Bab 5. Kembali Sholat

Malam sudah berganti fajar. Kumandang adzan subuh sudah terdengar dan Galang pun membuka matanya. Ada rasa yang tak biasa seperti sebelumnya. Galang seperti mendapatkan kenyamanan yang selama ini dia cari. Padahal kasur yang dia tiduri tidak begitu empuk dan seharusnya dia terganggu dengan bau obat nyamuk. Namun Galang merasa bugar karena tidurnya cukup.

"Aku tidur lelap banget. Biasanya aku selalu gelisah sebelum tidur dan bahkan bangun tidur," gumam Galang yang kemudian duduk bersandar di dinding untuk mendengarkan adzan.

Ada desiran rasa aneh dalam dirinya saat adzan subuh itu terdengar begitu merdu. Dia jadi saat masa sekolah dasar dan mendapatkan juara pertama lomba adzan tingkat provinsi.

"Mama ... bukannya Mama sangat bangga saat Galang dapet piala juara pertama adzan itu," gumam Galang seraya tersenyum masam.

Selain Mamanya, Galang juga ingat dengan kata-kata ustadz Jefri sesaat sebelum mereka memutuskan untuk tidur.

"Ck, apa seorang Galang akan di cap sebagai bad boy? Kemaren kehilangan kasih sayang orang tua, sekarang kehilangan gadis yang menggetarkan jiwa. Malang sekali nasibmu." Lagi-lagi Galang hanya bicara dengan dirinya sendiri.

"Nak Yusuf, udah bangun? Mau Aba bantu untuk ambil air wudhu?" tanya ustadz Jefri yang baru saja keluar kamar. Galang terkejut. Namun dia berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Aba, mau ke mesjid?" tanya Galang dan langsung mendapatkan balasan senyum. Tentu saja ustadz Jefri akan melakukan sholat berjamaah di mesjid yang tak jauh dari rumahnya.

"Iya. Kamu mau ikut sholat ke masjid apa sholat di rumah aja?" Pertanyaan ustadz Jefri benar-benar membuat Galang melongo.

Sholat? Sebenarnya bukan Galang tidak pernah menjalankan kewajiban sholat lima waktu. Hanya saja dia sudah lama meninggalkan Tuhannya setelah wafat sang Mama. Bahkan Galang adalah lulusan santri terbaik enam tahun lalu. Galang tinggal di pesantren di Jawa Timur selama tujuh tahun lamanya dan dia keluar dari pesantren saat ingin melanjutkan pendidikan kuliahnya di Jakarta karena ingin dekat dengan sang Mama.

"Nak Yusuf! Kenapa malah melamun? Lupa caranya sholat?" tanya ustadz Jefri seraya menepuk bahu Galang.

"Ah, InsyaAllah saya masih ingat, Aba. Saya juga ambil wudhu sendiri aja. Aba kalau mau ke masjid nggak apa-apa. Arah kiblatnya kemana, Aba?" kata Galang segera tersadar dari lamunannya.

"Alhamdulillah kalau begitu. Arahnya ke sana!" jawab ustadz Jefri seraya menunjuk arah kiblat. "Aba ambilkan baju Koko dan sarung dulu ya," sambung ustadz Jefri kemudian kembali masuk ke dalam kamar.

Kepergian ustadz Jefri membuat Galang lagi-lagi melamun. Antara ragu, bingung atau malu, dia tak tahu karena sudah lama sekali Galang tidak pernah mendekatkan diri pada Tuhan.

"Nak Yusuf, kok ngelamun lagi? Mikirin apa?" tanya ustadz Jefri yang lagi-lagi membuat Galang sedikit terkejut.

"Eh, Aba. Nggak kok. Galang hanya merasa jauh dari Allah. Mungkin Galang nggak pernah sholat ya, Aba?" kata Galang diiringi senyuman hambar.

"Nggak pa-pa. Mungkin Nak Yusuf ada masalah berat sebelum kehilangan ingatan sampai merasa jauh dari Allah. Sekarang Nak Yusuf dekatkan diri lagi sama Allah ya. Minta apa yang ingin Nak Yusuf pinta. Allah maha pemberi. Mandilah lalu sholat sebisa Nak Yusuf. Aba mau ke masjid dulu, ya!" Galang mengangguk paham setelah itu ustadz Jefri pun pergi.

Galang menatap baju koko putih juga sarung dan handuk yang diberikan ustadz Jefri. Lagi dan lagi Galang hanya bisa tersenyum hambar. Entah bisa atau tidak, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba kembali setelah lama kehilangan arah.

