Dikamar mandi.
Satu bulan telah berlalu. Anita membeli alat test kehamilan karena dia merasa mual.
Nampak dua garis merah terlihat di alat itu setelah dia melakukan test di kamar mandi. Matanya terbelalak bukan karena kaget atau panik. Tapi matanya melebar di iringi dengan senyuman.
"Aku hamil. Ini anak mas Guntur...."
"Akhirnya, usahaku tidak sia-sia," kata Anita sambil membawa alat itu akan dia perlihatkan pada suaminya.
Anita lalu keluar dan malah bertabrakan dengan Anggi. Tiba-tiba testpack itu jatuh kelantai di barengi Anggi yang sempoyongan hampir juga terjatuh. Untunglah dia cepat berpegangan pada salah almari didekatnya.
"Ohh...kau tidak papa?" Anita kaget karena menabrak Anggi. Anggi justru tertarik dengan sesuatu yang terjatuh dari tangan Anita. Sekilas dia sangat mengenali alat itu. Karena dulu dia juga sering menggunakan nya. Anggi pun mengambil alat itu dengan salah satu tangannya, sementara Anita terpana karena saat ini alat itu ada ditangan Anggi.
Anggi menatap Anita saat melihat dua garis merah di alat itu.
"Apa ini? Milik siapa alat ini?" tanya Anggi dengan rasa cemas.
"Aku hamil...." Anita memberitahu Anggi dengan sedikit angkuh.
"Apa?" Anggi tertegun kaget. Rasanya dia seperti terjatuh dari tebing yang tinggi saat mendengar Anita hamil. Tiba-tiba teringat jelas bayangan satu bulan lalu ketika dia memergoki Anita ada di kamar suaminya.
"Kami melakukan kesalahan sekali malam itu. Karena itu aku hamil anak suamimu..." kata Anita berterus terang.
Anggi terdiam dan hanya menatap tajam mata Anita tanpa mampu berkata-kata. Namun sedetik kemudian dia ingin tahu segalanya.
"Apakah mas Guntur sudah tahu?"
"Aku akan memberitahunya nanti saat makan malam..." kata Anita.
"Ohh..." saat Anggi masih terpaku, Anita berlalu dengan sedikit congkak dari hadapannya.
Sejak mengetahui jika Anita hamil, Anggi berdiam diri di kamarnya. Dia sedih dan bingung harus bagaimana. Lalu dia menyalahkan dirinya sendiri yang tidak kunjung sembuh dari lumpuhnya.
Hingga suaminya memanggilnya untuk makan malam.
"Anggi...ayo kita makan malam bersama!" ajak Guntur sementara Anita sejak tadi sudah duduk menunggu di meja makan. Tidak sabar rasanya dia untuk memberitahu suaminya perihal kehamilan nya ini.
"Aku sedang tidak ingin makan," kata Anggi ketika Guntur membuka kamarnya.
"Jangan begitu, jika kau tidak makan, aku juga tidak," jawab Guntur.
Akhir nya Anggi keluar juga. Merekapun makan malam bersama. Nampak Anita sudah senyum-senyum sejak tadi. Padahal Guntur hanya memperhatikan Anggi saja saat makan malam bersama. Tidak sekalipun dia menoleh pada Anita.
"Mas....ada yang ingin aku katakan,"
"Hem...." Guntur menoleh padanya sementara Anggi sudah tahu apa yang akan di katakan Anita.
"Aku hamil mas. Dan kita harus menikah,"
"Apa?" Guntur nampak kaget dan menatap tajam mata Anita. Berani sekali bicara seperti itu di hadapan Anggi.
"Iya mas. Aku juga sudah tahu jika dia hamil. Aku tidak ingin membahasnya, tapi jika dia hamil anakmu. Kau bisa nikahi dia," kata Anggi dingin.
"Aku tidak mengerti..." Guntur masih bingung.
Anita lalu berdiri dan menarik Guntur ke kamar nya. Anggi tak bergeming dan hanya melihat saja. Dalam hati sebenarnya dia hancur, tapi dia tak berdaya untuk mengubah yang sudah terjadi.
"Apa yang kau katakan? Dan bagaimana Anggi bisa tahu semua ini?"
"Aku yang memberitahunya. Aku katakan jika ini adalah anakmu. Dan memang itu kenyataan nya," kata Anita dengan ketus.
Guntur mencengkeram leher Anita.
"Anita. Apakah kau sudah mempermainkan aku?"
"Lepaskan! Sakit!" Pekik Anita dan Guntur lalu melepaskan cengkeramannya. Dalam hati dia merasa telah terperdaya oleh Anita.
"Sial! Kenapa jadi seperti ini?"
"Mas. Apa sih yang kamu harapkan dari Anggi? Dia itu lumpuh dan tidak bisa memberimu anak. Sudahlah. Tinggalkan saja dia. Dan menikahlah denganku. Kita akan hidup bahagia dengan anak kita,"
Guntur terdiam dan terpaku dalam kegalauan nya. Salah satu tangannya memukul tembok dengan kuat. Nafasnya nampak memburu karena gemuruh didadanya.
Guntur mengatupkan kedua tangannya menutupi wajahnya sambil terduduk di pinggir ranjang tak berdaya.
"Apa yang sudah aku lakukan?" Nampak Guntur menyesali apa ya g sudah terjadi.
.
Kediaman Bu Gina.
"Jadi kamu hamil ?" tanya ibunya Guntur di rumahnya. Karena saat ini Anita sedang berkunjung untuk memberi tahu hal itu.
"Jika begitu, kalian akan menikah Minggu depan," jawab Bu Gina ibunya Guntur.
"Bagaimana jika Mas Guntur tidak setuju Tante?"
"Dia akan setuju. Tante yang akan bicara dengannya juga dengan Anggi," kata Bu Gina memastikan.
Anita lalu pamit dari rumah Bu Gina. Sepanjang perjalanan pulang dia sangat senang dan bahagia. Apalagi saat Bu Gina mengatakan jika mereka akan menikah Minggu depan. Sementara Anggi? Hatinya hancur berkeping-keping. Tak dia sangka jika berbagi suami itu sangat lah melukai hatinya. Awalnya dia pikir dia mampu dan kuat. Tapi semakin kesini, ternyata semakin berat saja terasa olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments