Han berjalan memasuki satu gedung yang sudah tua. Dia tidak tahu itu di mana. Dia hanya mengikuti petunjuk Isaac. Han sendiri merasa heran, tidak biasanya Isaac kalah dalam sebuah pertarungan. Sebab jiwa Isaac juga bukan jiwa biasa. Isaac dibekali kekuatan setara dirinya untuk ukuran hantu.
Isaac diminta Han untuk menunggu di luar gedung. Satu cerita singkat dari Isaac, Han dapat. "Jiwa Beno masih dendam. Sebab Irish dan Melilah dia dibunuh Raja Iblis." Dari situ juga, Han tahu kalau selama ini Isaac mulai memutus rantai persekutuan antara manusia dan Diavolo. Dengan cara menggagalkan acara persembahan mereka.
"Serius? Korbannya perawan?" Han bertanya dengan mulut ternganga. Han tidak menyangka jika dia akan menemui hal yang demikian di kota ini.
"Alahhh, di tempatmu mungkin juga ada. Tapi tidak banyak yang ketahuan." Han memanyunkan bibirnya sambil berpikir. Mungkin saja, yang dikatakan Isaac benar.
Han langsung mengendus aroma iblis yang kuat begitu masuk ke tempat itu. Semakin masuk ke dalam, aura iblis itu kian terasa. Han mengeratkan rahangnya saat sampai di ruang terdalam gedung tersebut.
"Ai....." Han berlari ke arah Irish yang tergeletak begitu saja di lantai. Ada rasa bahagia di dada Han saat melihat Irish baik-baik saja. Detik berikutnya, Han melemparkan dirinya ke samping dengan Irish dalam pelukannya saat satu sinar hitam menyerang Han. Serangan itu menimbulkan ledakan yang meninggalkan bekas cekungan di lantai.
Han waspada pada keadaan sekelilingnya. Pria itu sudah membuka mata batinnya sejak tadi. Berpikir kalau iblis yang dia hadapi tidak seperti iblis yang biasa dia lawan. Suasana hening kembali, Han dengan cepat menyentuh dahi Irish dengan telunjuknya. Perlahan gadis itu membuka mata.
"Kau bangun? Syukurlah." Han berkata penuh ekspresi kelegaan. Irish mengerutkan dahi mendapati wajah Han yang berada di hadapannya. Gadis itu tengah berpikir siapa pria ini. Kenapa pria ini terasa tidak asing di mata Irish.
Irish baru saja akan mengatakan sesuatu, saat Han dengan cepat mengangkat tubuh Irish untuk melompat bersamanya. Menghindari satu serangan yang kembali datang. Irish reflek mengalungkan tangannya ke leher Han, saat pria itu membawanya ke tempat yang lebih tinggi. Sebuah tumpukan karung yang entah berisi apa. Terasa keras saat Han menginjakknya.
"Kau....bagaimana kau bisa kemari? Bukannya kau ada di....Thailand?" tanya Irish setelah Han menurunkan gadis itu. Sementara pria itu langsung berjongkok, menyapukan pandangannya ke seluruh tempat itu.
"Kau ingat padaku?" tanya Han dengan wajah mengejek. Irish hampir saja menendang tubuh Han, kalau saja tidak ingat, pria itu yang telah menyelamatkannya.
"Tidak! Aku tidak ingat padamu!" Irish memalingkan wajahnya, sambil melipat tangan. Kesal. Bagaimana bisa dia melupakan wajah pria yang sudah mencuri ciuman pertamanya. Ditambah wajah tampan Han, siapa juga yang akan lupa.
"Beneran lupa sama aku?" Goda Han. Pria itu kini berdiri di samping Irish. Memandangi wajah kesal adik Isaac, yang menurut Han semakin cantik saja dari terakhir kali dia menandai Irish.
"Menurutmu?!" Irish balik bertanya dengan wajah jengkelnya. Han tertawa melihat ekspresi muka Irish.
"Gaklah, aku gak mungkin lupa sama kamu. Gadis cantik yang sudah aku tandai. Kau akan jadi milikku."
"Pede banget sih! Katakan saja kau melakukannya karena permintaan kakakku kan?" todong Irish masih dengan mode galaknya.
