Di Rumah Bu Ratih.
Pulang dari pasar Bu Ratih langsung menemui Anggi. Dia mendesak Anggi agar berterus terang. Apa yang dia lihat tadi di apotik benar-benar mengganggu pikirannya.
"Anggi, telpon suamimu. Minta dia menjemput mu?"
Anggi tersentak.
"Bu, memangnya ibu tidak suka aku tinggal disini?"
"Bukan begitu nak. Tapi kamu itu sudah berumah tangga. Tidak baik tinggal lama di rumah orang tua sendiri?" Ibunya menasehati. Anggi terdiam sesaat sepertinya sedang menimbang sesuatu didalam benaknya.
"Mas Guntur marah sama Anggi Bu. Mas Guntur melihat foto Anggi dan mantan pacar Anggi yang bernama Joko. Karena itu dia marah?" Akhirnya Anggi tidak bisa menutupi lagi permasalahan yang terjadi.
"Loh, kok bisa? Memangnya kamu tidak cerita?" Ibunya menatap nya dengan seksama. Tentu saja kaget karena ternyata ada masalah lain yang di pendam Anggi selama ini.
"Itulah Bu. Anggi bersalah karena menyembunyikan masa laluku. Padahal Joko itu adalah sahabat dan teman Mas Guntur saat di kantor. Aku pikir, hal itu tidak perlu di ceritakan karena sudah berlalu. Tapi entah bagaimana, seseorang mengirim foto itu pada mas Guntur," kenang Anggi.
"Anggi.... sepertinya ada yang memprovokasi suamimu nak..." tebak ibunya. Pasti ada yang iri dan ingin merusak rumah tangga putrinya, batinnya.
"Entahlah bu...."
.
Hari demi hari berlalu. Guntur masih belum juga menjemput Anggi, dan membuat Anggi sedih serta putus asa.
Dilain pihak, Gina akan melamar Anita untuk Guntur. Joko yang tahu soal itu mengabari Anggi. Dia datang kerumah Anggi untuk memberi tahunya.
"Boleh aku masuk?" tanya Joko berdiri di pintu.
"Masuklah.... Bagaimana kabar Mas Guntur? Apakah dia sehat?" ucap Anggi mempersilahkan Joko masuk.
"Kau masih mencemaskan nya?" selidik Joko saat mendengar pertanyaan pertama yang di lontarkan Anggi padanya.
"Dia adalah suamiku. Aku ingin tahu kabarnya," sahut Anggi.
"Aku datang ingin memberi tahumu jika Anita akan dilamar oleh Guntur..." Joko memberitahu apa yang dia dengar dari salah seorang temannya.
Seketika dada Anggi terasa amat sesak. Bahkan untuk bernafas pun terasa menyakitkan.
"Apa?" mulutnya ternganga.
Anggi mengusap wajahnya yang basah karena satu tetes airmatanya tak terbendung lagi. Joko diam-diam memperhatikan dirinya. Hatinya sungguh iba melihat Anggi yang seperti di sia-sia kan seperti ini.
"Kapan?" tanya Anggi menatap sendu Joko.
"Besok malam,"
"Ohh..." Hancur lebur hati Anggi mengetahui suaminya akan melamar Anita.
Lama suasana menjadi hening. Tak ada yang bicara. Anggi pun terdiam seribu bahasa.
"Aku pulang dulu. Jika kau butuh bantuanku. Jangan segan untuk menelpon ku. Aku pasti akan datang," kata Joko sambil pamit pulang.
Anggi mengangguk pelan. Setelah Joko pergi dia bicara sendiri sambil menatap jauh ke depan.
"Akhirnya kamu setuju untuk punya istri lagi Mas. Tapi, aku sedih. Karena kamu tidak datang menemuiku dan kita bicara. Setidaknya aku tidak tahu dari orang lain. Aku ingin mendengar dari bibirmu sendiri,"
Anggi mengusap airmatanya yang menetes setelah sejak tadi dia tahan karena ada Joko.
.
Di Rumah Guntur.
"Guntur, cepat nak. Ayo kita ke rumah Anita. Keluarganya sudah menunggu kita," kata Gina sudah berdandan rapi sementara Guntur masih memakai kaos dan celana pendek.
"Ah, ini tidak benar mah. Aku masih suaminya Anggi. Bagaimana aku melamar Anita?"
"Sudahlah Guntur. Ikuti apa kata mama. Apa kamu mau di sebut anak durhaka. Sudah jelas istrimu itu berkhianat, dia tidak jujur sama kamu,"
"Tapi mah..."
"Ayo cepetan sana ganti baju!"
Mamanya menarik lengan Guntur. Akhirnya Guntur pun yang masih galau, marah, bimbang dan ragu menuruti ke inginan mamanya. Malam ini dia akan melamar Anita. Orang tua Anita juga sudah di undang untuk acara lamaran ini. Anita sangat senang dan bahagia karena akhirnya dia bisa bersama Guntur dan menyingkirkan Anggi.
.
Di rumah Bu Ratih.
"Anggi...kok melamun aja sejak tadi. Coba telpon suamimu. Kenapa dia tidak menjemput dan menanyakan ke adaanmu?" desak mamanya yang sudah curiga jika pernikahan anaknya sedang bermasalah.
"Tidak perlu ma. Sudah terlambat," jawab Anggi putus asa.
"Terlambat bagaimana?" Mamanya tersentak lalu duduk di dekatnya.
"Malam ini mas Guntur akan melamar Anita," Anggi mengusap matanya yang merembes teringat masa-masa indah yang di lewati bersama suaminya.
"Apa?"
"Lalu kamu bagaimana? Kamu ini masih istri sahnya. Masa seenaknya saja dia akan melamar wanita lain?" Bu Ratih mulai bicara dengan suara tinggi. Dia tidak terima putrinya di perlakukan seperti itu.
"Aku sudah mengijinkan nya ma..." mendengar ungkapan Anggi membuat mata Bu Ratih membelalak.
"Anggi? Apa yang kamu lakukan nak?"
"Aku lumpuh ma. Aku tidak berguna. Sebagai istri aku tidak bisa melakukan hak dan kewajiban didalam rumah tangga. Karena itu aku mengijinkan mas Guntur untuk menikah lagi," Meskipun hatinya meronta namun dia bisa apa. Kenyataan nya dia memang lumpuh dan hanya merepotkan semua orang saja.
"Anggi...ini tidak benar nak. Jika Guntur akan menikah lagi. Sebaiknya dia menceraikan mu dulu. Kembalikan secara baik-baik," Ibunya memeluk Anggi sambil mengusap kepalanya dengan lembut.
"Aku masih mencintai mas Guntur ma. Aku akan berusaha ikhlas berbagi suami dengan Anita," kata Anggi lirih dalam pelukan Bu Ratih.
"Jangan nak. Kamu tidak tahu, jika berbagi suami itu tidak mudah. Kamu akan sering terluka dan kecewa. Mama tidak setuju kamu di poligami seperti ini," Bu Ratih keberatan dengan pilihan Anggi. Bagaimanapun di madu itu sangatlah berat.
"Ma. Ini sudah keputusan ku. Aku minta maaf, karena mengecewakan mu..." kata Anggi melepaskan pelukan Bu Ratih. Masih tak berani menatap mata sang ibu, Anggi menatap ke arah lain.
Anggi bangun dan berjalan ke kamarnya dengan berpegangan pada tembok. Sebenarnya hatinya remuk dan hancur. Tapi didepan ibunya, dia berusaha tegar dan seakan dia baik-baik saja. Begitu sampai dikamar, dia menutup dan mengunci pintunya lalu menangis diam-diam. Tak terhitung airmata yang tumpah membasahi sprei. Dia hanya bisa menangis sendirian di dalam kamarnya yang sunyi. Jangan sampai ibunya mendengar Isak tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments