“Saya terima nikah dan kawinnya Adinda Kinanti binti Sofyan dengan mahar uang lima ratus juta dan seperangkat alat shalat dibayar tunai,” jawab Reza dengan lantang dengan satu tarikan napas setelah pak penghulu mengucap akad.
Dengan tangan yang masih berjabatan penghulu itu menoleh ke kiri dan ke kanan. Para saksi pun menganggukkan kepala menandakan mereka setuju dan mensahkan ucapan akad nikah yang baru saja dituntaskan Reza.
“Bagaimana para saksi, sah?” tanya pak penghulu memastikan.
“SAAH!” sahut semua orang yang hadir di salah satu ballroom hotel bintang lima.
Suasana riuh Gempita di ruangan itu pun seketika langsung berubah, wajah-wajah yang tadinya terlihat sangat tegang kini memancarkan kebahagiaan dan juga penuh kelegaan karena, tidak terkecuali wajah Bapak dan Ibu Suryo karena merasa harkat dan martabat serta nama baik keluarga, akhirnya tetap terjaga tanpa harus menanggung malu gara-gara calon menantu yang harusnya menjadi istri Reza – kabur bersama pria lain.
Sementara di sebuah kamar terdapat seorang gadis yang telah mengenakan pakaian pengantin begitu cantik tetapi sayang wajahnya murung tak ada sedikitpun terlihat pancaran bahagia dari sinar matanya. Gadis itu masih duduk di bibir ranjang yang sudah dihiasi pernak-pernik kamar pengantin baru dengan permukaan sprei tempat tidur ditaburi ribuan kelopak bunga mawar merah.
Gadis itu masih saja meneteskan air mata walau seharusnya ini merupakan hari penuh bahagia untuk seorang perempuan karena dirinya akan melepas masa lajang yang sesungguhnya. Padahal saat ini Adinda ditemani oleh sang kakak satu-satunya yang terpaksa sebelum subuh menaiki bus dari desa ke kota untuk mengikuti acara pernikahan dadakan sang adik, bahkan Aisyah setelah mendapatkan kabar dari Bundanya yang bekerja di rumah Reza, menolak terang-terangan ide yang telah dilakukan keluarga majikan bundanya.
Namun, setelah mendengarkan seluruh alasan yang disampaikan oleh Hanum, maka mau tak mau Aisyah pun terpaksa hanya bisa mengikhlaskan. Bundanya juga mengatakan jika setelah ijab qobul dilangsungkan maka sejak saat itu juga Ibu Hanum tak lagi bekerja di tempat pak Suryo. Mulai saat itu ibu Hanum tak lagi dianggap sebagai pelayan melainkan seorang besan, dikembalikan pulang ke desa dengan harga yang setimpal karena keluarga Suryo berjanji akan merenovasi rumah mereka, serta mendirikan satu ruko ber pintu dua untuk usaha di kampung, lengkap dengan isi dagangannya.
“Dek … sudahlah, mungkin ini adalah takdir dari Allah subhanahu wa ta'ala yang harus kamu lalui dan kamu jalani dengan Den Reza. Kakak minta maaf karena bapak dan ibu Suryo memilihmu untuk menjadi pengantin pengganti calon menantu mereka, walau sebenarnya kakak mau saja kok, jika memang kemarin dipaksa datang ke sini karena kakak tahu masa depanmu masih panjang,” ucap Aisyah dengan mata yang berkaca, merasa bersalah sebab tak bisa membantu sang adik keluar dari kungkungan yang menjebaknya sehari setelah datang ke kota tempat bundanya bekerja.
Malam tadi Aisyah memang mengatakan kepada sang Bunda agar dia saja yang melewati itu semua, bersedia menggantikan wanita bernama Kaira untuk dinikahi oleh Reza tetapi sayangnya pak Suryo tidak setuju dan lebih memilih Adinda untuk jadi menantunya.
“Adinda takut Kak, kalau nanti Den Reza nggak bakal pernah menghormati Dinda sebagai istrinya karena selama ini Kak Aisyah kan tahu sendiri, kalau dia itu nggak pernah melirik kita sedikit pun dengan tatapan baik sebab status kita hanya sebagai anak pelayan saja,” adu Dinda dengan kecemasan yang ada di dalam hatinya.
Aisyah mencoba menenangkan adik kesayangannya itu dengan membelai punggung Adinda begitu lembut, berusaha memberikan senyum terbaik agar sang adik bisa tenang menjalankan rumah tangganya.
“Semua takdir itu sudah ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, jadi kita hanya tinggal menjalankan saja, berusaha dan berdoa adalah salah satu tanda kita sebagai manusia ciptaanNya dan kamu harus tetap optimis bahwa ini adalah pernikahan pertama dan terakhirmu!”
“Aamiin,” sahut Adinda walau gadis itu merasa tak yakin, “Tapi bagaimana kalau seandainya den Reza malah mempermainkan Adinda, Kak? Bagaimanapun juga dia itu pasti masih sangat mencintai kekasihnya, walau mungkin sekarang masih sakit hati karena dikhianati perempuan itu tapi tetap saja Adinda merasakan firasat yang nggak baik untuk melangkah jadi istrinya!” keluh Adinda lagi dengan jujur karena memang dirinya sama sekali tak ada respect sejak lelaki itu berkata kasar terhadapnya di rumah sakit
Tok! Tok! Tok!
Salah seorang pegawai wedding organizer mengetuk pintu kamar, mengatakan jika ijab kabul telah selesai dilaksanakan dan dengan tim wanita diharapkan untuk keluar dari kamar minimalis suaminya. Aisyah pun dengan lembut mengajak sang adik untuk keluar menemui Reza yang sudah sah saat ini menyandang gelar terhormat sebagai suaminya.
Hari itu pun berlalu penuh rasa bahagia untuk semua mereka yang hadir termasuk Ibu Hanum, sayangnya pancaran kebahagiaan itu sama sekali tidak terlihat di kedua bola mata Adinda, walau terkadang senyum tipis dipaksakan meluncur dari bibir mungilnya sebagai balasan sapaan dari para tamu yang datang mengucapkan selamat padanya dan juga Reza.
“Selamat ya Bro, akhirnya lu menikah dengan gadis yang baik bukan sama perempuan gatel seperti Kaira!” bisik salah seorang tamu yang umurnya bisa ditakar sama Adinda tak jauh beda dengan suaminya itu tetapi sayang kalimat yang diucapkannya terdengar mengumpati wanita yang telah pada Reza.
Reza terlihat berdengis kesal dengan candaan yang baru saja disampaikan pria tampan di hadapannya yang ternyata merupakan salah seorang sahabat terbaiknya, “nggak usah ngeledek gue deh. Lu juga tau kenapa gue terpaksa menikahi anak dari seorang pelayan ini, kan!” sahutnya dengan enteng seolah Adinda tidak bersanding dengannya saat ini.
Setetes bulir bening langsung saja turun menapaki pipi Adinda karena perkataan Reza barusan telah menunjukkan posisi dirinya saat ini di hati laki-laki yang baru saja menikahinya.
‘Ya Allah ya Robbi. Apakah hamba sanggup untuk menjalani pernikahan seperti ini dengan orang yang sama sekali tak pernah bisa menghargai kesakralan ijab qobul yang telah diucapkannya?’ rintih Nadia bergumam di dalam hati dengan air mata yang terus saja jatuh melewati pipi.
Adegan itu membuat sudut hati tamu yang bernama Reno itu ikut berdenyut sakit.
“Jika lu emang nggak cinta sama anaknya Bibi Hanum, pesan gue … jangan pernah sentuh dia karena itu akan menghancurkan masa depannya!” Reno menepuk pundak temannya dengan santai tanpa dosa dengan suara yang pasti bisa didengar sama Adinda karena lelaki itu diam-diam menyeringai melirik mempelai wanita dengan sudut matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
din duit mas kawinnya,kau beliin aja tuh ular piton tro ditmpt tidurnya,kau tgal pergi tuh,,biarin sireza pngantin bru diptok ular 😬🙊🙏🏻👀🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2024-01-21
3
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
🙄🙄🙄,,,mau kena korma za ?
2024-01-21
1
Ney Maniez
reza karma menanti mu,,,
bikin bucin sebucin bucin ny
2024-01-14
0