Ide Isaac

"Hai, Yah." Satu sapaan terdengar dari bibir Irish, saat mencium pipi sang papa. Syailendra Yue Aditama, ayah Irish, memutar matanya jengah. Melihat kelakuan sang putri yang sekilas terlihat sudah dewasa, namun nyatanya kelakuan seperti anak TK. Di umur Irish yang sudah 25 tahun, gadis itu tidak segan mencium pipi Lendra tiap kali bertemu. Tidak di rumah, kantor bahkan di tengah jalan sekalipun. Karena hal inilah sering timbul salah paham, bagi orang yang tidak tahu soal keluarga Irish atau tidak menyadari kemiripan di antara keduanya.

"Mbak ini mbok ya jangan gitu to, risih aku lihatnya." Gerutu Ivan, si bungsu. Ivander Lazuardi Aditama, seorang pemuda 18 tahun. Tampan jangan di tanya, pintar jelas, konyol pastinya.

Kredit Pinterest.com

Meet Ivander Lazuardi Aditama

"Iri bilang bos." Sahut Irish cepat. Ivan langsung memutar matanya malas. Lendra hanya mengulum senyum melihat tingkah putra dan putrinya. Meski begitu rasa sedih seketika menyergap hati Lendra. Mengingat Isaac, putra sulungnya yang telah pergi.

Lendra sering menyalahkan diri sendiri. Kepergian Isaac adalah hukuman karena kelakuan bejattnya di masa lalu, juga sikap buruknya pada Livia, sang istri di awal pertemuan mereka. "Ayah, sangat merindukanmu, Isaac." Batin Lendra penuh penyesalan. Isaac menepuk pelan bahu sang ayah. Berusaha menguatkan dirinya. Andai bisa mengulang, tentu Isaac juga ingin berada di tengah keriwehan candaan konyol Ivan dan Irish.

Kepulangan Isaac yang ditunda adalah penyiksaan tersendiri bagi jiwa tampan tersebut. Bisa dibayangkan, dia masih exist di dunia ini, tapi orang yang paling dia sayang tidak menyadari kehadirannya. Sedih dan juga pilu. Satu senggolan di lengan Isaac membuat pria itu menoleh, satu tarikan nafas berat diambil oleh Isaac. Dia belum rela untuk pergi, tapi dia juga tidak bisa berada di sini selamanya.

Keluarga itu sedang menikmati waktu sarapan mereka. Candaan konyol dari Ivan benar-benar menghidupkan suasana rumah itu. "Mbak...mbak...katanya sering ketemu mas Isaac. Sampaikan salamku ya, salam dari adiknya yang paling ganteng sedunia." Irish menirukan gerakan orang muntah. Percaya diri sekali Ivan ini. Meski Irish akui, kalau Ivan juga tampan, sama seperti Isaac, sang kakak.

"Pede amat lu!" Balas Irish segera.

"Harus dong. Yang terakhir kan dapat semua. Ganteng, pintar...."

"Koplak juga." Potong Livia cepat.

"Mama....." Ivan memberengut kesal mendengar sang mama menyebutnya koplak. Meski dia sendiri mengakui kalau dirinya memang begitu.

"Kebanyakan gaul sama Uncle Christ ya gitu."

Lendra berujar tenang sambil menyeruput kopinya. Christo masih jadi salah satu orang terdekat keluarga itu. Meski pria itu tetap tinggal di Sidney, tapi komunikasi intens tetap terjalin di antara mereka. Terlebih putra sulung Christo yang berusia satu tahun di atas Ivan, sering bolak balik Surabaya-Sidney untuk keperluan bisnis dan kuliah. Nah kalau ke Surabaya pria tampan bernama Adam itu selalu menginap di rumah Lendra.

Maklum saja Green Hills terlalu besar untuk di huni oleh empat orang itu, setelah Vi dan Lana, kakek dan nenek Irish meninggal dalam sebuah kecelakaan lima tahun lalu. Satu kejadian yang Isaac yakini adalah ulah dari Raja Iblis, Diavolo dall'Inferno.

"Mbak, kenalin dong pacarnya." Satu permintaan nyeleneh keluar dari bibir Ivan.

"Kamu ngeledek mbak ya." Sungut Irish seketika. Pacar adalah hal paling menyebalkan bagi Irish. Dirinya sama sekali belum pernah merasakan apa itu yang namanya pacaran. Kecuali...mungkin dengan bocah tengil dari Chiang Mai yang sudah mengajaknya menikah malahan.

"Bukannya ngeledek mbak, kali aja sudah ada. Betah amat ngejomblo, jangan incesstt dong."

Semua orang melotot ke arah Ivan, bagaimana Ivan bisa mengatakan Irish pacaran dengan saudara sendiri.

"Kata mbak Irish, dia lebih suka jalan sama mas Isaac, apa namanya kalau bukan incesstt." Balas Ivan cepat. Semua orang menepuk dahi masing-masing.

"Gak gitu juga kali konsepnya, bambanggggg." Irish berucap dengan wajah campuran ingin marah dan tertawa.

"Tapi bener juga lo kak. Kalau kelamaan jomblo nanti sama papa tahu-tahu dinikahin lo sama.....Eric."

Kali ini bola mata Irish serasa ingin melompat keluar. Eric, anak asisten sang papa, Bian. Oh no, pria kulkas 12 pintu, pria kutub utara yang tidak bisa senyum. Pria yang dinginnya mengalahkan freezer ikan di penampungan ikan pelabuhan.

"Gak mau!" tolak Irish cepat. Tawa meledak di meja makan itu. Jika Irish tidak takut dengan sosok seram manapun atau hantu mengerikan yang mendekat ke arahnya, maka Eric adalah satu-satunya makhluk di muka bumi yang paling enggan Irish temui.

"Dia ganteng lo, baik lagi kek Om Bian atau sama anaknya Om Diaz."

"Ibu...ibu....stop. Ya jelas mereka setara, lihat dong, mak mereka kan kembar." Irish seketika berubah mood.

Diaz dan Bian menikah dengan kembar identik. Mei dan Mia. Dari pernikahan mereka Eric dan Erika lahir dari Bian dan Mia. Sedang Diaz dan Mei memiliki dua anak laki-laki. Amran dan Armando.

"Intinya mereka anak baik-baik."

"Gak baik ya bakal ditenggelim bapaknya di Bengawan Solo." Celetuk Ivan spontan.

"Kayak kamu?"

"Oooo aku kalau gak baik, tinggal minta buang ke Jakarta, atau Shanghai ikut tante Lira, bisa main sepuasnya sama Shane dan Shania."

"Itu sih maunya kamu!" Tiga orang lainnya kompak berteriak memojokkan Ivan.

"Yang ada juga diblebekin sama om Hugo di Laut Cina Selatan." Tambah Irish.

"Astaga, kejam amat sih, mbak." Drama Ivan di mulai.

*

*

Han tampak berpikir di kamarnya. Nanto baru saja memberinya laporan soal kejadian semalam. Si perempuan ternyata staf cleaning service yang semalam kebagian bekerja membersihkan lantai 17. Wanita itu masih gadis, belum menikah. Saat keluar dari kamar yang baru dia bersihkan, dia bertemu pria tampan yang seketika membuat wanita itu tidak berdaya. Hingga menuruti semua perintah pria itu. Dan berakhirlah dia di kamar di lantai 13 itu.

Nanto sendiri tidak mengatakan kalau gadis itu hampir saja menjadi korban persembahan. Mencegah agar wanita itu tidak ketakutan. Nanto hanya mengatakan kalau menemukan gadis itu pingsan di kamar itu.

"Apa mereka dibiarkan bebas berkeliaran untuk mencari mangsanya sendiri." Gumam Han.

"Bisa jadi." suara Isaac terdengar bersamaan dengan sosok Isaac yang muncul di depan Han.

"Tapi tidak ada korban meninggal seperti yang sudah-sudah." Han mengutarakan kebimbangannya.

Hening sesaat menyapa tempat itu. Mereka masih ingat bagaimana jasad Meli yang memang ditemukan di belakang rumah pria itu, bersamaan dengan tubuh Beno yang di temukan meninggal bersimbah darah di kamarnya. Berita itu sempat heboh beberapa waktu lalu.

"Ada kemungkingan mereka tidak menyerap jiwa persembahannya sampai habis. Sebab mereka pikir mudah untuk mencari korban di hotel ini. Mereka menjadikan hotel ini sebagai ladang mereka mencari makan. Gila!"

Han mengepalkan tangannya. Mengingat hotelnya malah dijadikan tempat untuk melakukan persekutuan dengan iblis Diavolo.

"Kita harus mencari cara untuk memusnahkan masalah ini sampai akarnya."

"Akarnya Diavolo, jika dia bisa mati, satu raja iblis mati. Maka satu persekutuan sudah berhasil di basmi."

Kesunyian kembali datang. "Aku ada ide untuk memancing mereka keluar. Mereka mencari makan to. Kita pancing mereka dengan makanan yang lezat."

Isaac dan Han saling pandang. Han tengah mempertimbangkan ide dari Isaac.

***

Up lagi readers.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih.

***

Terpopuler

Comments

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

yang ini bund,

2023-05-15

1

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

absen nama-nama perairan hahahah

2023-05-15

1

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

wedyaaan adem men Ris

2023-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!