Bab 11. Izin Menikah

Galang tersenyum menyikapi pertanyaan ustadz Jefri. Hal itu malah membuat ustadz Jefri semakin heran dan bahkan mengangkat satu alisnya. Namun belum Galang menjawab, Uma Siti menyusul ke ruang tamu dengan raut wajah tak biasa.

"Aba, kenapa malah jadi begini?" tanya Uma terlihat khawatir tentang gosip yang dibawa oleh Pak RT.

"Aba juga nggak tahu, Uma," jawab ustadz Jefri lesu.

"Bukannya malah bagus, Uma?" sahut Galang. Lagi-lagi ucapan Galang membuat ustadz Jefri dan Uma terheran.

"Bagus? Bagus bagaimana, Nak Yusuf?" tanya Uma yang kemudian duduk seraya memijat pelipisnya.

"Aba, mari kita duduk!" ajak Galang dan ustadz Jefri menurut.

"Sebenarnya kamu mau bilang apa, Nak?" tanya ustadz Jefri yang memang sudah penasaran sejak tadi.

"Aba ... Uma ... saya sudah ingat siapa saya dan dimana saya tinggal," ucap Galang dengan lantang diiringi sebuah senyuman.

"MasyaAllah .... Sejak kapan?" Kompak Abati dan Uma Siti.

"Iya, Aba, Uma ... nama saya adalah Galang Prakoso Putra pertama dari Baskoro Yudhoyono Prakoso Diningrat. Mungkin Aba dan Uma sedikit tau Papa saya karena sering muncul di tv." Ustadz Jefri dan Uma Siti saling menatap seolah sedang mengingat nama tersebut.

"Jadi ... kamu?" ustadz Jefri menatap Galang tak percaya. Begitu juga dengan Uma Siti. "Tapi ... setahu Aba, anak Tuan Baskoro itu namanya Galih, bukan Galang. Kamu serius, Nak?" tanya ustadz Jefri lagi karena masih belum yakin.

"Iya. Dia adalah Kakak tiri saya, Aba. Jadi Papa saya menikah lagi dan istri barunya membawa anak yang bernama Galih itu. Sejak Mama saya meninggal, saya kehilangan kasih sayang dari Papa saya. Akhirnya saya menghabiskan waktu di jalanan bersama geng motor."

Penjelasan Galang cukup masuk akal. Hanya saja ustadz Jefri jadi berpikir jika Galang saat itu pura-pura hilang ingatan.

"Benar, Aba. Mohon maaf sebelumnya saya memang pura-pura amnesia. Tadinya saya mau bilang kalau ingatan saya kembali beberapa saat lalu, tapi ... sebenarnya saya nggak amnesia. Saya ... saya hanya tiba-tiba nyaman ada disekitar kalian. Maafkan saya."

Ustadz Jefri dan Uma Siti langsung beristighfar seraya mengelus dada masing-masing. Walaupun Galang memang berbohong, setidaknya ada rasa lega karena Galang tidak perlu perawatan medis dan bisa kembali pada keluarganya.

"Baik, Aba maafkan. Lagian kami tidak rugi juga. Tapi ... apa hubungannya dengan Airin?" tanya ustadz Jefri yang langsung pada intinya.

"InsyaAllah saya ingin menjadikan Airin istri saya, Aba. Saya akan menanggung hutang Aba dan Uma pada ustadz Jefri. Itu bukan mahar melainkan rasa terima kasih saya karena kalian menolong dan memperlakukan saya dengan sangat baik. Apalagi Uma. Saya benar-benar melihat sosok Mama saya saat Uma menganggap saya seperti putra sendiri. Izinkan saja menjadi bagian keluarga ini dengan menjadi putra menantu Aba dan Uma."

Ustadz Jefri dan Uma Siti kembali terkejut dengan penuturan Galang. Tentu saja mereka ragu karena mereka bukan dari kalangan atas seperti keluarga Galang. Apalagi Galang baru kemarin ada ditengah-tengah mereka dan tiba-tiba meminta izin menikahi anak perempuan satu-satunya dikeluarkan itu.

"Saya tahu ... kalian pasti memikirkan status sosial. Aba dan Uma tenang saja. Dengan adanya berita tadi, saya malah menganggap sebagai doa dan restu dari mereka. Saya juga bukan orang yang gila harta juga jabatan seperti Kakak tiri saya itu. Makannya saya lebih menghabiskan waktu saya di jalanan demi menghindari Papa saya. Saya akan tinggal disini bersama Aba dan Uma setelah saya dan Dek Airin menikah. Itu jika saya diizinkan masuk ke dalam keluarga ini."

