“Anda tenang dulu, pasien hanya mengalami shock saja, lainnya kondisi pasien dalam keadaan baik-baik saja,” jelas dokter itu yang langsung membuat mereka semua merasa lega.
“Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Tadinya saya sangat panik, dokter,” imbuh bibi Hanum dengan senyumnya.
Sekarang wajah pelayan itu sudah terlihat sedikit lega karena mendengarkan penjelasan dari dokter barusan.
“Pasien baru saja sadar, jadi silakan untuk masuk melihat kondisinya. Tak ada yang perlu dikhawatirkan kok, semua baik-baik saja,” tambah sang dokter menjelaskan, “kalau begitu saya permisi dulu.” Sang dokter pun akhirnya berlalu pergi setelah Reza dan Bibi Hanum mengucapkan terima kasih.
Bibi Hanum gegas memasuki ruang UGD untuk melihat kondisi putri bungsunya, sementara Reza sendiri masih mematung ragu antara masuk atau malah diam sesaat untuk melihat situasi. Wanita paruh baya itu sama sekali tak menyangka kalau kabar Adinda yang akan dinikahi Reza membuat putrinya benar-benar mengalami sport jantung sampai pingsan.
“Sayang … maafkan bunda ya, Nak. Bunda benar-benar nggak tahu harus berbuat apa dengan permintaan Pak Suryo itu. Bunda juga bingung karena bagaimana pun harus kita bisa untuk membalas jasa orang yang sudah baik sama kita selama ini bahkan pak Suryo yang sudah membiayai sekolahmu dan juga kakakmu,” lanjutnya mengingatkan sang putri akan jasa Pak Suryo selama ini.
Dinda menunduk dengan tetesan air mata menganak sungai di pipi. Dirinya merasakan dunia saat ini sedang runtuh menimpa seluruh tubuhnya, bolehkan dia meminta agar Tuhan mencabut nyawanya saja?
Adinda menatap wajah sedih bundanya yang pasti sedang berada dalam situasi yang serba salah. Dirinya merasa tak tega melihat wajah sedih itu terlalu lama. Bingung antara memilih Putri kandungnya ataukah pekerjaan terhadap majikan yang selama ini membiayai sekolah kedua anaknya.
“Bunda, mungkin ini sudah jadi takdir untuk anak gadismu dan aku harus menerima semuanya. Anggap saja kita sedang membalas budi baik pada keluarga Pak Suryo, hanya saja Adinda takut kalau dalam pernikahan tanpa cinta hanya akan membuatku dan Reza sama-sama tersiksa perasaan,” ungkap Adinda kembali meneteskan air mata.
Bagaimana mungkin sebuah hubungan rumah tangga terpaksa dilakukan hanya dengan dasar balas budi atau pun lebih kejamnya lagi sekedar menutup malu majikan bundanya yang telah begitu banyak membantu keluarga Adinda selama ini.
“Kalau begitu Bunda nggak bakal memaksa Adinda lagi, Nak, biarlah Bunda berhenti kerja dengan keluarga Pak Suryo dan biarkan saja rasa malu itu mereka tanggung esok hari, toh kita juga nggak punya hubungan darah sama sekali dengan mereka, asalkan Adinda merasa bahagia karena Bunda nggak mau menjerumuskan masa depanmu bersama Den Reza,” pungkas Bibi Hanum sembari memeluk erat tubuh mungil Putri bungsunya.
Itu tentu saja membuat rasa bersalah semakin membuncah di dalam jiwa seorang gadis belia mendengar ucapan Bundanya yang terasa sangat menyedihkan. Adinda pun tidak akan pernah munafik karena memang selama ini, tepatnya semenjak ayah mereka meninggal, hanya Hanum seorang sebagai penopang keluarga mereka.
“Nggak, Bunda. Adinda percaya sama Allah jika Den Reza itu jodohnya Adinda maka kita tak bisa menolak apapun. Bismillah … semoga saja semuanya menjadi jauh lebih baik ke depannya,” balas Adinda sebenarnya merasa sangat ragu karena jauh di dalam hati begitu kenal sosok orang yang bernama Reza.
Seorang anak majikan yang sangat angkuh dan sombong terhadapnya selama ini dan selalu saja memandangnya sebelah mata. Taunya main perintah dan juga bicara datar seolah tak ada orang yang perlu dihargai selagi berstatus sebagai pelayan di rumahnya.
Ehem!
Sepasang anak dan ibu itu akhirnya menoleh setelah mendengar deheman Reza yang sebenarnya sudah mendengarkan seluruh perbincangan antara Bibi Hanum dan Adinda.
“Bi … tolong keluar, saya ingin bicara sebentar dengan Adinda.” Reza bicara datar seperti biasa, membatas diri sebagai seorang pelayan dan majikan adalah sesuatu yang harus di dalam hidupnya.
Lelaki itu akan membuat gadis belia yang terbaru umur 10 tahun di bawahnya tidak akan merasa rugi jika dipersuntingnya esok hari. Itulah yang ada di dalam pikiran Reza saat ini, merasa Adinda pasti sama saja dengan wanita lain di luar sana yang akan tergiur dengan limpahan harta.
Reza telah mendengar semua curahan hati seorang Adinda dan dia tau kalau gadis itu ternyata merasa dirinya sangat sombong selama ini. Tentu saja dirinya bisa mengakui itu semua karena memang selama dirinya mengenal Adinda tak pernah sekali pun menampakkan wajah ramah pada anak pelayannya dan itu bukan hanya terhadap Dinda saja tetapi Reza memang hanya ramah pada keluarganya sendiri. Pria itu akan menganggap rendah para pelayan yang merupakan manusia bawahan dengan kebutuhan yang dipenuhi oleh keluarganya selama ini.
