Somchai menarik nafasnya dalam, saat langit kota Chiang Mai dipenuhi kilatan petir. Pria itu lantas memejamkan mata. Dengan tangan berada di balik punggungnya. Di belakang pria itu tampak sepasang suami istri yang melihat ke arah Somchai dengan gelisah.
"Jadi apa yang akan terjadi?" Suara si istri membuat Somchai membuka matanya. Pria itu lantas membalikkan tubuhnya. Melihat ke arah Natalie dan Pasha. Ayah dan ibu Han. Ya, Han adalah putra tunggal Natalie dan Pasha, setelah mereka pindah ke Thailand, keduanya menikah dan menetap di sana.
"Sesuai dengan apa yang sudah diramalkan." Jawab Somchai santai. Pria itu lantas duduk di depan Natalie dan Pasha. Meminum Chayen hangat, minuman kesukaannya.
"Apa itu akan membahayakan Han?" Pasha bertanya tak kalah cemas. Bagaimanapun keduanya hanya memiliki Han seorang. Tidak pernah menjalani program penundaan anak alias KB, Natalie tetap belum hamil sampai saat ini. Hingga usia Han menginjak 19 tahun.
"Tentu saja itu akan membahayakan Han. Tapi satu yang perlu diingat, Han punya perlindungan dari semua kepala wihara di Chiang Mai. Setidaknya itu tidak akan membuat Han kehilangan hidupnya...."
Wajah Natalie dan Pasha langsung berubah pucat. "Aku bilang dia tidak akan mati. Terluka pasti."
Natalie langsung menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa. Wanita mulai termenung. Karena kesalahannyalah Han memiliki takdir yang berat. Saat pindah ke Thailand dan mengandung Han, Natalie sering berdoa di wihara tempat Somchai tinggal. Wanita itu mohon ampun atas kesalahan semasa hidupnya. Terutama rasa bersalah pada Livia. Dia merasa sangat menyesal terlebih mengingat dia pernah menabrak Livia waktu wanita itu hamil. Dia selalu berdoa agar Livia dan anak-anaknya baik-baik saja.
Natalie terus saja berdoa, hingga di usia kandungan yang ketujuh. Suatu hal aneh terjadi. Saat Natalie berdoa, "Aku harap bisa menebus kesalahanku pada mereka."
Petir menyambar dengan rintik hujan mula turun membasahi kota tersebut. Angin pun tak ingin tinggal diam, ikut menunjukkan eksistensinya. Lonceng yang ada di wihara itu turut mengeluarkan suara. Benda berbentuk kerucut itu berbunyi bersahutan seiring dengan deru angin yang menggerakkan tali panjang yang mengikat lonceng tersebut.
Natalie terlonjak, saat satu suara masuk ke benaknya. "Putramu adalah yang terpilih. Kelahirannya akan membantu menebus rasa bersalahmu. Meski banyak aral rintangan yang menghadang. Dia akan melewatinya dengan baik. Dia akan menyelamatkan satu kehidupan yang telah lama dikekang oleh perjanjian leluhurnya."
Tubuh Natalie ambruk ke lantai wihara setelah suara itu menghilang. Natalie bangun di rumah sakit setelah pingsan selama sehari semalam. Sejak saat itu, Natalie jadi takut untuk berdoa ke wihara.
Sampai akhirnya datang waktunya Han lahir. Natalie sudah mengalami pecah ketuban, dan pembukaaan dinyatakan sudah penuh. Namun kontraksi sama sekali tidak terjadi. Tim dokter hampir melakukan pembedahan caesar untuk melahirkan Han, sebab ketuban sudah pecah sejak semalam. Namun tiba-tiba saja listrik di wilayah Chiang Mai mati total. Dan generator listrik tidak mampu menjangkau ruang operasi caesar. Generator listrik hanya cukup untuk mengaliri listrik di unit ICU dan operasi penting lainnya.
Natalie hampir menangis, dia sangat takut kehilangan bayinya, terlebih cuaca sangat tidak bersahabat malam itu. Badai tiba-tiba saja menghampiri kota Chiang Mai. Menutup akses ke rumah sakit lain yang bisa melakukan operasi caesar.
Saat itulah Somchai datang dengan sebotol air yang dia ambil dari wihara tempat Natalie biasa berdoa. "Minumlah, dan dia akan bangun mencari jalan lahirnya." Natalie menuruti perkataan Somchai, satu botol air itu tandas dalam beberapa kali tegukan.
Hanya berselang lima menit. Rasa kontraksi itu datang. Dengan bantuan penerangan lampu seadanya. Dan dorongan dari Natalie, Han akhirnya lahir ke dunia. Bayi tampan itu sesaat bersinar terang waktu diangkat setelah dipotong tali pusatnya. Cahaya itu meredup setelah Somchai memasang gelang naga di pergelangan tangan Han.
