Bab 7. Rasa Penasaran

Galang mengikuti langkah Airin yang menuju kandang kambing dan mengambil rumput yang ada di sisi kandang tersebut. Galang tentu belum pernah melakukan hal itu dan semuanya terasa canggung. Airin bahkan sesekali menahan tawa melihat sikap Galang.

"Yang cari rumput juga kamu, Dek?" tanya Galang setelah selesai memberikan makan kambing yang jumlahnya lima ekor dengan anaknya dua ekor.

"Bukan, Kak. Abati yang cari pakan kambing. Airin yang cari pakan bebek. Tapi kadang kami kerjasama. Kemarin itu kebetulan Airin ikut cari rumput Abati terlebih dahulu, baru cari keong di sawah. Tapi baru juga kami selesai cari rumput, kami denger suara kenalpot keras banget dan suara tawa bahkan ngumpat. Abati penasaran terus celingukan dan akhirnya kami nemuin Kak Yusuf tergeletak."

"Suara tawa? Kamu lihat orang-orangnya?" tanya Galang yang sebenarnya hanya pura-pura terkejut.

"Nggak liat. Tapi pasti Kak Yusuf ini dari kota juga karena area itu emang sering buat balap liar. Padahal udah beberapa kali ada yang ditangkap polisi. Cuma mereka nggak jera sama sekali. Pasti Kak Yusuf salah satu dari mereka. Kak Yusuf coba inget-inget deh siapa tau inget sesuatu," kata Airin.

"Maafin aku, Airin. Aku harus pura-pura nggak tau apa-apa. Maafin aku ... maaf karena aku nyaman tinggal disini. Aku nggak mau kembali ke rumah neraka itu. Aku nggak mau!" batin Galang tertunduk.

"Kak Yusuf baik-baik aja?" tanya Airin khawatir. Galang malas membahas masalah kecelakaan kemarin. Akhirnya Galang pura-pura pusing karena harus mengingat kejadian menyebalkan itu. Galang pun memegang kepalanya dengan kedua tangan seraya merintih kesakitan.

"Aw!" kata Galang berakting.

"Kak, Kak Yusuf baik-baik aja? Kak, maaf kak!" Airin kebingungan karena dia tidak bisa menyentuh Galang sembarangan. "Aba! Uma!" teriak Airin. Ustadz Jefri dan Uma Siti pun segera keluar dari rumah.

"Kenapa?" tanya ustadz Jefri terkejut melihat Galang kesakitan kemudian segera merengkuh bahu Galang.

"Tadi ... tadi ... Airin itu ... tadi ...." Airin sungguh gugup melihat Galang seperti orang kesakitan.

"Udah, Aba, cepat bawa Yusuf masuk!" kata Uma Siti seraya membantu memapah Galang masuk ke dalam rumah. Airin hanya bisa mengekor sambil terus beristighfar dan benar-benar merasa bersalah telah memaksa Galang untuk mengingat kecelakaan dirinya.

Galang pun dibaringkan di tempat tidur sebelumnya di depan tv diruang keluarga. Galang pura-pura memejamkan mata saat telah berbaring dan menghela napas beberapa kali supaya terlihat sedang menenangkan diri. Padahal Galang sedang mencoba untuk beristighfar. Dia tahu apa yang dia lakukan itu salah.

"Saya nggak pa-pa, Aba, Uma. Saya baik-baik aja. Dek Airin, maaf buat Dek Airin khawatir. Kak Yusuf nggak apa-apa kok. Cuma tadi tiba-tiba pusing aja. Kayak denger orang ketawa."

Kebohongan Galang bertahan lagi. Dia benar-benar merasa bersalah karena membuat semua orang khawatir atas aktingnya. Namun tidak ada yang bisa dia lakukan lagi selain berpura-pura amnesia demi mendapatkan sedikit perhatian yang selama ini dia cari.

"Maafin, Airin, Kak! Seharusnya Airin ... seharusnya ... seharusnya ...." Airin malah terisak.

"Sudah, Nak! Sudah!" kata Uma Siti menenangkan Airin. Galang semakin merasa bersalah. Namun dia tidak bisa mengatakan sebuah kejujuran saat ini. Galang harus tetap melakukan kebohongan itu entah sampai kapan dia juga tidak tahu.

"Sudah, Nak Yusuf istirahat aja sambil nunggu sarapan siap ya?" kata ustadz Jefri seraya mengusap bahu Galang. Hanya anggukan yang bisa Galang lakukan. Semua orang pun pergi meninggalkan dirinya sendirian.

"Ya Allah ... apa ini? Perasaan apa ini?" batin Galang tertunduk dengan tetesan air mata.

...***...

Setelah tiga puluh menit, Airin datang untuk mengajak Galang sarapan. Dengan senang hati Galang beranjak dan berjalan duluan ke dapur diikuti Airin dari belakang.

"Mari, Nak Yusuf, kita sarapan! Tapi menunya hanya sederhana," kata ustadz Jefri mempersilahkan Galang duduk.

"Alhamdulillah, ini kelihatan enak banget, Aba. Kayaknya saya bakal kekenyangan lagi ini," puji Galang menatap menu di atas meja makan.

Ada nasi putih, sayur sup lengkap dengan ceker ayam dan goreng tempe plus sambal terasi. Galang sangat tergoda untuk segera menyantap menu sarapan yang tercium begitu wangi.

"Siapa tau Nak Yusuf makannya bukan menu beginian. Takut nggak cocok di lidah, Nak Yusuf," ujar Uma Siti mengambilkan Galang dua centong nasi putih.

"Uma, semalam aja Yusuf kekenyangan. Sekarang Yusuf pasti lebih kenyang lagi. Aroma sambelnya enak banget ini, Uma," kata Galang terlihat sangat tidak sabar untuk makan.

"Alhamdulillah, semoga kamu selalu cocok dengan masakan Uma ya," kata Uma Siti lagi seraya mengambilkan lauk pauk untuk Galang. Dia sungguh diperlakukan seperti ana sendiri.

"Pasti, Uma. Yusuf pasti makin gemuk disini," jawab Galang diiringi senyuman. Ustadz Jefri dan Airin ikut tersenyum. Mereka pun menyantap dan menikmati sarapan itu dengan perasaan bahagia.

"Aba hari ini mau ke rumah ustadz Hafiz lagi?" tanya Uma ditengah sarapan yang hampir selesai tersebut. Galang berhenti sejenak saat mendengar nama ustadz Hafiz karena jika membahas ustadz itu, pasti berhubungan dengan rencana pernikahan Airin. Galang ingin sekali menyangkal atau ingin bertanya lebih lanjut, tetapi hanya dia yang bisa dia lakukan. Galang pun melanjutkan sarapannya.

"Iya, Uma. Katanya Gus Ipul juga mau ketemu sama Aba sekalian tanyain mahar yang diminta Airin," jawab ustadz Jefri sambil mengunyah makanannya.

Galang sedikit mendongak melirik Airin yang tertunduk dan tiba-tiba merubah raut wajahnya. Galang merasa aneh, seharusnya Airin tersipu atau malu-malu karena yang dibahas adalah perihal pernikahannya. Namun Galang tidak melihat setitik kebahagiaan dalam diri Airin.

"Ya udah Aba, kalau ini emang yang terbaik, Uma nggak bisa apa-apa lagi," sahut Uma Siti semakin membuat Galang penasaran.

"Sepertinya ada masalah dengan keluarga ini. Atau mungkin Airin sebenarnya nggak mau menikah dengan anak ustadz Hafiz itu?" batin Galang yang masih menikmati sarapannya dengan pura-pura tidak mau tahu urusan ustadz Jefri.

"Kalau begitu Aba akan ke rumah ustadz Hafiz setelah cari rumput aja, Uma. Sekarang kalau sore juga biasanya hujan, jadi mending Aba cari rumput pagi aja," kata ustadz Jefri kemudian beranjak karena telah selesai makan. Galang buru-buru melahap nasi terakhirnya karena ingin ikut mencari rumput.

"Aba, saya ikut ya? Uma ... saya udah selesai sarapan. Terima kasih, enak banget masakan Uma," kata Galang yang langsung beranjak mengikuti ustadz Jefri menuju kandang kambing.

Uma Siti hanya bisa tersenyum menatap punggung suaminya juga Galang. Setelah mereka tidak terlihat, Uma Siti pun menatap anak perempuannya.

"Airin, kamu baik-baik aja?" tanya Uma Siti.

"Nggak, Uma. Tapi ... tapi Airin akan coba untuk baik-baik aja. Menjadi istri kedua pasti nggak akan mudah, hanya ... hanya saja ...." Airin bangkit dari kursi tempatnya duduk lalu menumpuk piring kotor bekas Abati juga Galang. "Sudahlah, Uma. Kita sudah pernah bahas ini. Jadi ... nggak perlu dibahas lagi." Airin pun pergi untuk mencuci piring kotor.

........

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

nah gini nih yg bikin ak males klo naca cerita² religi krn pasti ada poligaminya dn itu tuh bikin gemes buanget lho 🤣🤣

2023-11-30

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

hah isyri ke dua di madu dong..kasiaan ding airin

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!