Bab 13. Berpisah

Galang menikmati waktu dengan Aba dan Uma sambil menunggu mobil yang menjemputnya. Tomi yang terkejut mendengar kabar Galang segera mengirimkan anak buah yang berada tidak jauh dari lokasi Galang dan menunggu Galang di beskem mereka.

Airin sendiri hanya diam di dalam kamar setelah mendengar percakapan Galang dengan orang tuanya. Ada sebuah penyesalan mendalam, tetapi tidak bisa mengungkapkan. Akhirnya Airin memilih berdiam diri di kamar sampai dia mendengar suara mobil terparkir.

Tomi sudah mewanti-wanti anak buah yang dikirim itu untuk tidak bicara apa-apa. Apalagi memanggil Galang dengan sebutan bos. Jadi dua orang yang biasanya berpakaian sobek-sobek kini berpakaian rapi dan sopan itu hanya diam dan sesekali menganggukkan kepala kalau Galang bicara.

"Aba, saya mau kembali ke kota dulu ya." Galang pun pamit setelah motornya dimasukan ke dalam mobil. Galang juga tidak lupa mencium punggung tangan Aba dan Uma dengan takdim. Sungguh sebenarnya Galang tidak ingin pergi dari rumah sederhana yang baru semalam dia tinggali itu.

"Hati-hati, Nak. Jangan lupa kabari Uma kalau udah nyampe rumah ya?" kata Uma Siti benar-benar mirip dengan Mama Galang.

"Iya, Uma. Pasti Galang kabari Uma nanti. Galang berangkat sekarang ya? Assalamu'alaikum," kata Galang seraya beranjak dari ambang pintu menuju mobil yang sudah dari tadi menunggu dirinya naik.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Nak," jawab serentak Abati dan Uma Siti.

Galang pun masuk ke dalam mobil dan meminta anak buahnya itu untuk segera melajukan mobilnya. Setelah mobil melaju cukup jauh, Airin barulah keluar dari kamar.

"Kak Yusuf!" teriak Airin diambang pintu. "Maaf!" lirih Airin. Umi Siti pun merengkuh kedua bahu putrinya.

"Kenapa baru keluar? Kamu nggak tau kalau Galang berharap kamu ikut ngobrol tadi," kata Uma Siti tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari Airin. Merasa tidak enak hati, Airin segera kembali ke kamarnya.

"Sepertinya ... Galang benar-benar akan menjadi menantu kita, Uma," ujar ustadz Jefri diiringi senyuman manis. Uma Siti ikut tersenyum bahagia melihat sikap Airin yang cuek tapi sebenarnya begitu peduli pada Galang.

"Iya, Aba. Semoga kebagian selalu terlimpah pada Airin dan Galang."

"Aamiin. Sekarang Aba mau ke rumah ustadz Hafiz dulu buat batalin ta'aruf Airin dengan Gus Ipul." Uma hanya mengangguk paham.

...***...

Tiba di beskem, Tomi segera memeluk Galang. Sahabat yang paling mengerti dirinya itu terlihat khawatir melihat tubuh Galang mengalami banyak luka lecet.

"Sudahlah! Aku nggak pa-pa!" kata Galang dan Tomi langsung melepaskan pelukannya.

"Aku? Baru dua hari lo tinggal disana dan lo udah merubah gaya bicara lo kayak sebelumnya?" ucap Tomi heran.

"Hm. Aku menemukan sesuatu yang selama ini aku cari, Tom," jawab Galang dengan sebuah senyum manis. Semua orang di beskem itu dibuat heran setengah mati oleh sikap Galang.

"Gila ... disana pasti ada cewek cantik yang menggetarkan hati seorang Galang ini, benar begitu?" ledek Tomi seraya menyiku lengan Galang dan memainkan alisnya untuk menggoda Galang.

"Bukan hanya itu, tapi aku menemukan sosok orang tua yang aku rindukan, Tom. Mereka ... mereka bahkan berhasil membuat aku kembali sholat." Tomi bahkan hampir tersedak mendengar apa yang Galang katakan.

"Bukan main ... cinta dan kasih sayang memang bisa merubah segalanya. Gue ikut seneng, Bos! Selamat!" ucap Tomi dengan tulusnya. Bahkan beberapa anak buah yang mendengar percakapan itu juga memberikan selamat.

"Terima kasih. Tapi ... setelah ini aku akan pergi dan meninggalkan kalian. Kalian juga harus mencari jati diri kalian, bukan hanya menghabiskan waktu dijalanan." Lagi-lagi orang-orang disana dibuat terkejut dengan kata demi kata yang keluar dari mulut Galang.

"Bos?" seru anak buah Galang yang ada hampir dua puluh orang tersebut, termasuk Tomi.

"Aku bukan bos kalian lagi. Bukannya raja jalanan udah diambil alih oleh Remos? Jadi ... jangan panggil aku bos lagi!" kata Galang menatap bergantian mereka yang berdiri tidak jauh dari Galang.

Setelah beberapa saat, Galang menghela napas panjang dan melangkah untuk berpamitan pada mereka yang selama lima tahun ini menemani Galang. Tidak ada yang sedih saat itu karena memang pengusaha jalanan sudah seharusnya diambil alih oleh Remos.

Namun Galang berharap mereka semua bisa keluar dari jalanan dan hidup layaknya orang normal lainnya. Tentu Galang tahu mereka semua sama seperti dirinya yang menjadikan jalanan sebagai pelarian saja.

"Kalau kalian masih betah disini, jangan berbuat hal yang menyalahi aturan. Senang-senang boleh, tapi kalian udah dewasa. Kalian pasti tau batasan apa yang yang dibatasi," ujar Galang memberikan nasihat.

Bukan hanya memberikan nasihat, Galang bahkan memeluk satu persatu anak buahnya itu dan berjabat tangan sebagai tanda perpisahan.

"Tom, ambil aja motorku kalau kamu mau. Aku ingat kamu suka dengan motor itu. Aku udah nggak butuh motor seperti itu. Nanti aku mau beli motor matic biar cewek yang aku bonceng merasa nyaman," kata Galang langsung mendapatkan pukulan dari Tomi dibagian perut. Galang mengasuh walaupun rasanya tidak sakit. Tomi pun memeluk Galang dengan beberapa tetesan air mata yang menemani perpisahan itu.

"Lo harus jaga diri lo baik-baik. Sampai gue tau ada yang nyakitin lo, gue bakal habisin dia. Termasuk bapak lo itu," kata Tomi masih dalam pelukan Galang seraya menepuk-nepuk punggungnya.

"Iya, Tomi Sayang," ledek Galang dan Tomi segera melepaskan pelukannya.

"Jinjay banget sih, lo!" sahut Tomi segera merubah raut wajahnya yang sedih menjadi kesal. Semua orang disana tertawa lepas melihat bagaimana Bos besar dan kaki tangannya itu bercanda.

"Gue thanks banget sama lo, Tom! Lo selalu ada dan dukung Gue selama lima tahun ini. Gue merasa punya seorang adik dengan hadirnya lo. Gue harap lo segera menemukan kebahagiaan sama kayak gue saat ini."

Tomi yang kesal kembali sendu saat Galang bicara padanya dengan nada sedih, tetapi memakai bahasa interaksi mereka sebelumnya. Tomi pun kembali memeluk Galang. Suka duka selama lima tahun itu memang bukan hal yang mudah untuk dilupakan begitu saja.

"Dasar brengsek!!!" ucap Tomi dengan rasa kesal dan sedih.

"Jangan kangen sama gue ya. Lo juga harus pastiin tempat itu nggak dibuat balapan dan disalahgunakan oleh Remos. Banyak yang nggak suka dengan bisingnya kenalpot di desa itu. Terutama mertua gue." Tomi mengangguk dalam pelukan Galang. Kali ini walaupun Galang membuat dia kesal, Tomi cukup sulit untuk melepaskan pelukannya.

"Apa pun yang terjadi, kita tetap keluarga. Jangan sungkan buat minta bantuan kalau butuh apa-apa, kecuali duit karena lo tahu gimana kondisi keuangan kita." Galang kembali tertawa. Perpisahan itu pun diakhiri dengan makan bersama.

........

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

semga galang dan teman2 sukses dan bisa hidup lbh bauk dengan menemukn pasangan masing2..lanjuuut

2023-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!