"Hiduplah dengan baik. Meski Paman tahu untukmu akan berat." Doa Somchai saat Han lahir, sambil mencium kening bayi itu.
"Padahal Paman sudah menutup mata batinnya. Tapi tetap saja, dia masih melihat hantu itu." Gerutu Pasha.
"Kemampuan Han adalah anugerah. Meski aku dan yang lainnya sudah menutupnya. Tetap saja kemampuan alami itu akan muncul kembali."
Semua terdiam mendengar jawaban Somchai. Hingga pintu rumah itu terbuka dan masuklah Han. Pemuda itu melangkah gontai, lalu duduk di samping pamannya. Tak berapa lama, Han memeluk lengan si paman. Natalie dan Pasha hanya bisa memutar mata malas, melihat sikap manja Han pada Somchai.
"Dia pergi Paman."Lirih Han. Tampak raut wajah sedih pada Han.
"Kau sudah mengikuti kata hatimu?" Han mengangguk. Somchai mengusap kepala Han. Pria itu lalu menatap pada Natalie dan Pasha. Dari sini kisah Han dan Irish akan bermula.
*
*
Surabaya, Indonesia
Irish terbangun di kamar mewahnya di Green Hills. Semalam dia baru sampai, dan gadis itu langsung tidur begitu jemputan dari sang papa datang. Sepertinya sang papa sendiri yang memindahkannya dari mobil ke kamar.
Lendra, sang papa memang sangat menyayanginya. No debat. Irish memiringkan tubuhnya, gadis itu berdecak kesal saat sekilas merasakan satu sosok tak kasat berdiri di dekat jendela kamarnya. Irish tidak bisa melihat mereka tanpa kontak dengan kakaknya. Tanpa itu, Irish hanya bisa merasa tanpa bisa melihat.
"Pergilah, aku tidak mau diganggu. Lagi pula kakakku tidak ada." Usir Irish. Namun makhluk itu tetap bergeming di tempatnya. Irish kembali mendesaah kesal.
"Terserahlah kalau begitu." Kata Irish acuh. Gadis itu lalu mengubah posisinya jadi telentang. Perlahan Irish menyentuh bibirnya. Gadis itu menggeleng pelan. Seolah tidak mau mengakui kalau Han baru saja mengambil ciuman pertamanya.
"Aku pasti gila. Membiarkan orang yang tidak aku kenal menciumku."
Gumam Irish kesal. Bisa dibayangkan bagaimana kesalnya Irish. Dia bertemu Han tak lebih dari tiga jam, dan pria itu menciumnya tanpa meninggalkan satu petunjuk pun soal siapa pemuda itu.
"Kenapa aku merasa seperti para wanita di novel online itu. Ditinggal pergi setelah ditiduri. Diam kau!"
Irish menggeram marah saat hantu itu malah tertawa terbahak mendengar ucapannya. Gadis itu mendelik ke tempat di mana si hantu berada. Setelahnya, Irish melanjutkan acara bermalas-malasannya. Mengingat dia masih punya waktu sampai besok sebelum gadis itu kembali bekerja.
Sementara itu, sosok Isaac muncul di sebuah rumah sederhana di satu komplek perumahan. Isaac langsung menerobos masuk setelah memberi salam. Seorang wanita yang terlihat sehat di usia rentanya langsung menyambut kedatangan sang cucu.
"Kau sudah pulang?" tanya wanita itu.
"Sudah, mbah putri. Tapi Irish ndak bisa ikut. Kecapekan."
Wanita itu tersenyum, sungguh bahagia rasanya bagi perempuan itu. Doanya terkabul, dia dibiarkan menemani sang cucu beda dunia sampai saat ini.
"Oh iya, Mbah. Isaac bawa kabar bagus. Kami sudah menemukannya. Dan dia sudah mengikat Irish. Lalu iblis itu terluka parah karena serangan gabungan dia dan Irish."
Perempuan itu semakin melebarkan senyumnya. Ada harapan kalau Irish bisa terbebas dari belenggu raja iblis yang selama ini menghantui.
***
Up lagi readers.
Maaf ya kalau dikit banget. Author dilanda ngantuk berat. Biar begitu, author tetep minta hadiah ya 🤭🤭
Oke jangan lupa tinggalkan jejak ya. Terima kasih.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Damar Pawitra IG@anns_indri
kopi nih, ben melek 🤭🤭🤭
2023-05-08
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
tak kasih bund
biar kreji up
2023-05-08
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
wkekke ngakan
2023-05-08
1