Bab 16. Penolakan Galang

Galang memutuskan untuk berdiam di masjid setelah shalatnya selesai. Melihat tumpukan Al Qur'an, tiba-tiba hati Galang tergugah untuk mengambil satu dan membuka kitab suci yang sudah lama tidak dia baca.

Sampul Al Qur'an berwarna hijau itu Galang tatap dengan pelupuk mata yang berembun. Bukan dia lupa cara membaca Al Qur'an, tetapi karena dia merasa berdosa sebab sudah sangat jauh dari kitab suci itu juga Tuhannya.

"Astaghfirullah," gumam Galang kemudian menghela napas panjang dan mulai ta'awudz lalu membaca basmallah.

Baru saja membaca ayat pertama surat Al-Baqarah, hati Galang langsung berubah seketika itu juga. Ilmu selama di pesantren yang dia lupakan lebih dari lima tahun tiba-tiba berkumpul kembali dalam otaknya. Galang pun menitikkan air mata hingga tetesan cairan bening itu jatuh dalam mushaf Al-Qur'an.

Galang terus membaca Al Qur'an dengan penuh penghayatan dan suara lirih hingga dia pun menyelesaikan bacaannya setelah satu lembar.

"Sodaqollahul Adzim." Galang tersenyum lalu mencium sampul Al Qur'an dan meletakkan kembali di tempatnya. Setelah itu Galang memutuskan untuk keluar dari masjid.

Baru Galang akan memakai sepatunya, sebuah panggilan masuk di ponsel milik Galang membuat dia mau tak mau harus melihat siapa yang menelpon.

Ada nama orang yang tak ingin dia lihat di layar ponsel itu dan memilih untuk cuek. Namun beberapa saat kemudian, ada nomor baru yang masuk lewat sebuah panggilan telepon lagi. Galang masih cuek dan malas karena bisa saja itu adalah nomor orang rumah, bahkan Galih ataupun Mami Laras.

Lagi-lagi Galang hanya bisa menghela napas panjang. Dia pun kembali memakai sepatu dan mengikat talinya kuat-kuat lalu beranjak. Sayangnya ada sebuah pesan sebelum Galang memasukan ponselnya ke dalam saku celana.

"Gue Serly, pulanglah! Kita harus bicara. Elo tahu pasti Papa gue gimanakan? Semoga elo masih ingat Papa gue, Galang."

Sherly adalah teman kuliah Galang. Dia menaruh hati pada pemuda itu semenjak dulu dan dia juga yang meminta Papanya untuk berbicara dengan orang tua Galang kalau Serly hanya ingin menikah dengan Galang. Perjodohan itu tentu saja langsung disetujui oleh Baskoro.

Apa lagi yang membuat Baskoro menerima rencana itu? Selain Sherly adalah wanita yang cantik juga cerdas bahkan saat ini dia adalah model yang sedang naik daun, Baskoro juga sudah mengetahui siapa keluarga Pangestu yang pastinya akan memberikan banyak keuntungan untuk bisnisnya.

"Sialan!" umpat Galang hampir melemparkan ponsel yang dia genggam, tetapi urung dan beristighfar. "Astaghfirullah! Mungkin aku harus pulang dulu dan berbicara secara baik-baik. Nggak mungkin Tuan Aji nekad melakukan hal-hal di luar dugaan kalau aku bicara apa adanya. Serly juga model, itu bisa jadi alasan nanti," batin Galang lalu memesan ojek untuk kembali ke rumah sang Papa.

...***...

Keluarga Pangestu telah datang, Baskoro dan Laras merasa bingung karena Galang tidak ada di rumah. Namun mereka masih tetap menyambut hangat kedatangan orang yang seharusnya menjadi besan itu.

Mereka semua pun berbincang basa-basi terlebih dahulu sebelum membicarakan tentang hal inti. Serly tentu tidak suka melihat para orang tua membicarakan hal yang tidak penting baginya itu. Namun dia masih bersikap ramah dan sopan di hadapan orang tua Galang.

"Apa Galang tidak ada, Om?" tanya Sherly akhirnya memilih memotong dan mengalihkan pembicaraan. Baskoro dan Laras saling menatap dan merubah raut wajahnya lalu tersenyum kaku, mereka bingung harus berkata apa karena Galang telah pergi dan mereka tidak tahu anak itu pergi ke mana.

"Maafkan kami, kami tidak sempat bertemu dengan Galang dan nomornya sulit untuk dihubungi." Laras berkata sebuah alasan, jangan sampai keluar Pangestu tahu penolakan Galang untuk Sherly.

"Iya, tau sendiri kan bagaimana anak muda zaman sekarang? Galang anak yang baik, dia itu pemuda yang sangat peduli dengan teman-temannya," ucap Laras sambil tersenyum malu.

"Coba dihubungi lagi saja Nak Galangnya. Siapa tau nyambung," usul Mama Citra, istri Tuan Aji Pangestu.

Baskoro tidak bisa berkutik dan akhirnya menuruti usul tersebut. Gelagat dan raut wajah Baskoro bisa dibaca oleh Serly. Namun Serly memilih untuk tetap diam sampai Baskoro meletakkan ponselnya karena Galang tidak menerima panggilannya.

"Maaf, Om! Saya kehilangan nomor Galang, biar saya coba yang telepon," usul Serly kemudian dan Baskoro memberikan nomor anaknya. "Saya permisi dulu mau coba hubungi Galang di luar," pamit Serly pergi dari ruang tamu.

Serly sudah melakukan tiga kali panggilan, tetapi tidak juga diterima, padahal panggilan itu terhubung. Serly yang tahu apa yang ada di pikiran Baskoro tadi memilih untuk mengirimkan pesan pada Galang dan kembali ke dalam rumah.

"Gimana, Sayang? Nyambung?" tanya Mama Citra. Baskoro dan Laras juga ingin mendengar jawaban dari Serly.

"Mungkin Galang sibuk, Ma. Serly udah kirim pesan dan Galang pasti datang kok," jawab Serly dengan penuh keyakinan. Baskoro dan Laras tersenyum lega dan kembali meneruskan basa-basi sambil menunggu kedatangan Galang dengan penuh harap.

Benar saja, tidak butuh waktu lama untuk Galang datang karena dia memang belum jauh dari kompleks perumahan sang Papa. Kedatangan Galang langsung disambut hangat semua orang, terutama Serly.

Beberapa tahun tidak bertemu dengan cinta pertamanya, membuat gadis itu berbinar seperti melihat berlian mahal saat Galang datang.

"Serly benar-benar hebat, Pa," bisik Laras. Baskoro hanya mengangguk.

"Dari mana, Nak? Kok bawa tas ransel gede banget?" tanya Citra begitu penasaran.

"Assalamu'alaikum, Tuan dan Nyonya Pangestu," sapa Galang begitu ramah seraya mencondongkan tubuhnya menghadap keluarga Pangestu, kecuali Serly, Galang tidak meliriknya sama sekali.

"Wa'alaikumsalam. Kamu nggak berubah, Galang. Masih sama seperti terakhir kita bertemu. Lulusan pesantren memang beda, haha. Good, Galang … good!" ujar Aji menyambut sapaan Galang sambil menepuk-nepuk pundak Galang.

"Alhamdulillah, Tuan. Tapi … sejujurnya saya kesini hanya untuk menyampaikan permintaan maaf pada Tuan juga Nyonya Pangestu, terutama kepada Serly," ucap Galang membuat semua orang kebingungan, terutama Baskoro. Kedua bola mata Baskoro langsung membulat karena paham apa yang akan dikatakan Galang.

"Galang!" seru Baskoro meminta Galang untuk tidak bicara apa-apa lewat sorot mata. Namun sayang, Galang malah menyunggingkan senyum.

"Maaf? Kenapa kamu harus minta maaf, Galang?" tanya Aji.

"Iya, Tuan Aji. Saya minta maaf karena saya tidak bisa menerima perjodohan ini. Saya telah kehilangan arah selama lima tahun lamanya setelah kepergian Mama saya. Bukan tanpa alasan juga saya tidak bisa menikah dengan Serly. Selain dia model yang pasti tidak akan mau untuk memakai hijab, saya sudah menemukan wanita yang membawa saya menjadi Galang yang dulu sebelum Mama saya meninggal."

Bagai disambar petir tentunya, Serly kecewa bukan main. Ancamannya tidak berlaku sama sekali. Tentu bukan hanya Serly, Papa dan Mamanya pun ikut terkejut dengan penuturan Galang.

........

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

apakah akan diterima bgtu sa

2023-11-30

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

bagus galang sy suka sm pendorian kamu yg tdk mudah goyah.

2023-05-23

0

T. zherina j....

T. zherina j....

up thor lanjut trus aku selalu mendukung muuuu😍✊✊👍👌

2023-05-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!