Bab 4. Kabar Mengejutkan

Airin terpaku beberapa detik saat Galang memanggilnya dengan sebutan 'Dek'. Entah kenapa tiba-tiba dadanya seperti terserang rasa aneh mendengar kata itu. Sebenarnya Galang bukan orang pertama yang menyebut dia dengan panggilan tersebut, tetapi ada satu pria yang juga memanggil dirinya seperti dengan sebutan 'Dek'.

"Ah, itu nggak masalah, Nak! Kami senang bisa menolong karena sesungguhnya jika kita ingin mendapatkan pertolongan Allah maka kita juga harus mau menolong sesama." Ustadz Jefri masih mengelus bahu Galang yang sekarang berubah nama menjadi Yusuf.

"Sekali lagi terima kasih, Aba. Saya tidak masalah pakai baju Aba. Sepertinya ukuran kita sama," ucap Galang dengan senang hati.

"Iya, kamu benar. Oiya, Airin ... apa makan malam udah siap? Aba udah lapar," kata ustadz Jefri kini berbalik badan menatap anaknya.

"Ah, u-udah. Airin bantu Uma siapkan dulu." Airin tergugup. Namun dia tidak mau berlama-lama di dekat Galang dan segera beranjak pergi menuju meja makan.

"Kenapa anak itu tiba-tiba terkejut dan gugup," gumam ustadz Jefri dan Galang malah tersenyum puas. Tentu saja dia tahu jika Airin pasti gugup karena dirinya. "Eh, Yusuf, apa kamu bisa jalan, Nak?" tanya ustadz Jefri yang beralih menatap pada Galang.

"InsyaAllah bisa, Aba." Galang pun berusaha untuk bangun. Hanya saja dia lupa jika ada beberapa bagian tubuhnya yang begitu sakit. Akhirnya dia pun tak sengaja merintih kesakitan. "Aww!" Galang hampir ambruk. Untungnya ustadz Jefri segera membantu Galang.

"Jangan dipaksa kalau sakit. Biar Airin bawa makan malam kamu kesini. Kamu makan disini nggak pa-pa." Ustadz Jefri kembali membantu Galang duduk bersandar.

"Nggak, Aba. Saya nggak mau semakin merepotkan. Saya juga nggak mungkin terus duduk di kasur ini. Saya mau belajar jalan supaya tidak semakin merepotkan." Galang tidak mau menyerah. Tadi dia bisa melangkah hingga ke depan pintu dapur. Galang juga tidak mau makan sendiri. Tentu dia ingin makan bersama keluarga barunya.

"Baiklah. Aba bantu pelan-pelan." Galang mengangguk dan merangkul bahu ustadz Jefri sebagai penopang tubuhnya. Akhirnya Galang dan ustadz Jefri tiba di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Tidak ada kemewahan disana dan ukuran ruang makan juga dapur itu lebih kecil dari ruang keluarga tadi.

"Terima kasih, Aba," kata Galang sesaat setelah dia duduk di kursi kayu dibantu ustadz Jefri.

"Sama-sama," jawab ustadz Jefri yang kemudian duduk di dekat Galang. Uma Siti juga Airin menyusul duduk. Kebetulan Airin harus duduk berhadapan dengan Galang.

Namun Galang tidak melihat ada rasa canggung ataupun rasa-rasa yang lain dari raut wajah Airin. Merasa diperhatikan, Airin segera menundukkan pandangannya khawatir jika Aba juga Umanya malah menceramahi dia.

Makan malam itu terasa sangat istimewa bagi Galang karena dia bisa kembali merasakan makan bersama seperti apa yang dia rindukan sebab Uma Siti melayani Galang seperti anaknya sendiri. Galang benar-benar melihat sosok sang Mama saat itu sampai dia tidak canggung sama sekali saat ditanya ingin makan apa dan Uma Siti dengan senangnya mengambilkan apa yang Galang mau.

"Uma, terima kasih. Entah kenapa saya tiba-tiba ingat keluarga saya. Apa mungkin mereka sedang mencari saya ya?" Galang tiba-tiba merasa sedih. Begitu juga dengan Uma Siti.

"InsyaAllah kamu akan segera mendapatkan ingatan kamu, Nak. Maaf kalau kami nggak bisa bawa kamu ke rumah sakit. Keuangan kami nggak mencukupi. Tapi kami akan anggap kamu seperti anak kami sebagai gantinya," jawab Uma Siti diiringi senyuman khas seorang Ibu.

