Aku membuka kedua mataku, ku lirik jam di dinding menunjukkan jam sebelas malam. Aku tersenyum melihat kedua anakku terlelap tidur, aku menaruh harapan untuk anakku kelak dan itu sebabnya sedikit demi sedikit aku menabung untuk masa depan mereka agar lebih cerah.
Tak jauh dariku ada mas Angga, dia terlihat sangat polos saat tertidur tapi setiap kali kedua matanya terbuka aku selalu saja kesal padanya.
Aku memegang perut yang terasa lapar, dan sangat menginginkan siomay sayur dengan kuah kacang pedas manis. Membayangkannya saja membuatku meneteskan air liur, aku mulai berpikir apakah harus membangunkan mas Angga untuk membelikannya. Secara aku sedang ngidam dan sangat ingin sekali makan makanan itu.
Aku beringsut dengan perlahan, takut tidur kedua anakku terganggu. Ku colek pinggang mas Angga beberapa kali dan berulah dia bangun, menatapku dalam pikiran setengah kesadaran.
"Ada apa?"
Suara serak milik mas Angga membuatku terpesona, namun aku segera menepis itu dan mengutarakan keinginanku sampai membangunkannya tadi.
"Mas, belikan aku siomay sayur dong." Bujukku sambil mengerlingkan mata berusaha se imut mungkin.
Mas Angga mengucek kedua mata dan melirik jam dinding sekilas kemudian menatapku dengan intens. "Kamu tidak lihat jam menunjukkan sebelas malam?" ucapnya seraya kembali membaringkan tubuh.
Aku segera menggoyangkan tubuh mas Angga agar tersadar, kali ini masalahnya cukup darurat. "Jangan tidur dulu Mas, belikan aku siomay dong!" rengek ku seperti anak kecil.
"Apa sih, Tari. Ini sudah malam, jangan macam-macam."
"Aku bukan macam-macam Mas, hanya satu macam. Ayolah, belikan aku siomay. Kamu juga harus tanggung jawab dong, jangan mau enaknya aja. Kamu juga nih yang melarang aku pakai KB." Sentakku.
"Ini sudah malam, warungnya pasti tutup dan mana ada yang jualan gerobak di pinggir jalan."
"Ya kamu usaha dong Mas, kan kamu juga yang menghamili aku. Kamu mau anak kita nantinya ngences? Enggak kan." Terangku yang terus menggoyangkan tubuhnya agar tidak tidur dulu.
"Hah, nyusahin aja kamu tahu gak." Cerocos mas Angga yang terpaksa beranjak dari ranjang dengan mata yang masih terpejam.
Aku tersenyum kegirangan memikirkan sebentar lagi aku bisa menikmati siomay. "Gak mau di susahin setidaknya aagak melarang aku pakai KB, jangan mau enaknya aja. Tinggal cari siomay apa susahnya sih. Ingat! Jangan pulang sebelum dapat siomay yang aku mau."
"Hah, tega benar kamu. Entah mau aku cari kemana siomay malam-malam, kalau gak ketemu jangan salahkan aku."
"Ya usaha dong Mas, demi anak ke tiga kita."
Aku terkikik saat melihat mas Angga yang sudah pergi, sangat ingin makan siomay dan berharap suamiku itu membawakannya untukku.
Mataku masih tetap fresh padahal jam menunjukkan setengah dua malam, rasa khawatir menyelinap di hati. Aku yang mulai gelisah sekaligus tak sabar memutuskan untuk menghubungi suamiku, ku raih ponsel di atas meja dan mencari nomornya.
Segera aku matikan sambungan telepon di kala melihat suamiku yang baru saja pulang, buru-buru aku mengejarnya dan merampas kresek hitam yang di bawanya. Aku lupa memberikan hadiah untuk suamiku yang terkadang mengesalkan, aku berbalik dan mencium pipinya.
"Kenapa lama Mas?"
"Sampai ke ujung dunia aku cari, awas kalau siomaynya gak di habiskan." Kecam mas Angga membuatku tertawa tipis.
"Loh, muka Mas kenapa lebam?"
"Ini hasil berebut dengan ibu-ibu, kebetulan siomay nya tersisa satu bungkus. Aku mengatakan kalau kamu sedang ngidam, baru deh ibu-ibu gak ada akhlak itu segera minta maaf." Jelas mas Angga panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments