Bab 20. Galang Adzan

Setelah kepergian Gus Ipul, tidak ada pergerakan antara Galang dan Airin. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing untuk beberapa saat.

Galang pun menghela napas panjang karena dia tahu dia tidak boleh satu ruangan dengan Airin berdua saja. Padahal Galang baru saja mengusir Gus Ipul dengan kata-kata tersebut. Akhirnya Galang memutuskan untuk segera keluar dari rumah.

"Dek Airin, maaf kalau kedatangan saya tiba-tiba. Tapi sepertinya saya tepat waktu datangnya. Saya akan tunggu di luar aja sambil liat kambing. Saya jadi kangen denger suara kambing beberapa hari ditinggal," kata Galang seraya tersenyum. Namun tentu saja posisi Galang masih berdiri di depan Airin. Artinya bahkan Airin tidak tahu jika Galang sedang tersenyum.

"Kak Yusuf ... eh maksudnya Kak Galang kenapa baru kembali? Kenapa kemarin hanya uang untuk bayar hutang aja yang kembali?" tanya Airin masih dengan posisi yang sama dan tertunduk malu. Bahkan untuk menatap punggung Galang saja dia tidak berani.

"Saya keluar dulu, Dek." Bukannya menjawab, Galang justru pamit keluar tanpa menoleh sedikit pun karena jelas dia tidak mau tiba-tiba di grebek oleh warga karena berduaan di dalam rumah tanpa ustadz Jefri. Bisa saja Gus Ipul punya niat tidak bagus dan memfitnah mereka berdua dengan membawa warga. Namun jelas akan jadi hal yang menguntungkan bagi Galang andai itu terjadi.

"Kak!" panggil Airin menghentikan langkah Galang yang sudah di ambang pintu.

"Iya, Dek," jawab Galang tanpa berbalik badan. Namun Airin kembali diam. "Saya harus segera keluar atau kita akan bicara nanti. Mungkin kita bicara di luar saja kalau Dek Airin mau," tawar Galang. Airin pun mengikuti Galang menuju kandang kambing. Kedatangan mereka berdua tentu saja disambut hangat oleh hewan peliharaan ustadz Jefri.

"Sebenarnya, apa tujuan utama Kakak memberikan banyak uang untuk kami?" tanya Airin sembari memberikan kambingnya rumput.

"Nggak ada. Aku hanya merasa kalian mengembalikan apa yang pernah hilang dulu. Saya ikhlas, bahkan kalau kamu juga menolak saya." Airin menatap Galang sekilas kemudian kembali fokus dengan kambing lagi.

Tentu saja Airin penasaran apa yang dimaksud Galang tadi. Seingat dia, Abati tidak memberikan apa pun pada Galang, tetapi Galang mengatakan jika dia pernah kehilangan.

"Maksudnya apa, Kak? Kehilangan apa?" tanya Airin. Galang hanya menyunggingkan senyum.

"Sebentar lagi Dzuhur, Dek. Saya mau ke masjid dulu. Titip tas saya ya Dek," kata Galang mencoba menghindar bahkan Galang benar-benar tidak menatap Airin sama sekali dan hal itu membuat Airin semakin bingung.

...***...

Perjalanan dari rumah ustadz Jefri menuju masjid tidaklah jauh, hanya sekitar seratus meter lebih. Namun Galang yang termasuk warga baru menjadi perhatian banyak orang, apalagi rupanya yang tampan dan senyum yang semakin membuat orang kagum padanya.

Beberapa ibu-ibu yang duduk di teras rumah saling berbisik satu sama lain. Ada yang memuji ada juga yang menggunjing perihal calon suami Airin yang berasal dari kota. Padahal kabar itu sudah dikonfirmasi oleh Pak RT bahwa tidak benar. Tentu saja para ibu-ibu kekinian akan tetap menjadikan berita itu trending topik karena memang Airin dan Galang bagi mereka sangat cocok juga serasi.

"Eh, Nak Yusuf, mau ke masjid ya? Makin ganteng aja deh kayaknya," sapa Bu Elis yang sengaja menghampiri Galang bersama dua ibu yang lain.

"Assalamu'alaikum, Bu Elis," kata Galang dengan ramahnya menatap bergantian tiga ibu-ibu kepo di depannya seraya menganggukkan kepalanya.

"Wa'alaikumsalam, ya ampun suaranya bagus, ganteng, ramah lagi. Jadi mantu Ibu aja, Nak. Biar memperbaiki keturunan," sahut satu ibu di sisi kanan Bu Elis yang bernama Bu Asih.

"Astaga ... Bu Asih! Si Jeni teh masih sekolah, udah mikir calon mantu aja. Nak Yusuf mana mau sama si Jeni yang pecicilan begitu atuh," ujar satu ibu lainnya yang bernama Bu Cicih.

"Eh, eh ... pecicilan juga anak aing teh cantik. Kasian deh situ anaknya lalaki semua, tapi lebih kalah ganteng sama Nak Yusuf ini," sahut Bu Asih memprovokasi.

"Heh, naon sia, hah! Anak aing ganteng-ganteng semua. Belum glow up aja. Nanti kalau udah kenal skin care mah sia teh pasti juga pengen jadiin mantu," jawab Bu Cicih tidak terima.

Sebelum perdebatan itu berlanjut semakin panas, Galang segera pergi diam-diam karena dia ingin mengumandangkan adzan Dzuhur. Sudah sangat lama sekali dia tidak pernah memegang mic, jadi Galang tidak mau melewatkan kesempatan tersebut.

"Loh ... Nak Yusuf mana? Ini gara-gara kalian sih pada sibuk ribut aja. Saya kan masih pengen ngobrol sama Nak Yusuf, huh keehed bener kalian ini," kata Bu Elis kemudian pergi meninggalkan Bu Cicih dan Bu Asih.

Galang yang sedikit mendengar keluhan Bu Elis hanya bisa tersenyum dan segera mempercepat langkah kakinya sebelum ada muadzin yang mendahuluinya.

"Loh, Nak Yusuf?" sapa Pak RT.

"Assalamu'alaikum, Pak RT," sapa Galang seraya bersalaman.

"Wa'alaikumsalam. Kenapa kayaknya buru-buru sekali, Nak?" tanya Pak RT sedikit bingung.

"Saya mau adzan, Pak, boleh?"

"Boleh dong! Kebetulan saya yang mau adzan tadinya. Kalau begitu silahkan ambil wudhu dulu. Saya tunggu di dalam." Galang mengangguk paham dan pergi untuk berwudhu.

Tidak butuh waktu lama, setelah Galang wudhu, Pak RT mempersilahkan Galang untuk mengumandangkan adzan Dzuhur. Walaupun sedikit ragu dan walaupun dia pernah mendapatkan piala atas lomba adzan terbaik beberapa kali, dia tentu saja gugup karena hal itu sudah sangat lama.

"Bismillahirrahmanirrahim." Galang pun memegang mic dan mulai menarik napas dalam-dalam lalu mengumandangkan adzan dengan begitu khusyuk.

Suara adzan itu seolah membius para warga yang penasaran dengan muadzin siang itu. Bahkan ada yang tidak pernah sholat berjamaah saat Dzuhur segera mandi dan pergi ke masjid hanya untuk sekedar mencaritahu siapa yang mengumandangkan adzan yang mirip dengan adzan di kota Mekah.

"Ck, boleh juga ternyata adzan lo. Sebenarnya, siapa dan dari mana lo, Yusuf? Bahkan gara-gara suara lo, masjid ini hampir penuh," kata Gus Ipul yang duduk bersila di sisi Galang setelah Galang selesai mengumandangkan adzan.

"Nama saya Galang, tapi saya rasa saya tidak sepenting itu bagi anda sampai saya harus mendetailkan saya siapa dan saya dari mana, Gus," jawab Galang dengan nada meledek.

Keduanya bicara hanya lirih saja tanpa saling menatap satu sama lain karena para jamaah sudah berbondong-bondong masuk ke dalam masjid. Kesal tentunya yang dirasakan Gus Ipul, tetapi karena masjid hampir penuh, imam Masjid setelah meminta salah satu jama'ah untuk mengumandangkan Iqamah.

........

Terpopuler

Comments

rodiah

rodiah

semangat mak othor... insyaallah kalau ada bunga atau kopi mak kasih...

2023-06-14

0

Riyanti Riri

Riyanti Riri

semangat Thor, makin seru ceritanya..
lanjut gasskeennn

2023-06-03

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

msh aja dendam gus iful..jelaa kamu kalah sainh lah sm gala g.
lanjuuut

2023-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!