menyetir. Suasana kembali sunyi dan hening.
"Aku kaget kamu tiba-tiba menjemput ku Mas...." kata Anggi sambil tersenyum kecil.
"Aku kangen sama kamu. Rumah rasanya sunyi tanpa ada kamu," kata Guntur sambil menyetir dan sesekali menoleh pada Anggi sambil tersenyum.
"Kenapa lama sekali kamu baru menjemput ku Mas?"
"Maafkan aku. Aku memang terlalu lama berfikir," sahut Guntur.
Mereka berdua bicara sepanjang jalan hingga akhirnya sampai di rumah Guntur.
Mobil itu berhenti dan Guntur turun lebih dulu lalu memutar dan membukakan pintu untuk Anggi.
"Ayo sayang, pegang tanganku..."
"Pelan-pelan Mas..." Anggi lalu turun perlahan dan berpegangan pada lengan suaminya.
Lama Anggi terpaku dan menatap suaminya. Mereka berdiri sangat dekat saling berhadapan. Guntur dan Anggi bertatapan sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam.
Sampai di teras, Anggi mendengar suara orang terbatuk didalam. Dan pintu juga tidak di kunci. Hal itu membuatnya terheran. Karena tidak ada art dan biasanya pintu akan di kunci jika mereka keluar bersama.
uhuk!
"Sepertinya ada orang di dalam Mas...." kata Anggi.
"Anita di dalam...." jawab Guntur dan membuat jantung Anggi terhenti seketika. Langkah kakinya juga terhenti saat itu juga. Dia menoleh menatap suaminya dengan tatapan tajam dan dalam.
"Anita didalam? Dirumah kita?" Anggi mengulangi pernyataan suaminya seakan memastikan jika dia tidak salah mendengar semua itu.
"Iya. Bukankah kamu ingin aku menikah lagi? Akhirnya aku mengikuti kemauan mu. Dan aku meminta syarat dari Anita. Dia harus menjagamu seperti saudaranya sendiri..."
Kata-kata manis yang di ucapkan suaminya entah kenapa tetap terasa menyakitkan hati. Tetap membuat tenggorokan nya serasa kering dan terbakar tanpa bisa berkata-kata lagi.
"Jadi itu suara Anita?" Anggi akhirnya bicara dengan suara parau.
"Iya. Dia akan tinggal disini. Dia juga akan mengurusku juga kamu,"
Anggi hanya terdiam tak mampu lagi bicara sepatah katapun. Memang benar dia pernah berkata agar suaminya menikah lagi. Tapi saat itu benar-benar terjadi, kenapa hatinya tetap hancur? Apa yang di ucapkan kenapa tidak sama dengan apa yang di rasakan. Mudah sekali bicara, tapi berat dan sakit saat menjalaninya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments