Pagi-pagi sekali Adinda sudah terbangun dari tidurnya pernah bergegas mandi untuk membersihkan diri sebelum pergi menghadap sang Ilahi. Bersimpuh dan bersih sujud dihadapan sang Maha Kuasa dengan merendahkan hati dan juga diri agar bisa mendapatkan ketenangan jiwa.
Setelah rutinitas biasa itu dia lakukan, Adinda mengingat kejadian apa yang telah dialaminya akibat perbuatan Reza. Betapa sakit rasa hatinya diperlakukan seperti seorang budak yang tak punya harga diri sedikit saja. Bukan dirinya ingin meminta hal lebih dari sosok lelki yang bergelar suaminya itu tapi [aling tidak dirinya masih diperlakukan sebagai layaknya manusia.
“Aku harus kuat sedikit lagi demi bunda dan kak Aisyah. Kalau aku menyerah sekarang maka bisa jadi biaya kuliah kakak akan dihentikan dan aku pun mungkin tak akan bisa melanjutkan kuliah lagi,” monolognya sambil menatap wajahnya sendiri di cermin meja rias.
Hari ini Adinda sengaja tidak memasak sarapan pagi karena masih merasa kesal dan juga takut bertemu dengan Reza. Gadis itu mulai merasa hidupnya semakin masuk ke dalam jurang derita selagi masih berada dalam ikatan pernikahan. Terbersit sepintas rasa ingin menyerah tapi dirinya harus melihat terlebih dahulu bagaimana sikap Reza beberapa hari ke depan. Jika dirinya masih saja diperlakukan kasar seperti semalam maka Adinda bertekad akan menuntut cerai saja agar segera terlepas dari suaminya yang ringan tangan.
Ceklek!
Hari sudah menunjukkan pukul depalan pagi, gadis itu mau tak mau harus gegas pergi ke kampus karena tak ingin datang terlambat. Adinda keluar kamar dengan mata waspada, melihat ke sana kemari untuk memastikan kalau suaminya telah pergi berangkat ke kantor. Dirinya sungguh tak ingin bertatap muka dengan lelaki kasar menyebalkan itu!
Ting tong! Ting Tong! Ting Tong!
Bel rumah terdengar Berbunyi membuat langkah kaki Adinda mau tak mau mengarah cepat pada pintu, kedua bola mata Gadis itu membulat sempurna saat mengetahui siapa sosok orang yang datang sepagi ini ke rumahnya.
Sepasang suami istri terlihat sedang berdiri dengan senyuman mengembang di depan pintu rumahnya. Adinda merasa gugup karena takut kalau sampai kedua orang baik hati itu sampai mengetahui kalau dirinya dan Reza tidak pernah menjalankan pernikahan ini dengan baik seperti harapan mereka berdua.
“Assalamualaikum menantu mama tersayang,” sapa ibu Suryo sembari memeluk tubuh mungil Adinda.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Ma … Pa … tumben datang ke sini pagi sekali,” sahutnyanya menyapa balik.
Gadis itu tanpa sungkan meraih tangan kanan kedua mertua dan menciuminya takzim secara bergantian. Pak Suryo tersenyum dan mengelus pucuk kepala Adinda seiring senyum mereka terlihat menghiasi bibir tuanya.
“Apa Reza berbuat kasar padamu, Nak? Apa dia tidak memperlakukanmu dengan baik? Apa yang terjadi dengan pelipis di wajahmu ini?” tanya Ibu Suryo dengan mimik terlihat begitu khawatir.
Bagaimana mungkin dirinya tidak merasa cemas saat melihat wajah sang menantu dalam kondisi diperban. ‘Apa jangan-jangan Reza melakukan kekerasan pada istrinya? Aku akan memberi anak nakal itu pelajaran kalau sampai ketahuan berbuat kasar sama Adinda,’ batin Pak Suryo dengan tangan mengepal.
Pria paruh baya itu berjanji di dalam hati akan berbuat adil jika putranya tidak meperlakukan Adinda dengan baik. Bahkan tanpa Reza ketahui rumah yang sekarang anak menantunya tempati ternyata sudah atas nama Adinda sendiri bukan nama anaknya.
“Astagfirullah Adinda sampai lupa, ayo kita masuk dulu!” ajak Gadis itu menggandeng tangan mertua perempuannya lalu mengajaknya masuk.
Setelah sampai di ruang tamu, Adinda kembali meletakkan tas ransel yang juga berisi laptop di punggungnya dengan sangat hati-hati di atas meja, lalu mempersilahkan kedua mertuanya itu untuk segera duduk.
“Mama dan papa silakan duduk dulu, Adinda akan ke belakang sebentar untuk menyeduh minuman,” ucapnya berpamitan tetapi langkah kakinya dihentikan oleh ibu Suryo.
“Kami hanya berkunjung sebentar ke sini karena ingin mengantarkan makanan untukmu dan Reza, kebetulan tadi Mama memasak menu kesukaan Reza, jadi nanti tolong kamu antarkan ke kantornya ya!” pinta Ibu Suryo sembari meletakkan rantang di atas meja.
Wanita paruh baya itu terlihat sangat bersemangat, wajahnya begitu ceria karena mengira anak menantunya hidup dalam keadaan bahagia tanpa mengetahui kalau Reza baru saja melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya.
‘Bagaimana ini ya Allah? Aku bukannya tak mau mengantarkan makanan ini ke kantornya Mas Reza tapi aku hanya takut pria itu akan murka melihat kedatanganku ke sana,’ Adinda membatin di dalam hati memikirkan bagaimana caranya agar makanan itu sampai ke kantor tanpa harus dia antarkan sendiri.
Sementara pak Suryo itu sendiri langsung mengambil ponsel yang ada di dalam satunya, menghubungi Reno sang asisten pribadi putranya.
“Halo Reno tolong kamu kirimkan sopir kantor di rumah Reza karena istrinya akan mengantarkan makanan ke sana, sepertinya tadi Reza lupa untuk sarapan pagi,” Ucap pak Suryo dengan santai memerintah sang asisten pribadi putranya untuk datang ke rumah yang ditempati Adinda.
Ibu Suryo yang berada di samping suaminya langsung memberikan kode hingga laki-laki itu sesaat mengalihkan pandang pada istrinya.
“Suruh Reno langsung saja ke sini Pak, bilang sama Reno jangan sampai Reza tahu kalau istrinya bakalan datang ke sana mengantarkan makanan! Anggap saja Ini surprise untuk Reza karena anak kita itu pasti nggak bakalan pernah menyangka, kalau istrinya akan datang ke sana mengantarkan makanan,” usul Ibu Suryo dengan semangat tanpa mengetahui apa yang akan terjadi di kantor nanti.
Pak Suryo menganggukkan kepala terlihat mengerti dengan keinginan sang istri lalu kembali bicara dengan asisten pribadi putranya, “kata istri saya kamu langsung saja ke rumah Reza sekarang juga tapi jangan beritahukan sama anak nakal itu kalau kamu akan membawakan istrinya ke kantor!”
[Baik, kalau begitu saya akan langsung pergi ke rumah Pak Reza sekarang juga, karena kebetulan saya sedang berada di parkiran kantor, Pak!]
Suara Reno terdengar bersemangat karena dia sebenarnya ingin sekali menuntut jawaban dari Reza atas sikap laki-laki itu karena baru saja menyuruh Kamila memasuki ruangannya tapi malah menyuruhnya pergi untuk membeli kopi di kafe yang lumayan jauh dari kantornya.
“Kalau begitu saya tunggu kamu secepatnya di rumah Reza!” sambung pak Suryo sebelum menekan icon warna merah di layar utama ponselnya.
Pria paruh baya itu lalu menoleh pada Adinda melihat tampilan menantunya yang terkesan begitu sangat sederhana. “Apa kamu tidak memiliki pakaian yang sedikit lebih berkelas di atas ini?”
Adinda tersenyum lalu memberikan anggukan kepala, “Mama pernah memberikanku beberapa gamis. Apakah Adinda harus menggantinya terlebih dahulu, Pa?”
“Tentu saja kamu harus datang ke kantor suamimu dengan berpenampilan lebih cantik daripada biasanya karena nanti bakal ada karyawan yang akan melihat kedatanganmu! Mama nggak mau ada orang yang merendahkan menantuku, kamu mengerti kan sayang?” Ibu Suryo mengelus pucuk kepala Adinda membuat perempuan itu merasakan jauh lebih dihargai dan dihormati kedua mertuanya daripada suaminya sendiri.
Beberapa menit kemudian terdengar deru mobil memasuki halaman rumah Adinda, terlihat seorang lelaki tampan turun dari kuda besi dengan kacamata hitamnya. Siapa lagi kalau bukan sang asisten pribadi suaminya.
“Assalamualaikum,” ucap Reno saat masih berada di pintu rumah Adinda.
“Wa'alaikumussalam warahmatullah. Ayo silakan masuk sebentar, Reno karena Adinda masih mengganti pakaiannya,” terang pak Suryo melihat ke arah pintu kamar Adinda yang baru saja terbuka.
Deg!
‘Cantik!’
Jantung Reno berpacu begitu cepat ketika melihat wajah Adinda yang begitu cantik tersenyum berdiri di depan pintu kamarnya dengan sedikit anggukan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Ney maniez
jgn macen2 sm istri bozz y🤭🤭😄😄
2024-01-26
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
hayoloh,,,siap" bkl nysel za, adinda bnyk yg naksir
2024-01-24
1
❤ Ki Kᵝ⃟ᴸMak buaya
bul, mantu tersayang mu ini dianiaya anak mu bukk
2024-01-05
2