Pertimbangan

Han termangu duduk di balkon kamarnya. Pria itu lantas meletakkan kepalanya di meja. Malas melakukan apapun, pria itu hanya duduk di sana sepanjang pagi. Lagi-lagi mengabaikan panggilan Maae-nya yang ingin mengajaknya belanja.

"Ogah Maae, mama bukannya belanja. Tapi mau pamer punya anak ganteng." Cerocos Han asal.

Pemuda itu tidak mau jadi bahan rabaann teman-teman ibunya saat bertemu di jalan. Mereka hobi sekali menyentuh wajah, dada atau apapun yang bisa mereka pegang. Sungguh mengesalkan.

Natalie mendelik mendengar jawaban absurb sang putra. Sementara Pasha, lagi-lagi mengulum senyumnya. "Kan bener apa yang Han ucapin." Natalie mendengus geram mendengar ucapan sang suami.

"Makanya bikinin satu lagi. Biar aku gak gangguin Han mulu." Giliran Pasha yang melongo mendengar perkataan sang istri.

"Lah bukannya tiap malam disetorin. Itu salah mereka aja gak mau ngendon di sana." Natalie mengeplak lengan Pasha. Bisa-bisanya bicara ngawur dalam situasi begini. Natalie bertekad kalau dia harus punya anak lagi. Bodo amat kalau Han nanti protes. Sudah umur segitu baru dikasih adik, begitulah protes Han kira-kira.

Tak berapa terdengar langkah kaki menuruni tangga. Natalie mengembangkan senyumnya. Han pasti berubah pikiran. Namun rasa senang Natalie seketika menghilang. Saat melihat tampilan santai Han. Biasanya kalau Han diajak pergi Natalie, Han akan berpakaian formal. Tapi ini tidak .

"Mau ikut Maae, kok gitu dandannya. Paha tu ke mana-mana." Natalie memperingatkan Han. Sementara Han langsung mendudukkan dirinya malas di sofa depan orang tuanya.

"Yang mau ikut Maae siapa? Han lagi mager Ma, gak mau ke mana-mana. Apalagi ikut acaranya Mama. Nggak mau, nanti Han digodain tante girang sama tante gak ori temennya mama itu."

Baik Pasha maupun Natalie melongo mendengar jawaban sang putra. Bagaimana bisa sang putra menyebut tante gak ori segala. "Ya sudah kalau begitu, bantuin Papa aja. Kerjaan banyak nih."

Pasha langsung mengangsurkan satu dokumen ke depan Han. Tadinya Han malas untuk melihat berkas itu. Namun melihat kota Surabaya tertera di berkas tersebut membuat Han tertarik. Berpikir kalau itu dokumen salah satu hotel milik mereka yang ada di Surabaya, Indonesia.

"Ini kenapa Phoo?" Natalie memutar matanya jengah. Jika sudah membahas hotel, dia akan kalah. Dua pria-nya itu sangat suka membahas pekerjaan.

"Biasa... lama ditinggal. Jadinya managemennya berantakan." Jawab Pasha santai.

"Kan sayang Pa, sudah punya nama kalau ditinggalin gitu aja. Kasihan rate sama stafnya."

Pasha menarik nafasnya pelan. Yang diomongkan Han benar adanya. Masalahnya dia enggan kembali ke kota itu. Ada banyak kenangan buruk untuk dia dan Natalie sewaktu tinggal di sana. Walau tidak Natalie dan Pasha pungkiri, kalau keduanya merindukan suasana kota itu.

"Entahlah Han, Papa tidak punya waktu mengurusi cabang yang di sana. Kamu tahu kan, papa sangat sibuk dengan hotel dan resort yang ada di sini."

Sebagai salah satu kota tujuan wisata, Chiang Mai punya banyak hotel dan resort. Satu di antaranya milik keluarga Elajar, keluarga Han. Alasan yang cukup masuk akal, begitulah pikir Han. Meski bukan itu alasan sebenarnya.

Dua pria itu larut dalam urusan bisnis hotel mereka. Mengabaikan Natalie yang akhirnya pergi sendiri setelah mencium pipi kiri dan kanan suami serta putra tunggalnya.

"Iddiihh Maae, aku bukan anak TK yang suka dicium pipinya." Protes Han.

"Iya bukan anak taman kanak-kanak, tapi taman kawak-kawak alias tua." Kekeh Natalie sebelum kabur keluar rumah. Meninggalkan Han yang masih saja menggerutu sambil mengusap pipi. Dia yakin pasti ada bekas lipstrick sang mama di sana.

"Papa tu yang tua. Aku mah masih remaja." Bela Han pada dirinya sendiri. Pasha hanya melirik Han setelah dikatai tua oleh anaknya sendiri.

Keduanya kembali menelaah berkas masing-masing. Sampai Han mendengus kesal. "Phoo, harus ada yang ke sana ngecek deh. Masak tingkat huniannya turun lima persen gara-gara rumor ada hantu di lantai 13. Kan gak masuk akal. Padahal tingkat hunian hotel di kawasan itu di atas 70% saat peak session dan 40% hari biasa." Protes Han setelah selesai mempelajari berkas hotel mereka di Surabaya.