"Saya sudah diizinkan tinggal saja saya sangat berterima kasih banyak. Jadi untuk apa saya menuntut kalian membawa saya ke rumah sakit? Ah ... maaf! Suasananya jadi begini. Mari kita makan, Aba ... Uma dan Dek Airin," ujar Galang berusaha menghapuskan rasa sedih.

Ustadz Jefri mengangguk kemudian melahap makanannya. Begitu juga dengan Uma Siti. Namun berbeda dengan Airin yang kembali merasa aneh saat Galang memanggil dirinya. Galang melihat itu dan mengulas senyum tipis lalu melahap makanan yang sangat cocok di lidah.

Setelah makan usai, Galang kembali dibantu oleh ustadz Jefri duduk di kursi di depan tv yang biasanya digunakan oleh keluarga ustadz Jefri. Namun Airin dan Uma Siti masih beres-beres di dapur, jadi Aba mengajak Galang duduk dan mengobrol sambil melihat berita di tv. Untungnya saat itu acara penghargaan yang mempertontonkan Papa juga Kakak tirinya telah usai.

"Astaghfirullah ... ada-ada aja kecelakaan ini. Tadi Aba liat berita bus yang membawa puluhan santri dari Gontor jatuh ke jurang dan empat ustadz meninggal, sekarang pegawai SPBU dilindas bus sampai meninggal. Ya Allah ... lindungi keluarga hamba," gumam ustadz Jefri yang didengar Galang. Dia ikut merasa sedih melihat berita yang ditonton dengan ustadz Jefri.

"Aba sama Kak Yusuf mau kopi? Biar Airin buatin," kata Airin menawarkan kopi.

"Aba udah ngopi tadi. Mungkin Yusuf mau kopi?" tanya Aba pada Galang.

"Ah, kayaknya saya nggak suka kopi, Aba," jawab Galang menolak. Sebenarnya dia ingin minum kopi, tetapi perutnya terlalu kenyang dengan makan malamnya.

"Kalau begitu Airin mau ke kamar dulu, Aba, Uma dan Kak Yusuf. Assalamualaikum," pamit Airin segera masuk ke dalam kamarnya.

"Emang tadi ustadz Hafiz kemana, Aba? Sampai nggak jadi bahas masalah kita. Kasian Airin kalau ditunda-tunda terus," ujar Uma Siti yang duduk di kursi kosong ikut bergabung bersama suaminya juga Galang.

"Aba juga nggak tau, Uma. Katanya ada hal mendesak di rumah menantunya," jawab Aba yang masih fokus dengan berita di tv. Sedangkan Galang tiba-tiba merasa ingin tahu kemana arah pembicaraan mereka karena menyangkut tentang Airin, tetapi dia hanya bisa diam pura-pura fokus dengan tv di depannya.

Namun sayangnya obrolan itu tidak berlanjut karena Uma merasa ngantuk. Akhirnya Uma pergi ke kamar. Galang benar-benar menyayangkan karena tidak bisa menyembuhkan rasa penasarannya.

"Kamu udah ngantuk, Suf?" tanya ustadz Jefri setelah berita di tv berubah menjadi iklan.

"Belum, Aba. Tadi kan saya udah tidur sebentar, jadi kayaknya belum ngantuk."

"Aba mau ambil obat nyamuk dulu ya. Maaf kamu harus tidur disini karena kamar di rumah ini cuma dua."

"Nggak pa-pa, Aba. Kasurnya juga nyaman. Buktinya saya tadi sampai ketiduran." Ustadz Jefri tertawa kecil. "Tapi Aba, maaf! Saya tiba-tiba terganggu dengan percakapan Aba dan Uma tadi. Apa ada masalah dengan Dek Airin?" tanya Galang akhirnya memberanikan diri daripada dia dirundung rasa penasaran.

"Oh itu, kami menjodohkan Airin dengan anak ustadz Hafiz. Bukan masalah sebenarnya karena Airin setuju," jawab ustadz Jefri kemudian berlalu untuk mengambil obat nyamuk. Namun Galang langsung mematung.

........

Terpopuler

Comments

Dayu Mayun

Dayu Mayun

waduh nggak ada kesempatan kamu galang

2023-05-08

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

sabar ya galang klu odoh ga akan kmn pasti ktmu..sabar de dan kamu oerbaiki diri kamu dulu biar kel ustdz jefri mau ambil kamu jd mantuy..

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!