Untukmu

Han menatap penuh kerinduan pada Irish yang duduk di hadapannya. Mengabaikan tatapan menyebalkan dari Isaac yang masih terlihat lemah. Dengan sandal, eh Meli duduk di sebelah Isaac. Si sandal sejak tadi melihat penuh kekaguman ke arah Han. Ada ya makhluk nyata di dunia dengan rupa tampan nyaris sempurna seperti Han.

"Woelah, biasa aja kali lihatnya." Isaac yang gemas, meraup wajah Meli. Pria itu cukup kesal dengan situasi ini.

"Heran aja I, ada ya manusia seganteng ini. Cha Eun Woo aja kalah. Aduuuuhhhh." Meli meringis saat Isaac menoyor kepalanya.

"Lah emang dia kloningan-nya Eun Woo."

"Gak pake noyor juga kali, gegar otak ini nanti. Belum ada rumah sakit buat para hantu."

Irish dan Han hanya bisa saling pandang melihat dua jiwa itu berdebat sendiri. Keduanya pun sejak tadi tidak ada yang bicara, sesekali hanya mencuri pandang.

"Bagaimana kabarmu?" Han mulai membuka percakapan. Dengan Irish yang langsung memutar matanya jengah.

"Garing!" Komen Isaac, sementara Meli, si sandal langsung tertawa ngakak. Han seketika menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak tahu harus bicara apa.

"Kau tinggal di mana? Kapan datang?" Kali ini Irish yang bertanya. Senyum Han mengembang mendengar pertanyaan Irish. "Aku tinggal di Shine Hotel. Lantai 13. Datang dua hari lalu." Balas Han cepat.

"Terus kamu di sini ngapain?" cecar Meli.

Errrrr, Han tampak berpikir, tidak mungkinlah dia langsung membuka identitas dirinya yang pemilik hotel itu. Kok kelihatan pamer banget begitu.

"Liburan. Aku sedang liburan. Dan tentu saja, karena aku merindukan pacarku." Mode bocil on. Han benar-benar imut saat mengatakan Irish pacarnya.

"Hei, aku bukan pacarmu ya." Sanggah Irish. Wajah Han seketika berubah muram. Dia benar-benar seperti anak kecil. Gampang ngambek, tapi gampang juga berubah mood.

Isaac dan Meli mengulum senyum, melihat Irish yang langsung menggelengkan kepalanya. Bingung dengan tingkah Han. "Gini kalau punya mate masih bocil." Bisik Isaac ke telinga Meli, dengan si sandal langsung manggut-manggut mengiyakan. Posisi keduanya begitu dekat, hingga Isaac sadar lalu menggeser duduknya, agak menjauh.

Meli mendengus kesal. Isaac menjauhinya seperti mencium bau busuk dari dirinya. "Aku wangilah, kan aku selalu nyolong wanginya Irish."

"Bukan itu masalahnya, sandal!!" Balas Isaac tidak sabaran. Jiwa itu menghilang disusul Meli yang juga ikut menghilang. Han melebarkan senyumnya. Pengganggu sudah pergi, mereka tinggal berdua. Han segera pindah tempat duduk, ke sebelah Irish.

"Ehhh, mau ngapain?"

"Mau deket-deket kamu dong. Rindu tahu." Konyolnya Han sekarang. Irish hanya melirik sejenak ke arah Han, lalu kembali pada posisi duduknya. Toh Han lumayan memberi jarak pada dirinya.

"Ai, pacaran ya?"

"Gak!"

"Kalau gitu langsung nikah aja."

"Kamu masih dibawah umur Han. Lagian kamu masih kuliah. Kerja dulu ya, biaya hidupku tinggi. Aku suka shopping, beli ini, itu. Banyak sekali."

Lah malah seperti lagunya Doraemon jadinya. Han memicingkan mata mendengar jawaban Irish. "Kamu menolakku?"

"Enggaklah. Kan begitu kenyataannya. Kamu masih di bawah umur...."

"Meski di bawah umur aku bisa membahagiakanmu lahir batin." Tegas Han.

Ha? Apa maksudnya si bocil ini. Lahir batin maksudnya berhubungan badan begitu? Irish seketika menggelengkan kepalanya. Membayangkan hal yang tidak-tidak. Han sendiri, meski masih 19 tahun, tapi lingkungan hidup di Chiang Mai membuatnya tahu apa itu bercinta, sekksss dan sebagainya. Meski begitu keluarga Han benar-benar menjaga Han dari kehidupan liar di sana. Di tambah Han sendiri tahu resiko dari free seksss yang tidak sehat.

"Maksudmu apa sih aku tidak paham?"

"Maksudnya....biarpun aku masih 19 tahun tapi aku juga bisa melakukan itu." Han menjawab sambil menggaruk kepalanya. Malu. Seperti saat Han yang pernah melihat sendiri beberapa teman kampusnya melakukan hal itu di mana-mana. Pernah Han memergoki mereka memompa tubuh pasangannya di kelas kosong, di bilik toilet pria, di ruang kesehatan, bahkan di mobil di parkiran basement kampus. Han menggelengkan kepalanya mengingat saat itu.

Maae dan Phoo-nya yang sudah resmi menikah saja, Han hanya pernah menangkap basah dua orang tuanya itu berciuman di meja dapur, tanpa pernah memergoki mereka saat bercinta.

"Jangan aneh-aneh ya." Raut wajah Irish seketika memberi peringatan pada Han.

"Gak kok Ai. Aku bakalan nunggu sampai kamu mau nerima kau. Tapi kalau sekarang boleh nyicil ya...." Han merangsek maju, lalu tanpa kata mencium bibir Irish tanpa permisi. Irish sontak membulatkan mata, menerima serangan Han yang tiba-tiba.

Han yang belum pernah berpacaran sama sekali tentu penasaran dengan rasa itu. Rasa punya kekasih, rasa berciuman, dan semua rasa yang lain. Namun untuk yang satu itu, dia akan mencoba menahan diri. Walau baru kali Han mencium seorang gadis, sepertinya pemuda itu mewarisi kemampuan sang ayah yang mantan player. Han sangat pro saat mencicipi bibir Irish.

"Emmpphhhh...." Irish berusaha mendorong tubuh Han yang semakin menindihnya. Gila saja, 19 tahun tapi lihai sekali Han mempermainkan bibir Irish. Irish pikir berapa banyak gadis yang sudah bertekuk lutut di bawah kaki Han, mengingat pergaulan bebas di Chiang Mai sangat meresahkan.

Huufftttt, Irish akhirnya bisa membebaskan diri dari belitan kenikmatan yang sesaat Han berikan. Dua orang itu saling bertatapan, dengan degup jantung yang berkejaran di dada masing-masing.

"Berapa mantanmu?" todong Irish. Kesal karena Han serasa hampir membunuhnya.

"Cuma satu." Jawab Han sembari tersenyum. Tangan pemuda itu bergerak menyingkirkan helaian rambut Irish yang berantakan karena ulahnya.

"Yang benar? Mana mungkin cuma satu." Sahut Irish tidak percaya. Han terkekeh mendengar jawaban Irish.

"Cuma satu, karena mantanku akan jadi istriku dan itu kamu...."

Blussssshhhhh

Wajah Irish merona merah, gadis itu seketika memalingkan wajahnya, enggan memandang wajah tampan Han. Wuaahhh, Irish klepek-klepek gara-gara digombalin anak umur 19 tahun.

"Bohong aja!"

"Tidak percaya ya sudah, tapi begitu ke......" Pandangan mata Han berubah tajam, pria itu mengarahkan penglihatannya ke arah jendela kaca apartemen Irish, yang tirainya masih terbuka.

"Ada apa?" Insting Irish mulai bicara, ada yang tidak beres dengan keadaan sekarang.

Han melompati sofa tempat mereka duduk, mendekat ke arah jendela, di mana asap hitam tipis berkumpul di luar jendela Irish. Pemuda itu bersembunyi di balik tirai di sisi jendela. Seketika menyamarkan auranya dan milik Irish.

"Ada apa sih?" Irish kembali bertanya. Menyusul Han melihat ke arah jendela. Han dengan cepat menyembunyikan Irish di belakang tubuhnya. Saat itulah Irish menyentuh lengan Han, hingga gadis itu bisa melihat apa yang Han lihat. Sesosok makhluk tinggi besar perlahan terbentuk di luar jendela apartemen Irish, dari asap tipis yang tadinya hanya melayang di udara. Sangat besar dan juga tinggi, sosok itu melayang di ketinggian 20 lantai. Mata merah makhluk itu menatap ke arah kamar Irish.

"Dia mencarimu..." bisik Irish, gadis itu bisa merasakan aura Han memang istimewa, karena itu banyak makhluk tak kasat mata sering mendatangi Han.

"Tidak juga. Yang ini khusus datang untukmu. Dia sepertinya jatuh cinta padamu." Goda Han. Irish langsung memanyunkan bibirnya. Kesal.

****

Up lagi readers.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih.

****

Terpopuler

Comments

Asngadah Baruharjo

Asngadah Baruharjo

wkwkwkwk

2024-02-02

0

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

babe kau player kelas dewa Han

2023-05-13

1

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

heh ... heh ... nyosor sudah

2023-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!