"Nah kamu sendiri gak percaya sama hantu. Gimana papa."

"Papa nyindir Han ya? Han sudah periksa, gak ada hantu atau apapun itu."

Pasha memicingkan mata. "Bagaimana kau memeriksanya?" Tidak mungkin kan Han bisa menggunakan kekuatannya untuk memeriksa hantu di Surabaya. Jauh lo Chiang Mai- Surabaya, penerbangan saja perlu waktu 7 jam 25 menit, kurang lebih.

"Ya aku periksalah, apa lagi." Jawab Han santai sambil kembali membolak balikkan berkas untuk dia teliti ulang. Pasha menelisik wajah sang putra. Tampan, cerdas, songong kadang kala. Plus kemampuan indigo dan menghancurkan arwah sekaligus membebaskan jiwa yang membuat Han begitu istimewa. Siapa yang tidak termehek-mehek melihat wajah Han.

Kredit Pinterest.com

Oleng...oleng...oleng...tolong 🤣🤣🤣

Meski begitu, Pasha tahu pasti kalau pergaulan Han sangat terjaga. Di kampus, tidak ada seorang pun yang memiliki predikat teman dekat dengan Han. Apa lagi pacar. Kehidupan Chiang Mai begitu keras dengan sisi kelam yang kadang membuat orang hilang kendali, semua bisa ditemukan di sini. Free sekss, trangenderr, waria. Semua hal yang bisa membuat orang baik geleng-geleng kepala.

Walau demikian Han mampu menjaga dirinya. Lebih memilih menghabiskan waktu di rumah dan wihara sang paman membuat kedua orang tuanya bisa menarik nafasnya lega. Sampai sebagian teman Han melabeli pemuda itu dengan sebutan sombong. Namun lagi-lagi Han tidak menggubrisnya. Banyaknya wanita yang mengejar Han lama-lama mundur alon-alon, setelah tahu kalau Han punya hubungan dekat Wihara Longchan, wihara tempat sang paman tinggal. Wihara itu salah satu yang disegani di kota tersebut. Para wanita itu tahu, hanya gadis pilihan yang bisa mendekati pria yang punya hubungan dengan wihara Longchan.

"Lalu apa saranmu? Papa tidak mungkin meninggalkan urusan di sini. Sebentar lagi peak session. Semua akan sibuk."

Han pura-pura berpikir. Padahal dia punya maksud dan tujuan soal hotel di Surabaya. Bukan hotelnya, tapi kotanya. Surabaya, dia ingin menemui mate-nya. Irish, baru dua hari berpisah, wajah Irish tidak lekang dari benak Han.

"Liburan nanti kirim Han ke sana. Akan Han selesaikan hotel di sana. Juga rumor soal hantu di lantai 13."

Pasha terkejut dengan usul Han. Bukan soal kemampuan Han, namun ini lebih kepada siapa yang akan Han temui di Surabaya. Walau kepergian Pasha dan Natalie tidak menyisakan dendam ataupun benci, sebab Livia dan Lendra dengan lapang dada sudah memaafkan semua perbuatan Natalie dan Pasha di masa lalu. Namun tetap saja rasa bersalah itu ada di hati mereka meski sudah 19 tahun berlalu.

"Tapi Han...."

"Phooo, di sini saja Han bisa menjaga diri. Apalagi di sana. Di sana mana ada TG berseliweran di jalan, ada tapi gak bebas kayak di sini. Tenang saja, Han gak akan dikelonin cewek jadi-jadian. Yang ada tidur bareng cewek asli." Cengir Han.

Pasha melempar pulpen ke arah Han, demi mendengar jawaban absurd sang putra. "Itu lebih berbahaya. Lama-lama kepalamu isinya kelonaann aja."

Han melebarkan senyum, mendengar candaan sang papa. Pasha terdiam seolah mempertimbangkan usulan dari Han. Dia pikir memang perlu mengirim Han ke lapangan, agar sang putra bisa belajar soal keadaan yang sebenarnya di tempat bekerja. Sekaligus mempraktekkan ilmu yang selama ini pemuda itu pelajari. Sebab sang putralah yang akan mewarisi semua yang dia dan Natalie punya. Tapi.....

"Bagaimana Phoo?" Pertanyaan Han membuat pikiran Pasha buyar. Hening seketika menyelimuti ruangan itu. Sampai suara sang papa membuat Han mengepalkan tangannya, senang. Separuh dari rencananya untuk bertemu Irish sudah di depan mata.

"Papa akan mempertimbangkannya."

Senyum Han mengembang. Pertimbangan sang papa bermakna 50% berhasil. "Kita akan bertemu lagi bulan depan, Ai."

****

Up lagi readers.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Terima kasih.

****

Terpopuler

Comments

merti rusdi

merti rusdi

paket combo Ghostbuster + Supernatural + Ghost Whisperer

2023-07-02

1

merti rusdi

merti rusdi

dikata bikin bakwan

2023-07-02

1

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

utu mah kamu dulu pash ... wkwkkw

2023-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!