Beberapa saat kemudian, adzan tak lagi terdengar dan diganti dengan shalawatan. Galang pun perlahan bangun dengan hembusan napas panjang dan tubuh yang berat lalu beranjak pergi ke kamar mandi.

Air yang menyentuh kulitnya itu benar-benar dingin. Galang tidak pernah merasakan air sedingin itu sebelumnya. Bagaimana bisa dia mendapatkan air dingin jika kamar mandinya yang mewah dan besar menyediakan air hangat yang selalu membuat dia rileks dengan bau parfum mahal!

"Gila ... dingin banget sih! Tau gitu nggak usah mandi. Agak perih lagi nih luka. Si-" Galang berhenti bicara saat dia melihat Airin yang akan masuk ke kamar mandi. Padahal dia ingin sekali mengumpat karena air yang dingin.

"Kak Yusuf? Kak Yusuf baik-baik aja?" tanya Airin sedikit heran. Sebenarnya bukan heran, tetapi lebih ke takjub karena Galang keluar dengan wajar berseri bahkan terlihat semakin tampan dengan balutan koko putih juga sarung motif batik yang diberikan ustadz Jefri.

Bukan hanya itu, Airin juga melihat Galang seperti orang yang tidak mengalami kecelakaan.

"Eh, Dek Airin!" Galang tiba-tiba salah tingkah. Mulutnya yang hampir mengumpat di pukul dengan tangannya sendiri.

"Kenapa, Kak?" tanya Airin lagi.

"Ah, nggak kok! Dek Airin mau mandi?"

"Iya, Kak. Kak Yusuf udah selesai?"

"Oh, udah-udah. Silahkan! Saya mau sholat subuh dulu." Galang bergegas pergi walaupun dengan jalan yang tidak normal karena kakinya yang terasa perih juga nyeri.

Galang pun tiba di sebuah ruang kecil berukuran 1.5x1m di dekat ruang keluarga tempat dia tidur. Sudah ada sajadah yang digelar disana. Dengan tarikan napas panjang, Galang pun melakukan sholat subuh dengan khusyuk.

"Astaghfirullah ... rasanya aneh. Aku merasa lebih tenang," gumam Galang setelah melakukan salam terakhir dan mengusap wajah dengan kedua tangannya. "Ya Allah ...." Galang tiba-tiba tertunduk. Entah kenapa Galang merasa berdosa sekali sebab terlalu lama meninggalkan Tuhannya. Bahkan ada setitik cairan bening menetes di sajadah.

"Masih ada Kak Yusuf, Uma." Galang langsung tersadar setelah mendengar Airin bicara dengan Uma Siti. Pasti mereka berdua juga akan melakukan ibadah sholat subuh. Galang pun beranjak setelah mengusap kedua pipinya.

"Assalamualaikum, Uma," sapa Galang sedikit membungkukan badannya.

"Wa'alaikumsalam, Nak Yusuf udah selesai?" tanya Uma Siti.

"Sudah, Uma. Silahkan!" Galang pun berlalu tanpa melirik Airin sama sekali. Tujuannya saat ini adalah halaman rumah ustadz Jefri. Perlahan Galang membuka pintu utama dan angin segar langsung menebus hidung Galang.

Rasa itu tidaklah asing bagi Galang. Rasa itu sering dia rasakan saat dulu tinggal di pondok pesantren. Rasa itu membuat Galang mengingat masa indah bersama teman-temannya juga masa indah bersama sang Mama. Lagi-lagi Galang mentikan air matanya.

"Apa mungkin Engkau sengaja mengirimkan mereka untuk membuat seorang Galang yang urakan ini kembali pada-Mu, ya Rabb? Tapi hamba merasa terlalu jauh. Masih pantaskah hamba menyembah-Mu? Bagaimana mungkin hamba bisa menjadi Galang yang taat lagi, Ya Allah?" gumam Galang masih dengan tetesan air mata.

........

Terpopuler

Comments

Sophia Aya

Sophia Aya

Allah Swt memberi kembali untuk bertobat Galang dan yang menyelamatkan kamu dari kecelakaan itu karena amal sodaqoh yang kamu berikan kepada orang yang tak punya

2023-06-03

1

Dayu Mayun

Dayu Mayun

semangat galang tidak ada kata terlambat

2023-06-01

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

😭😭😭😭..smg hidayah ini trs ya galang dan kamu istikomah..lanjuut thooor

2023-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!