Galang begitu percaya diri dengan niat baiknya tersebut. Entah diterima atau tidak, Galang tetap akan membantu melunasi hutang ustadz Jefri pada ustadz Hafiz.

"Menikah?" Tiba-tiba Airin datang dan tentu saja terkejut dengan kalimat terakhir Galang. "Kak Yusuf mau menikah dengan Airin? Maksudnya gimana?" tanya Airin yang kemudian duduk di sisi Uma Siti. Dia begitu tidak sabar untuk mendapatkan penjelasan dari Galang.

"Dek Airin ... em, maaf sebelumnya. Tapi ... tapi saya nggak rela Dek Airin jadi istri kedua hanya karena hutang. Sejak awal saya sudah tertarik dengan Dek Airin. Awalnya, saya punya niat untuk terus pura-pura amnesia, tapi ternyata ...."

"Tunggu! Kak Yusuf pura-pura? Kak Yusuf mempermainkan kami?" Airin terlihat marah.

"Nak, tunggu penjelasannya. Dia punya alasan untuk itu," kata Uma Siti menahan Airin.

"Tapi Uma, dia udah bohongin kita," jawab Airin dengan nada menekan. "Kita udah tolong anda dengan sangat tulus, tapi ... tapi ternyata anda hanya pura-pura? Awalnya saya kagum dengan anda, tapi ... ck, kalau begitu untuk apa anda masih disini, Tuan?"

Galang tercengang dengan nada bicara Airin yang berubah total. Memang seharusnya Airin marah karena Galang memang sejak awal salah harus pura-pura kehilangan ingatan.

"Airin, Nak Galang, nggak bis-" ustadz Jefri hendak membela.

"Oh, namanya Galang? Baiklah Tuan Galang, karena Tuan Galang sudah ingat ... oh, maksudnya bukan sudah ingat, tapi karena Tuan Galang sudah tidak perlu pura-pura lagi, sebaiknya anda segera pergi dari sini!" usir Airin walaupun dengan nada halus.

"Airin! Dia masih tamu kita!" kata ustadz Jefri sedikit meninggikan suaranya.

"Aba!" ucap Airin lirih, tetapi sedikit berat karena Abati terdengar membentak.

"Airin, Galang ini punya alasan dan dia sudah menjelaskan semuanya pada kami. Walaupun dia salah karena berbohong, tapi dia nggak punya niat jahat pada kita. Apalagi dia masih tamu kita, Airin. Kita wajib memuliakan tamu selama tiga hari, tapi kenapa kamu usir tamu kita?" ustadz Jefri pun beristighfar seraya menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat sikap anaknya yang tiba-tiba berubah kasar.

Airin melihat sang Aba yang bersikap berbeda hanya bisa tertunduk di bahu Uma Siti. Dia ingin menangis, tetapi Airin sadar kalau sikapnya memang sedikit berlebihan tadi. Namun Galang tidak tersinggung sama sekali. Galang tahu pasti kalau wanita lembut akan berubah saat mendapatkan sebuah kebohongan karena telah diberikan kepercayaan lebih.

"Aba ... Dek Airin nggak salah. Kalau Dek Airin mau marah, nggak pa-pa, Aba. Dia berhak atas itu. Walaupun begitu, saya tetap pada niat saya sebelumnya untuk membantu, Aba dan Uma. Saya akan pulang terlebih dahulu hari ini," kata Galang tidak merubah raut wajahnya yang terlihat ikhlas. Airin masih menatap tidak suka pada Galang.

"Nak, kami menolong kamu ikhlas karena Allah, nggak ngarep bantuan apa pun dari kamu. Tapi kalau kamu juga punya niat baik dan ikhlas menolong kami, Aba nggak bisa menolak, Nak. Mungkin Allah memang mengirim pertolongan-Nya lewat kamu untuk menolong kami." Galang pun tersenyum kemudian berjongkok di depan tempat duduk dan mencium tangan ustadz Jefri.

"Terima kasih, Aba."

........

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ngapain juga sok marah² nti mah nerima 🙄🙄

2023-11-30

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

airin jangan marah dulu..lihan alasan falang knp seperti itu..smg kamu bisa menerima galang dengan baik

2023-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!