Bab 12. Pamit Pergi

Airin kembali ke kamar dengan perasaan dongkol tanpa tahu apa yang sebenarnya dibahas oleh Galang dengan kedua orang tuanya. Airin bahkan belum sempat menolak ataupun menerima pernyataan Galang yang meminta izin menikah. Kepergian Airin bahkan tidak ada yang mencegah, Airin semakin kesal karena seperti tidak dianggap.

"Biarkan saja!" kata ustadz Jefri tidak heran dengan sikap Airin. Galang yang ingin mengejar Airin dan memberikan penjelasan hanya mengangguk paham dan kembali duduk di kursi.

"Nak, kami nggak bisa menolak ataupun menerima atas apa yang kamu katakan tadi. Yang akan menjalani bahtera rumah tangga adalah Airin, jadi masalah pernikahan kami nggak bisa memberikan jawaban. Kamu harus bisa meyakinkan Airin sendiri." Uma Siti memberikan pengertian pada Galang.

Sama seperti sebelumnya tentang perjodohannya dengan Gus Ipul, orang tua Airin tidak akan mau memberikan keputusan tentang pernikahan karena hak mutlak milik anak mereka.

"Benar, Nak. Airin pasti terkejut dengan kabar tadi. Apalagi dia sebenarnya udah memantapkan hati untuk menjadi istri kedua demi kami, tapi tiba-tiba ada pria asing ingin menikahinya. Kami harap kamu maklum." Ustadz Jefri menambahkan. Galang kembali mengangguk dan tersenyum.

Mendapatkan cinta seorang yang Sholehah seperti Airin mungkin tidaklah mudah bagi Galang nantinya. Namun Airin adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat seorang Galang tertarik untuk menikah. Padahal sebelumnya Galang menolak menikah karena merasa pernikahan orang tuanya tidak patut untuk dicontoh.

Selama ini Galang merasa Papa Baskoro berkhianat pada sang Mama yang telah menemani sang Papa hingga menjadi orang terpandang seperti saat ini. Namun sang Papa terlalu egois sampai tega menyingkirkan semua milik mama Galang setelah meninggal karena penyakit hanya karena orang baru yang masuk dalam kehidupan Papa Baskoro tersebut.

Galang sangat kecewa tentunya. Apalagi Galang terus merasa kasih sayang Papa Baskoro pindah pada Galih yang memang lebih dewasa dari Galang.

"Kalau saya diizinkan, saya siap dengan apa pun keputusan Dek Airin nantinya, Aba. Saya siap berjuang mendapatkan hati Dek Airin. Ini juga baru pertama kalinya saya mengatakan hal seperti ini. Sebelumnya saya tidak punya ketertarikan pada wanita, apalagi untuk menikah. Saya bahkan sudah pernah memutuskan untuk nggak akan pernah menikah seumur hidup." Ustadz Jefri juga Uma Siti sedikit terkejut.

Rasa yang hanya bisa dirasakan oleh Galang itu membuat ustadz Jefri dan Uma Siti iba. Pastinya sangat berat menjadi Galang yang kehilangan sang Mama dan tinggal bersama Mama baru. Apalagi Papa Baskoro yang terlihat membedakan anak.

"Maksudnya ... Nak Galang punya niat buat nggak nikah seumur hidup?" Uma menegaskan.

"Iya, Uma. Melihat Papa saya yang dengan mudah melupakan Mama saya setelah meninggal, saya merasa Papa saya ini sangat jahat karena bisa menggantikan wanita lama dengan wanita baru. Saya bahkan dianggap gay oleh Papa saya karena menolak perjodohan dan memilih untuk terus bersama teman-teman saya yang mana semuanya adalah laki-laki."

"Astaghfirullah!" kompak Uma dan Abati. Padahal usia Galang juga belum terlalu tua dan belum pantas disebut perjaka tua. Namun Papa sendiri mengatakan dia gay pastilah rasanya menyakitkan.

"Tapi ... melihat Dek Airin, tiba-tiba pikiran saya berubah. Melihat Aba juga Uma, saya merasa cinta sejati juga keluarga cemara itu ada dan bisa saya dapatkan. Walaupun rasanya sempat pesimis karena saya bukan orang baik untuk Dek Airin. Apalagi agama saya. Andai diizinkan saya siap belajar dari Aba."