“Silakan Den … kalau begitu Bibi mau keluar dulu,” jawab Bibi Hanum beralibi.
Mana bisa dirinya membiarkan sang anak gadis berduaan saja dengan anak majikannya yang terkenal arogan itu. Bibi Hanum memilih ke luar dengan sengaja membuat daun pintu terbuka sedikit karena dirinya takut sang putri ketakutan berdua dengan Reza. Namun, baru beberapa detik menguping ternyata bapak dan ibu Suryo datang juga ke rumah sakit karena merasa cemas dengan kondisi Adinda.
Dengan berbisik bibi Hanum jujur kalau dirinya sedang menguping pembicaraan Reza dengan putrinya dan kedua orang tua Reza pun ikut tertarik untuk melakukan hal yang sama. Jadilah ketiga manusia paruh baya itu menguping anak-anak mereka.
“Maaf kalau gara-gara saya, kamu harus berada di antara dua pilihan yang sulit. Saya berjanji gak bakalan menyentuhmu selama pernikahan kita, saya juga berjanji akan menjaga pernikahan ini di depan mama dan papa serta bundamu dengan baik.” Pria itu mulai memperlihatkan tujuannya.
Bukannya meminta maaf dan membujuk Adinda dengan baik agar mau menikah dengannya Tetapi malah kesombongan yang diundang makan sama Reza hingga membuat dahi Adinda berlipat sempurna dengan kedua alis yang bertaut.
“Maksud Den Reza, gimana ya, kok saya kurang ngerti?” tanya Adinda bingung.
“Saya akan menikahimu hanya sekedar di atas surat saja demi menjaga nama baik keluarga saya. Lainnya kamu bisa menjadi dirimu sendiri seperti biasa, kita tak perlu menjadi sepasang suami istri yang sesungguhnya karena saya juga nggak mungkin tertarik dengan anak seorang pembantu sepertimu!” sarkasnya tanpa perasaan.
Ingin sekali rasanya Adinda meninju bibir lelaki yang barusan bicara, jika tak mengingat kalau sekarang dirinya sedang berada di dalam rumah sakit sebagai seorang pasien.
“Kalau begitu … silakan Den Reza cari perempuan yang bisa diajak kerja sama karena buat saya … menikah hanya ingin sekali seumur hidup. Satu hal lagi, buat saya tak ada yang namanya ingin mendapatkan gelar terhormat menjadi seorang janda,” balas Adinda dengan berani.
“Oh, jadi kamu cinta sama saya?” tanya Reza dengan tatapan jijik.
“Sama sekali tidak. Bagaimana mungkin saya bisa jatuh cinta pada orang sombong seperti Anda. Bahkan suka seujung kuku pun tidak … tapi saya gak mau mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan!” sahutnya tak kalah pedas.
“Sama saja! Buktinya kamu gak mau bercerai setelah pernikahan dengan saya yang hanya sekedar menyelamatkan harga diri keluarga saya! Saya bahkan bisa membeli wanita untuk menjadi istri pengganti tapi saya punya orang tua yang sangat terhormat hingga saya menghargai kemauan mereka. Apa kamu juga mau saya beli? Berapa sih harga diri seorang pelayan sepertimu itu agar bisa saya miliki sebagai istri pajangan, hem?” Reza menatap Adinda tajam, menganggap gadis belia itu akan sama dengan banyaknya wanita yang selama ini melemparkan tubuh ke ranjang pribadinya.
Adinda bangkit dan berdiri, memberikan tatapan membunuhnya lalu melayangkan sebuah tamparann.
Plak!
Wajah Reza sampai tertoleh akibat kerasnya tamparan Adinda.
“Harga diri saya bahkan lebih tinggi dari masuknya jasad anda ke dalam kuburan! anda tau artinya apa? Bahkan kematian anda pun tak sepadan dengan harga diri seorang anak pembantu seperti saya!” raung Adinda lebih sarkas dan itu sontak membuat telapak tangan Reza juga ikut terangkat ke udara hendak membalas.
“Bagus … kamu sudah membuktikan kalau dirimu memang pantas ditinggalkan Kaira! Mulutmu tak punya rem bahkan lidahmu sangat berbisa, apa kau memang ingin menghancurkan nama baik keluarga kita, jawab Reza!”
Plak!
Wajah Reza sudah terasa semakin panas karena sekarang kedua pipi kiri dan kanannya sudah mendapatkan stempel jari Adinda dan juga papanya.
“Mama gak nyangka kalau anak yang mama sekolahin sampai ke luar negri benar-benar bikin mama kecewa. Kamu bukannya introspeksi diri tapi malah masih saja sombong! Jika kamu menikahi Adinda hanya untuk bercerai maka papa tak segan-segan akan mencoret namamu di kartu keluarga kita!”
Wajah Reza langsung pucat pasi mendengar perkataan sang mama, “Jangan harap kamu juga bakal bisa mendapatkan warisan dari mama dan papa secuilpun jika berani macam-macam sama Adinda!” lanjut ibu Suryo membuat Reza seketika bungkam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
norah selen
sombong amat
2024-03-12
2
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
uni ada typo /Sob/
2024-01-21
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
ga sekalian tuh sireza,,,tabokin bolak balik pke sepatumu din 🙄
2024-01-21
0