Han tertawa hingga tawanya berhenti saat serangan itu datang kembali. Sudut mata Han akhirnya menangkap keberadaan makhluk menyebalkan yang sudah mengganggu reuniannya dengan Irish.
"Ck, mengganggu saja. Tunggu di sini. Jangan ke mana-mana. Eh sandal itu ke mana?"
Sandal? Irish memicingkan mata mendengar Han menanyakan sandal.
"Sandal....yang ikut diculik sama kamu." Balas Han mulai memfokuskan diri melihat lawannya. Irish menepuk dahinya, saat sadar siapa yang Han maksud.
"Meli maksudmu?"
"Ahhh itu dia. Kakakmu suruh bawa sandal itu pulang. Tunggu di sini!" Han melompat turun. Menuju tengah ruangan di mana satu sosok tinggi hitam muncul di sana.
"Did you miss me?" (Kau merindukanku)
Blam, satu pukulan Han berikan, membuat makhluk itu meraung kesakitan. Sosok dengan tubuh dipenuhi luka bakar menganga itu menatap marah pada Han. Dia merasa kehilangan satu santapan yang lezat untuknya. Namun mulut lebar makhluk itu tiba-tiba meraung senang. Melihat sosok Han berdiri di depannya. Jika Irish memiliki kemurnian jiwa tiada batas. Maka Han mempunyai energi spiritual yang sangat besar. Ini akan jadi makanan enak untuknya dengan efek luar biasa yang akan dia dapat.
Han melompat mundur saat makhluk itu merangsek maju untuk menyerang. Tangan panjang benda itu berusaha menangkap Han. Han berkali-kali berkelit. Sesungguhnya pria itu tengah mencari titik lemah iblis di hadapannya ini.
Bagian belakang leher biasanya akan jadi sasaran Han, tapi makhluk ini tanpa leher. Jadi kepalanya langsung menyambung ke badan. "Ni bagaimana dia bikinnya. Kok nggak ada lehernya." Gerutu Han yang kembali berdiri di samping Irish. Gadis itu mendekati Han, menyentuh lengan pemuda itu. Han reflek menoleh, melihat mata Irish yang berubah biru.
"Ubun-ubunnya." Gadis itu berucap lirih.
"Kayak hantu Cina ya. Pakunya ditanam di kepala mereka." Balas Han sambil menatap wajah Irish. Semakin Han pandang, semakin pemuda itu terpesona pada sosok Irish. Dua sudut bibir Han tertarik membentuk lengkung senyum yang menambah tingkat ketampanan Han. Saat itulah Irish memalingkan wajahnya cepat. Gadis itu mula menyadari betapa tampannya Han.
Blaaarrrr
Ledakan disertai teriakan Meli membuat dua orang itu sadar di mana mereka berada. "Tunggu di sini. Nanti aku jemput." Han melompat turun. Pria itu melihat sandal, eh Meli yang terjebak di sudut ruangan, terlalu riskan untuk menyelamatkan diri.
"Ngilang dong! Kamu kan hantu!" Seru Han konyol sambil lalu memukul mundur sosok iblis itu. Sesaat Meli melongo melihat rupa Han. Wahh, Isaac saja sudah membuatnya termehek-mehek. Ini siapa lagi, yang bisa bikin dia oleng, lalu nyungsep di selokan.
"Woi...sandal! Malah melamun!" teriakan Han membuat Meli benar-benar sadar. Hingga jiwa itu menghilangkan diri dan muncul di samping Irish.
"Gak apa-apa?" tanya Irish begitu melihat Meli muncul dengan wajah kesalnya.
"Gak! Dia siapa sih?" Meli bertanya gusar. Hanya satu orang yang biasa memanggilnya sandal.
Keduanya melihat ke arah depan, di mana Han berkali-kali menyerang dan berulang kali menghindar. Makhluk itu menyerang Han membabi buta. Marah karena santapannya bisa bebas karena Han.
"Lambat!" Irish berteriak dari tempatnya berdiri.
"Lawanlah!" Tantang Han enteng. Irish mendengus kesal. Dia tidak punya senjata untuk menusuk kepala makhluk itu. Hingga Han melompat sambil melemparkan sebilah pedang pada Irish yang sigap menangkapnya.
"Kau mau bertarung?" tanya Meli tidak percaya.
"Why not? Kenapa tidak?" Wajah cantik Irish berubah menakutkan saat menjawab pertanyaan Meli. "Ya...ya....punya kakak hantu. Auranya kadang ikut berubah jadi hantu juga." Gumam Meli. Melihat Irish yang bahu membahu bersama Han menyerang sosok besar itu.
Irish melompat tinggi dengan Han mengulurkan tanganya, Irish menyambutnya dan Han melemparkan tubuh Irish ke atas. "Craaasshhh" makhluk itu melolong kesakitan, saat pedang Irish memotong tangan jelmaan iblis itu.
"Lagi!" Irish melompat ke arah Han yang baru saja kena hantam oleh sosok itu. Han meringis memegangi dadanya. Meski begitu dia lekas berdiri. Irish perlu dukungan darinya. Irish dan Han melompat bersamaan. Keduanya melayang tinggi dengan fokus ke kepala makhluk itu. Saat Irish mulai kehilangan daya dorongnya, Han meraih tangan Irish lalu menggunakan energi spiritualnya untuk membawa Irish naik. Tinggi di atas makhluk itu. "Sekarang!"
Han melancarkan pukulannya. Sedang Irish melayang turun sembari menghujamkan ujung pedang Han tepat ke ubun-ubun makhluk itu.
"Lepaskan!" Han menarik tubuh Irish yang masih menekan pedang Han agar menusuk lebih dalam. Ekspresi wajah Irish ingin menolak tapi Han sudah membawa Irish menjauh. Keduanya mendarat di tempat yang agak jauh dari makhluk itu, yang perlahan melebur, menyusut menjadi seonggok cairan hitam yang meletup-letup. Meninggalkan satu jiwa yang terluka parah. Sekarat untuk kedua kalinya.
Han melangkah mendekat ke arah Beno. "Lepaskan dendammu. Bukan mereka yang menyebabkanmu mati, tapi itu pilihanmu." Jiwa Beno menunduk lesu. Ya, itu adalah pilihannya. Bersekutu dengan Diavolo adalah keputusannya. Beno mengangkat wajahnya, menatap penuh permohonan pada Han. "Bebaskan aku." Lirih Beno.
Han tersenyum, tangan Han terangkat, menyentuh puncak kepala Beno. Han dan Isaac dikarunia kekuatan untuk memurnikan jiwa, membebaskan jiwa yang tersesat dan menunjukkan jalan pulang bagi mereka yang tidak tahu jalan kembali.
"Terima kasih dan maaf." Kata Ben menatap lurus pada Irish dan sandal, eh Meli. Sebelum jiwa Beno menguar jadi titik-titik cahaya putih yang mulai melayang naik ke angkasa malam, menjemput kebebasannya juga mungkin... hukumannya. Setelah mantra pembebasan jiwa Beno selesai dirapalkan.
"Huft, berakhir juga!" Meli jatuh ke lantai, lemas. Rupanya jiwa Meli sempat diserap oleh Beno hampir setengahnya. Suasana hening seketika menyapa saat Han dan Irish saling pandang. Han perlahan menutup mata batinnya. Tidak ingin wajah buruk rupa sosok tak kasat mengganggu pemandangannya.
"Ai....aku rindu padamu!" Teriak Han tiba-tiba. Pemuda itu berlari ke arah Irish lantas memeluk tubuh gadis itu. Irish dan Meli melongo melihat sikap Han. Mereka pikir dengan wajah tampan dan dewasa Han, akan membuat pria itu bersikap gentle layaknya pria dewasa. Nyatanya tidak, umur ternyata masih berperan penting di sini.
"Jangan menilai buku dari sampulnya." Irish berkata pada Meli yang langsung mengangguk setuju. Keduanya salah sangka soal sosok Han.
****
Up lagi readers.
Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
KEREENNNNN thoorrr
2024-02-02
0
Damar Pawitra IG@anns_indri
wkwkkwk... irish otw momong
umurnya tuan irish kan bund
2023-05-12
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
ente kira nasi padang ... di makan
2023-05-12
1