Ustadz Jefri pun beralih duduk tepat di sisi Galang dan mengusap punggung tangannya lalu tersenyum. Galang tertegun. Apa pun yang berkaitan dengan kasih sayang seorang Papa juga Mama, Galang selalu merasa sangat nyaman juga enggan untuk beralih.

"Aba yakin kamu sebenarnya anak yang baik. Kehilangan seorang ibu pasti sangat berat. Tapi kamu harus ingat, Ibumu juga nggak akan suka anaknya berubah jalur. Seorang ibu pasti selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Kamu harus tau kalau menikah itu juga ibadah. Ibadah terpanjang karena kebaikan yang sekecil apa pun akan menjadi ladang pahala. Aba nggak bisa menolak ataupun menerima lamaran kamu untuk anak Aba. Tapi kamu akan tetap jadi anak Aba."

"Anak Uma juga dong, Aba." Galang pun langsung memeluk ustadz Jefri. Sungguh kata demi kata yang terlontar dari mulut ustadz Jefri membuat Galang terenyuh. Dia semakin yakin bahwa Airin dan keluarga akan menjadikan Galang manusia yang lebih baik lagi dan membawa Galang semakin dekat dengan sang pencipta sama seperti saat masih ada Mamanya.

"Sepertinya saya harus segera pulang, Aba. Saya akan kembali lagi nanti dan menanyakan masalah pernikahan dengan Dek Airin setelah urusan Aba dengan ustadz Hafiz selesai. Apa pun yang Dek Airin putuskan, saya akan terima. Niat saya bantu Aba bukan untuk mencari perhatian Aba. Tapi saya benar-benar ingin membantu Aba sebagai anak." Galang melepaskan pelukannya seraya mengusap setetes air mata yang sempat membasahi pipinya karena terharu.

"Iya, Nak. Aba hanya bisa mendoakan yang terbaik. Semoga Allah memudahkan urusan kamu, Nak Galang," kata ustadz Jefri seraya mengusap bahu Galang.

"Saya mau pinjem handphone, Aba. Saya mau minta teman saya jemput saya."

"Ah iya. Bagaimana dengan motor kamu, Nak? Motornya ada di belakang. Aba nggak bisa mau bawa ke bengkel karena berat kalau harus menuntun." Galang terkekeh.

"Iya, Aba. Motornya nanti Galang bawa sekalian. Soalnya motor itu harus dibawa ke bengkel khusus, nggak bisa ke sembarang bengkel."

"Aba mengerti." Umi Siti tiba-tiba berkaca-kaca melihat interaksi antar suaminya dan Galang.

Sebenarnya dulu anak pertama mereka adalah laki-laki. Namun meninggal karena demam tinggi saat masih bayi. Melihat Uma Siti yang berkaca-kaca, Galang beralih duduk di dekat Uma Siti.

"Uma, kenapa?" tanya Galang dengan lembutnya.

"Uma hanya ingat dengan Faiz. Mungkin kalau dia masih hidup ... seumuran kamu, Nak," jelas Uma Siti yang langsung menitikkan air mata saat telapak tangan mengusap pipi Galang.

"Faiz? Siapa dia?" tanya Galang masih dengan nada yang sama.

"Dia anak pertama kami yang meninggal. Kakak Airin," jelas ustadz Jefri.

"Em, Uma bisa anggap Galang sebagai Kak Faiz. Galang akan dengan senang hati menjadi anak kalian." Uma Siti langsung memeluk Galang selayaknya anak sendiri dengan isak tangis.

Suasana tiba-tiba menjadi sendu. Bukan hanya ustadz Jefri juga Uma yang merasakan suasana tersebut, tetapi Airin yang ada di balik dinding di ruang keluarga ikut menitikkan air matanya. Airin jadi merasa bersalah pada Galang karena bersikap kasar dan tidak mau mendengarkan penjelasan Galang terlebih dahulu.

"Astaghfirullah ... maafin Airin, Kak," batin Airin kini benar-benar pergi ke dalam kamar.

........

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

tuh kan makanya dengerin dulu 🤧

2023-11-30

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

smg niat baik galang Allah beri ķemudahan dan airin kd jodoh galang yg sesungguhy..lanjuut

2023-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!